Pemborosan makanan mencapai Rp330 triliun, padahal masih banyak yang tidak makan seharian

Koridor.co.id

Ilustrasi sampah makanan atau food waste.
Ilustrasi sampah makanan atau food waste.

Riset dan analisis dari Harian Kompas yang dirilis medio Mei lalu mengungkapkan persepsi bahwa sebetulnya masyarakat Indonesia tergolong mubazir. Karena, rata-rata setiap orang Indonesia membuang makanan setara Rp2,1 juta per tahun.

Seperti dirilis Kompas, jika diakumulasikan total makanan yang terbuang jadi sampah pada 199 kabupaten/kota di Indonesia senilai Rp330,71 triliun dalam setahun.

Capaian merupakan rentang hasil kalkulasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2021 yang menyatakan besaran kehilangan ekonomi Indonesia akibat sampah pangan adalah Rp213-551 triliun per tahun.

Sebagai catatan pada 2020 hanya ada 199 dari 514 kabupaten/kota yang melaporkan data komposisi sampah di Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup. Di wilayah yang dilaporkan itu, sampah makanan mencapai 40 persen dari total sampah yang dihasilkan masing-masing masyarakat setempat.

Tim Kompas menyatakan melakukan perhitungan menggunakan data konsumsi makanan per kapita di kabupaten/kota dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data dari lembaga itu masih menggunakan satuan porsi makanan. Satuan ini kemudian dikonversi menjadi berat setiap porsi yang dimakan.

Dalam analisis itu disebutkan, BPS menggunakan satu porsi gado-gado dan dicari data bobot makanannya dan didapat dari laman FatSecret. Berat satu porsi gado-gado setara dengan 241 gram.

Dengan demikian untuk mengetahui total konsumsi makanan di satu kabupaten/kota, data konsumsi per kapita dikalikan jumlah penduduk d wilayah tersebut. Dari sini diketahui, total konsumsi makanan di satu daerah per hari.

Data ini lalu dibandingkan dengan data jumlah sampah makanan rumah tangga dari SIPSN. Dengan demikian diketahui berapa banyak sisa makanan yang tidak dikonsumsi dan terbuang menjadi sampah.

Contohnya, Kota Tangerang berdasarkan data BPS, total konsumsi per kapita dalam sehari sebanyak 235,2 gram. Berdasarkan data SIPSN, sampah makanan per kapita yang terbuang setiap hari di Kota Tangerang mencapai 111 gram. Dalam sebulan konsumsi per kapita warga kota itu mencapai 7.056 gram.

Di Kota Tangerang pengeluaran per kapita untuk makanan setiap bulan adalah Rp893.810. Jika Rp893.810 setara dengan 7.056 gram makanan, artinya, setiap satu gram makanan di sana senilai Rp127. Bila sampah makanan per kapita tiap hari mencapai 111 gram, maka setiap orang di Kota Tangerang memboroskan uang senilai Rp14.097 per hari atau sekitar Rp5 juta per tahun.

Di Provinsi DKI Jakarta sampah makanan per kapita mencapai 0,55 kilogram. Jumlah itu setara dengan bobot nasi Padang dan sayur 512 gram, atau setara dengan Rp460,8 ribu.

Kehilangan ekonomi, dengan melakukan perhitungan yang sama pada 199 kabupaten/kota ditemukan rata-rata setiap orang Indonesia melakukan pemborosan makanan sebesar Rp2.141.614 per tahun atau dibulatkan jadi Rp2,1 juta.

Hasil analisis Kompas ini ironis. Karena, pada sisi lain BPS juga mencatat ada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021 yang dikeluarkan BPS, seperti diolah Koridor menyebutkan, jumlah yang pernah tidak makan seharian di sejumlah daerah cukup tinggi.

Di Maluku Utara, misalnya, mencapai 48.728 orang. Di Papua Barat mencapai 31.497 orang atau 3,14 persen dari total penduduk provinsi sebanyak 1.002.962 jiwa. Bahkan di Provinsi Jawa Barat yang notabene relatif dekat dengan pusat (baca DKI Jakarta) terdapat 717.983 warganya yang tidak makan sehari.

Pegiat lingkungan hidup sekaligus Ketua Food Bank Bandung Gendis Ayu Satiti mengungkapkan apa yang disampaikan analisis Kompas itu membuatnya sangat miris. Karena, menurut sarjana Teknik Lingkungan ITB dan Magister dari Jurusan Urban Environmental Management di Wageningen University & Research ini, ada banyak makanan terbuang, di sisi lain masih banyak masyarakat rawan pangan.

Menurut Gendis, berdasarkan hirarki makanan berlebih dan sampah makanan, disarankan untuk melakukan pencegahan timbulnya sampah makanan dan memanfaatkan makanan berlebih yang masih layak konsumsi untuk orang yang membutuhkan. Sampah makanan bisa dimanfaatkan untuk ternak BSF dan pakan hewan sebelum akhirnya dibuang.

“Kami dari Food Bank fokus pada pencegahan dan pemanfaatan makanan berlebih di berbagai kalangan dari perusahaan makanan/minuman, retail, toko roti, dan masyarakat untuk mendonasikan produk makanan berlebihnya,” ujar dia ketika dihubungi Koridor, 27 Mei 2022.

Gendis menyarankan edukasi tentang pencegahan sampah makanan dan memanfaatkan makanan berlebih masih kurang dilakukan oleh perusahaan, restoran, dan hotel. Kalau itu dilakukan, akan sangat membantu dalam menjembatani masalah kerawanan pangan dan makanan berlebih di daerah masing-masing. 

Artikel Terkait

Terkini