Wajah kekinian Sarinah. Menghadirkan Distrik Seni untuk mendekatkan remaja dengan beragam karya seni karya anak bangsa

Koridor.co.id

Salah satu ruang pameran Distrik Seni yang berada di lantai enam pusat perbelanjaan Sarinah. (Foto: Andi Baso Djaya/Koridor)

Wajah baru tak hanya milik Taman Ismail Marzuki (TIM) sebagai episentrum kesenian dan kebudayaan di Jakarta, tapi juga Gedung Sarinah yang berdiri tegak di jantung ibu kota setinggi 74 meter. Proyek renovasinya berlangsung selama dua tahun dan menelan anggaran sekitar Rp700 miliar.

Selain penataan halaman yang kini lebih terbuka, minus pagar dan desain interior milik para penyewa, hal baru di gedung yang terdiri atas 15 lantai ini adalah sebuah tempat bernama Distrik Seni yang ada di lantai enam. Untuk dapat mengaksesnya pengunjung bisa naik lift dari lantai dasar.

Distrik Seni adalah sebuah art project program platform yang mencoba menjawab kebutuhan ruang pemberdayaan, inovasi, dan perkembangan marketplace serta ekosistem seni rupa di Jakarta. Kita tahu hampir semua wilayah di Indonesia, tak terkecuali di ibu kota, masih sangat minim wadahnya.

Padahal untuk menciptakan ekosistem seni berkelanjutan, kehadiran ruang-ruang sebagai tempat para seniman berekspresi dan bereksperimen sangatlah penting. Pun membuka akses ruang-ruang tersebut untuk masyarakat luas. Salah satu tujuannya, memantik interaksi masyarakat dengan karya seni. Menumbuhkan apresiasi. Dengan demikian, seni menjadi tidak berjarak. Tidak hanya bisa dinikmati atau dimiliki segelintir orang.

Memilih Gedung Sarinah sebagai lokasi Distrik Seni, oleh penata artistik Distrik Seni, Heri Pemad, dimaksudkan untuk mendekatkan seni dengan tempat nongkrong anak muda. Setelah dibuka kembali awal tahun ini dengan penampilan baru, Gedung Sarinah memang jadi ramai dikunjungi remaja. Ada yang memang berbelanja, nongkrong di kafe dan restoran bersama kawan-kawan sepantarannya, atau sekadar datang berswafoto mengingat tempat ini banyak menawarkan spot nan instagramable.

Remaja-remaja inilah yang diharapkan bisa menjadi penikmat aneka karya seni di Distrik Seni Sarinah. Kurun beberapa tahun terakhir minat anak muda di ibu kota menghadiri sejumlah pameran di Museum Macan, Galeri Nasional Indonesia, hingga Jakarta Biennale, sebuah perhelatan akbar seni rupa Indonesia, sudah terlihat makin tinggi.

Mungkin di sana-sini masih terlihat yang asyik berswafoto belaka di depan objek pameran untuk kemudian diunggah ke akun media sosial, namun hal itu bagian dari proses. Minimal seni menarik pengunjung, terutama di kalangan remaja, sudah berhasil. Anggapan bahwa menghadiri pameran karya seni hanya dilakukan orang tua perlahan mulai mengikis.

Pemandangan itu pula yang disaksikan oleh awak Koridor saat mengunjungi Distrik Sarinah, Selasa (7/6/2022) petang. Belum terlalu ramai pengunjung yang datang, tapi sebagian besarnya adalah remaja. Saat ini hingga 22 Agustus mendatang sedang dilangsungkan pameran bertajuk “Berdikari!” yang memajang karya-karya dari 27 individu dan kolektif seni lintas generasi.

Instalasi biota laut “Candramawa” persembahan Mulyana Mogus alias MangMoel. (Foto: Andi Baso Djaya/Koridor)

Saat kaki pertama menginjak lantai Distrik Seni mata langsung tertumbuk pada sebuah instalasi biota laut. Koral-koral diletakkan menempel pada dinding dan di atas lantai, sementara posisi gurita bergelantungan pada kawat-kawat. Warnanya hitam dan abu-abu. Karya berjudul “Candramawa” itu, dipersembahkan oleh Mulyana Mogus alias MangMoel, seorang seniman rajut yang karya-karyanya banyak mengambil tema bawah laut.

Karya MangMoel yang terpajang dalam pameran kali ini terbuat dari materi benang poliester, akrilik, dakron, kabel kawat, dan jaring net plastik. Melalui karya ini MangMoel coba merefleksikan bagaimana perubahan lingkungan sosial, budaya, politik, bahkan ekonomi sangat ditentukan oleh lingkungan hayati kita. Instalasi ini diletakkan persis di tengah yang membelah sayap kiri dan kanan pintu masuk. Setiap karya dari para seniman maupun kolektif seni menempati ruangan masing-masing. 

Isi pameran didominasi karya seni lukis di atas berbagai medium dan pembuatannya menggunakan beragam material. Ambil contoh penggunaan pensil dan cat air di atas kertas yang mengisi ruangan Klinik Rupa Dokter Rudolfo. Lukisan cat akrilik di atas kanvas karya Hendra Harsono, atau Sunaryo yang memadukan cat akrilik dan arang di atas kanvas. Sedangkan A.D. Pirous menggoda mata dengan sapuan lukisannya menggunakan pasta pualam, emas kertas, dan cat akrilik di atas kanvas.

Ada juga macam-macam karya model lain, seperti cetak digital dan jahitan tangan di atas kanvas, tekstil cetak bermotif pixel artshowcase bertema hip-hop, research-based art yang menggunakan beragam medium, instalasi dari lampu, tekstil, resin, besi, elektronik, dan suara digital, wayang golek, keramik, hingga lima buah patung perempuan bernama Sarinah karya Dolorosa Sinaga.

“Tempat ini sangat menarik buat gue. Bikin calming lihat karya-karya seniman seperti ini. Ruang seni dengan kegiatan pameran yang memajang karya-karya orang seperti ini harus dibanyakin,” ujar Vania (22) yang datang sendirian mengunjungi pameran ini kepada Koridor.

Vania yang mengetahui adanya pameran ini dari salah seorang kawannya mengaku terpesona dengan karya Eros dari komunitas House of Natural Fiber asal Yogyakarta dan “Strange From of Love” karya Jompet Kuswidananto, seniman kelahiran Yogyakarta, 16 Desember 1976.

Eros menggunakan medium beberapa kotak kaca kecil —serupa akuarium mini—yang di dalamnya diisi air dan tanah. “Dari karya itu kita bisa lihat perbedaan antara tanah yang ditanami pohon dengan yang enggak. Suara airnya beda-beda. Itu menarik banget,” sambung Vania. Sementara pada “Strange From of Love”, Vania mengaku merinding saat melihatnya.

Pameran Berdikari! masih akan berlangsung hingga 22 Agustus 2022. Tiket masuk bisa dibeli secara online atau datang langsung. Ada lima sesi kunjungan—dengan masing-masing durasi dua jam per sesi—yang bisa dipilih calon pengunjung. Sesi 1 pukul 10.00-12.00 WIB, Sesi 2 pukul 12.00-14.00 WIB, Sesi 3 pukul 14.00-16.00 WIB, Sesi 4 pukul 16.00-18.00 WIB, dan terakhir Sesi 5 pukul 18.00-20.00 WIB. Selain pameran, tempat ini juga diisi aneka lokakarya seni dan dialog kesenian.

Artikel Terkait

Terkini