Situ Bagendit memiliki wajah baru yang instagrammable dan bertaraf internasional. 

Koridor.co.id

Salah satu bagian dari Situ Bagendit (Foto: Dokumen Kementerian PUPR)

Sejak zaman penjajahan Belanda, berwisata ke wilayah Garut, Jawa Barat, tidak akan lengkap tanpa singgah di Situ Bagendit.  Tempat wisata  dengan luas 125 hektare ini berada di Kecamatan Bayuresmi, sekitar 4 kilometer dari Kabupaten Garut. Ada empat gunung yang dapat dilihat saat berada di kawasan Situ Bagendit, yaitu Gunung Guntur, Gunung Putri, Gunung Papandayan, dan Gunung Cikuray (gunung tertinggi di Garut).

Laporan pengunjung yang dimuat di Maandlad van de Vereneeging van Oud Leerlingen der Tijklandbouwschool  yang terbit pada April 1893 mengungkapkan perjalanan dengan menggunakan kereta berkuda melalui Tarogong.  Di tepi danau sudah ada empat sampan yang masing didayung empat orang warga setempat.

“Anda melihat pantai megah yang membungkus danau seperti bingkai bergelombang  Kami melihat beberap pulau yang dikelilingi banyak tanaman air yang indah termasuk teratai. Yang sangat menakjubkan ialah banyak ikan berkeliaran ketika sampan melaju di atas air,” tulis laporan itu.

Pada Juni 2022, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menyelesaikan revitalisasi Situ Bagendit di Garut, Jawa Barat. Penataan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Garut pada tanggal 26 april 2019. 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mempercepat pengembangan destinasi wisata, setelah itu baru dilakukan event promosi. Penataan Situ Bagendit dimulai pada November 2020 dan selesai 2022 dengan anggaran  APBN Kementerian PUPR sebesar Rp87,73 miliar yang dilaksanakan secara Multi Years Contract (MYC) 2020-2021 dengan Kontraktor Pelaksana PT Adhi Karya. Situ Bagendit ditargetkan menjadi tempat wisata bertaraf internasional.

Dermaga Perahu angsa (Foto: Dokumentasi Nandang Parosa, Situ Bagendit 2)

Penataan Situ Bagendit dilakukan di atas lahan seluas 2,8 hektare yang terbagi dalam enam zona. Zona 1 untuk wisata publik, Zona 2 area kuliner, Zona 3 area green school, Zona 4 area komersil, Zona 5 area water sport dan Zona 6 area masjid serta konservasi.

Kini Situ Bagendit memiliki jogging track sepanjang 6 kilometer, taman teratai, taman bermain selain pusat kuliner restoran, jembatan swafoto dan masjid.  Situ Bagendit mempunyai tiga gerbang yang pengelolaan melibatkan penduduk, yaitu, Situ Bagendit 1, 2 dan 3. Bagendit 1 bisa dimasuki lewat pintu utama Situ Bagendit di Jalan Raya KH Hasan Arief, Bagendit 2 dan 3 diakses melalui perkampungan warga setempat.

Kepala pengelola Situ Bagendit 2 dari BumDes Sukaratu Nandang Parosa menyampaikan kini dari segi  kebutuhan wisatawan termasuk swafoto dan instagramabe, Situ Bagendit sudah lebih bagus.  Kalau sebelumnya tidak ada bangunan megah, kini ada beberapa bangunan megah di antaranya  bangunan untuk ampiteater yang disebut gedung keong  dengan kapasitas 300 orang untuk pertunjukan seni, taman teratai, masjid di Pulau Nusa Kelapa, Pujasera, rumah makan terapung hingga dermaha rakit dan soang (Kapal angsa).  

“Kalau dulu wisata hanya seadanya tanpa ikon seperti sekarang, hanya ada rakit dan perahu angsa yang dipertahankan sekarang,” ujar Nandang keika dihubungi Koridor, Kamis malam, 14 Juli 2022.

