Ini kritik atas Program Citarum Harum, yang dinilai tidak menyentuh problem utama

Koridor.co.id

Hulu sungai Citarum
Hulu sungai Citarum yang juga dikenal sebagai Nol Kilometer

Ketua Advokasi Walhi Jawa Barat Wahyudin  menilai, kegiatan Citarum Harum dalam menangani sampah masih bertumpu pada pola yang berbasis teknologi dan infrastruktur, sangat meragukan. Kepada Koridor, Rabu, 29 Juni 2022, ia mengemukakan, cara pembakaran serta penggunaan teknologi hanya akan menimbulkan masalah baru.

Pada satu sisi pencemaran limbah industri, kian maraki. Pada 2022 ini Walhi Jawa Barat  masih menemukan beberapa industri yang mengeluarkan air limbah secara langsung ke sungai. Salah satunya pencemaran air limbah di anak Sungai Ciherang yang berada di Rancaekek, pencemaran terhadap Sungai Citarum di daerah patroli serta laporan warga yang menemukan pembuangan air limbah industri di daerah Karawang hingga Bekasi.

“Belum lagi dari pencemaran lain missal,penanganan limbah paracetamol masih belum maksimal, ditambah lagi pencemaran dari limbah domestik serta limbah di daratan yang ketika musim hujan turun, ikut berkontribusi mencemari air sungai, Pasalnya, bisa saja zat-zat yang ada di daratan mengandung polutan tinggi,” papar Wahyudin.

Untuk itu Wahyudin meminta pemerintah menghentikan skema utang dalam penanganan masalah dan pemulihan Sungai Citarum. Selain itu, diperlukan  transparansi penggunaan anggaran penanganan masalah dan pemulihan Sungai Citarum.

Selain itu proyek Citarum Harum yang tinggal tiga tahun lagi, perlu melakukan upaya pelibatan masyarakat yang lebih bermakna lewat  edukasi, peningkatan kapasitas, dan pemberdayaan dan mengembalikan mandat ahli waris Citarum kepada Rakyat.

Dukungan masyarakat untuk proyek Citarum Harum ini terbilang besar. Salah satunya dari Perkumpulan Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani. Menurut ketuanya Irsan Ismail pergerakan masyarakat merupakan bentuk dukungan terhadap Citarum Harum sesuai  Perpres Nomor 15 Nomor 15 Tahun 2018

 Perkumpulan ini menjalankan program pergerakan masyarakat bantaran sungai dengan lokal heronya sebagai upaya membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat bantaran terhadap lingkungan dan sekitarnya sebagai wujud Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

 Pria kelahiran 1979 ini, mengkritisi revitalisasi Sungai Cikapundung ataupun Citarum harus berfokus pada sub Daerah Aliran Sungai (DAS)  dan mikro DAS. Progresivitas tampaknya masih berfokus pada tahap yang sama seperti dulu. Tidak begitu banyak perubahan dan untuk itu  berharap platform pergerakan masyarakat bantaran sungai dengan lokal-lokal heronya  dapat menjadi salah satu kegiatan berkesinambungan.

 “Yang harus dilakukan pemerintah, berfokus pada program yang mengedepankan share value bukan hanya sekedar pencitraan dari kewajiban menghabiskan anggaran tapi bentuk nyata. Karena, Musrembang (Musyawarah Rencana Pembangunan)  bukanlah musyawarah rencana ‘bangunan’ tapi pembangunan dari sosial, pendidikan, pemberdayaan dan sebagainya” ujar Irsan Imail ketika dihubungi Koridor, 27 Juni 2022.

Dengan  demikian, masyarakat bisa menstimulasi program pemerintah berbasiskan kesadaran yang tulus dan tidak dipaksakan. 

Artikel Terkait

Terkini