Kebanyakan film dari Amerika memberikan citra buruk bahwa teroris melekat pada orang yang berasal Timur Tengah. Sekalipun dalam beberapa film juga menjadikan orang Korea Utara sebagai pelaku teror.
Namun ada film yang menggambarkan bahwa teroris juga datang dari kalangan orang Barat. Di antaranya, yang dirilis pada 2008 bertajuk Der Baader Meinhof Komplex atau dalam bahasa Inggris The Baader Meinhof Complex.
Film ini diangkat dari buku nonfiksi karya seorang jurnalis Jerman dan mantan pemimpin redaksi Der Spiegel bernama Stefan Aust bertajuk sama yang diterbitkan pada 1985. Sutradara Uli Edel mengangkat ke layar mengenai kiprah suatu kelompok ekstrimis sayap kiri yang menamakan dirinya Red Army Faction (RAF) pada kurun waktu akhir 1960-an hingga awal 1970-an.
Kelompok ini menyerang pejabat pemerintah, dan petinggi swasta yang dianggap “tidak membela rakyat” hingga bersekutu dengan PLO melawan Israel. Tokoh-tokohnya tidak hanya dijadikan antagonis semata-mata, tetapi juga diberi ruang untuk menyatakan ekspresinya.
Pernyataan sarkas seorang jurnalis bernama Ulrike Meinhoff (Martina Gedeck) di tengah keluarganya, dalam sebuah adegan di antaranya: “Jika Israel dibenarkan menyerang negara-negara Arab untuk pencegahan (oleh negara-negara Barat), maka itu artinya Hitler menyerang Polandia itu juga pencegahan?”
“Lalu mengapa setengah penduduk kelaparan dan yang lain hidup mewah?” katanya dengan suara lantang. Apa yang diucapkan Urike sudah cukup menggambarkan ideologi salah satu tokoh utama film ini.
Opening scene The Baader Mienhof Complex menceritakan kematian seorang demonstran dalam aksi menentang kedatangan Sah Iran ke Jerman 1967. Peristiwa ini awal kemarahan Ulrike. Dia juga menentang intervensi Amerika di Vietnam dalam tulisannya. Apalagi Amerika juga mempunyai pangkalan di Berlin (Barat).
Artikel yang ditulisnya menjadi inspirasi bagi Gudrun Ensslin (Johanna Wokalek) dan Andreas Baader (Moritz Bleibteru) untuk beraksi melawan kepongahan kapitalisme.
Mereka adalah bagian dari gerakan RAF (Red Army Faction atau sayap kiri Jerman pada 1960-an dan 1970-an). Mulanya Ulrike hanya penulis dan meliput. Namun ketika Baader tertangkap ia mengupayakan agar penahanannya bisa lebih diperlonggar dengan cara diberi kesempatan kerja sosial di sebuah lembaga pendidikan.
Pada Mei 1970 kelompok RAF menyerang Institut Ilmu sosial, di mana ia ada di sana, Ulrike memutuskan meninggalkan suaminya dan membawa kabur kedua anaknya bergabung dengan kawan-kawan se-ideologinya. Sekali pun dalam sebuah adegan diceritakan kedua anaknya dibawa kembali oleh suaminya.
Ulrike dan kawan-kawannya ke Yordania berlatih di kamp Palestina pada 1970. Dalam film ini digambarkan bagaimana orang-orang Palestina tercengang melihat perilaku simpatisan dari Jerman, pria dan wanita bercampur dengan bebas.
Setelah “berguru” mereka kembali ke Eropa merampok tiga bank berbeda untuk dana perjuangan. Yang paling spektakuler gerakan ini berhasil membom Pangkalan Militer Amerika dan sebuah kantor polisi pada Mei 1972.
RAF terinspirasi dari tulisan Carlos Marighella bertajuk Minimanual of the Urban Guerrilla (1969), gerilya kota harus mengikuti tujuan politik, dan hanya menyerang pemerintah, bisnis besar, dan imperialis asing”. Tulisan ini menjadi pola gerakan kekerasan RAF.
Beberapa minggu kemudian sejumlah tokoh RAF tertangkap, termasuk Ulrike dan Baader. Di dalam penjara hingga pengadilan pun Baader dan Ulrike pun melakukan perlawanan. Ada aksi mogok makan yang menewaskan Holger Meins.
Dalam film ini diceritakan holger menjadi martir membuat generasi kedua RAF menjadi lebih brutal lagi. Kedutaan Jerman Barat di Stockholm diserbu pada April 1975. Para penyerbu menuntut sandera ditukar dengan Baader dan kawan-kawannya. Atase Militer Jerman Barat tewas. Unit antiteroris setempat menyerang.
Dalam sebuah adegan digambarkan Baader dan kawan-kawannya berani memaki hakim. Adegan Gudrun memaki hakim sebagai bedebah dan tikus kotor disambut tepuk tangan para mahasiswa yang menghadiri sidang terbuka menggambarkan betapa kuatnya gerakan anti establishment masa itu.
Dalam The Baader Meinhof Complex juga diceritakan Ulrike dan Baader berselisih faham selama dalam tahanan. Sangat manusiawi. Namun tidak mempengaruhi gerakan. Ulrike ditemukan tewas tergantung pada 8 Mei 1976.
Kembali kematian seorang martir menyulut kemarahan RAF generasi berikutnya lebih brutal. Penuntut Federal Siegfried Buback dan dua pegawalnya ditembak mati di jalanan. Pada Juli 1977, sebuah komando RAF menembak dan menewaskan Jurgen Ponto, seorang eksekutif puncak Bank Dresdner.
Aksi ini diikuti pada September, sebuah komando RAF menculik Hanns-Martin, Schleyer Presiden Asosiasi Pengusaha Jerman. Empat pengawalnya dibunuh. Menarik adegan penembakan ini brutal dan sadis, dilakukan oleh seorang perempuan muda.
Cerita berakhir dengan kematian tokoh-tokoh RAF generasi pertama dan kematian Schleyer sendiri. The Baader-Mienhof Complex sebuah film kronik sebuah gerakan teror yang tidak hitam putih. Sekalipun tindakan mereka salah dari segi kejahatan melawan kemanusiaan, tetapi mereka punya alasan untuk melawan sistem yang dianggap tidak adil.
Data yang dijejalkan ke film ini begitu sarat dalam durasi 150 menit menggambarkan sejarah kekerasan di Eropa 1967-1977 termasuk serangan ke Kamp Olimpiade Munich September 1977 juga tak luput digambarkan.
Akurasi fakta sejarah memang kuat dalam film ini. Akting para pemainnya bagus. Sebagai catatan film ini menjadi nominasi “Best Foreign Language Film” di 81st Academy Awards 2008 dan Golden Globe Awards.