Masalah Lingkungan dan Sampah

Hanya sebagai pengelola,  Nandang mengakui pihaknya masih menghadapi kendala kebersihan. Kalau dulu  danau jauh lebih bersih sekarang sudah banyak tumbuhan eceng gondok dan teratai. Itu terjadi karena  dua tahun sejak tidak ada pembangunan karena pandemi Covid-19, pertumbuhan eceng dondok dan teratai begitu pesat. Harusnya hal ini diatasi oleh pemerintah dan pihak pelaku wisata sudah berupaya  membersihkan, namun terbatas.

Sementara masyarakat setempat juga ada yang menggunakan rumpon dari bambu atau pohon  yang sudah busuk untuk menangkap ikan. Ini juga mengganggu karena jumlahnya sampai seribuan. Sebetulnya bukan mata pencaharian utama, kalau itu tidak ada, tidak apa-apa, karena hanya panen dua kali setahun.  Ikan memang banyak di Bagendit karena ikannya ditanam terus, terutama jenis ikan nila yang dikonsumsi penduduk.

Nandang juga menyampaikan, dulu sebelum pandemi masyarakat membuat kerajinan dari eceng gondok  hingga bisa mengurangi tumbuhan itu dan ada bandar yang membelinya, Hanya saja dulu eceng gondok tingginya 80 sentimeter yang memenuhi syarat digunakan, sementara yang sekarang kecil-kecil 20-30 sentimeter.

Untuk masuk ke Situ Bagendit hanya perlu membayar Rp10 ribu untuk tiga zona, yaitu satu, dua dan tiga, Sejak dibuka  pengunjung Situ Bagendit  menjadi ramai sekitar seribu hingga dua ribu di akhir pekan. Namun waktu tertentu seperti lebaran  bisa mencapai 20 ribu.

Suatu sudut di Situ Bagendit 1 dengan latar belakang Gedung Keong. (Foto: Dokumentasi Situ Bagendit)

Sayangnya, kata pria kelahiran 1975 ini  wisatawan belum sadar wisata. Mereka kerap membuang sampah sembarangan, bahkan ada yang ke situ, yang langsung mencemari airnya.  Memang jumlah tempat sampah masih kurang dan pemerintah harus turun tangan memperbanyak tempat sampah setiap radius 10-an meter.

“Hingga saat ini kami sebagai pelaku usaha wisata yang membersihkan secara berkala,” tutur pria yang sudah terlibat di pengeloaan Situ  Bagendit sejak 1998.

Menurut Nandang, menurut rencana pembagian hasil wisata dengan BumDes, 50-50%.  Sebanyak 50%  untuk gaji karyawan dan pengeluaran.  Sementara sisanya dibagi dua antara BumDes dan Pemda. 

“Alhamdullilah. masyarakat sekeliling Bagendit berkecimpung di pariwisata. Ratusan yang terlibat,” imbuhnya.  Nandang berharap ke depan kawasan ini berkembang dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Namun Bupati Garut Rudy Gunawan mengungkapkan hingga saat ini  Pemerintah Pusat belum menyerahkan aset Situ Bagendit kepada Pemerintah Kabupaten Garut.  Hal itu disebabkan karena lebih daripada Rp50 miliar, maka wajib mendapatkan persetujuan Presiden. Dalam acara Rapat Kerja DPRD Garut di Tarogong Kidul, 24 Juni 2022 Rudy menyatakan hanya menerima surat dari Kementerian PUPR untuk penggunaan sementara.

Meskipun demikian Rudy berharap dengan revitalisasi Situ Bagendit ini akan menaikkan kunjungan wistawan ke wilayahnya dan sekaligus meningkatkan PAD.  Sektor pariwisata Garut berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Kabupaten / Kota di Jawa Barat, dari tahun 2016 sampai tahun 2018 Kabupaten Garut menempati posisi ke 5 (lima) dengan jumlah keseluruhan kunjungan 676.841 dan di antaranya ada 4.983 kunjungan wisatawan mancanegara, dan 671.858 kunjungan wisatawan nusantara.

Artikel Terkait

Terkini