Jakarta, Koridor.co.id – Fashion week atau pekan mode telah menjadi salah satu acara paling dinantikan di dunia fashion. Sejarahnya bermula pada 1850 di Paris, ketika industri haute couture (adibusana) lahir.
Awalnya, para perancang haute couture mengunjungi rumah klien mereka untuk fitting pakaian. Namun, Charles Frederick Worth, pelopor haute couture, mengubah tradisi ini dengan mengundang pelanggan ke studionya dan mempertunjukkan satu koleksi khusus. Pertunjukan ini menampilkan serangkaian pakaian dan desain unik yang hanya ada dalam koleksi studio itu.
Tujuan utama dari “fashion shows” pada saat itu bukanlah seni, melainkan untuk menemukan klien dan menjual koleksi. Ide brilian Worth mengorganisasi acara ini dua kali setahun adalah supaya semua klien fesyen bisa berada di kota pada waktu yang sama dan melihat berbagai koleksi pakaian yang ada.
Citra pertunjukan mode saat ini adalah acara besar dengan ratusan hadirin dan disiarkan melalui jaringan sosial global. Padahal, pada awal abad ke-20, pertunjukan mode adalah acara eksklusif dan tidak terbuka untuk publik. Pekan mode pada saat itu hanya untuk pelanggan pertama, sebelum kemudian terbuka untuk jurnalis dan pembeli lainnya.
Pekan Mode Pertama di Amerika Serikat
Pada 1903, tradisi Paris dalam menampilkan koleksi pakaian terbaru sampai di New York City. Ehrich Brothers menjadi toko pertama yang mengorganisasi pertunjukan mode pertama di AS.
Acaranya sukses besar dan pada 1910, berbagai department store dan perancang busana di seluruh AS mulai mengadakan pertunjukan mereka sendiri. Dan pada 1920-an, pertunjukan mode menjadi cara yang lazim untuk mempromosikan koleksi busana.
Perbedaan antara pertunjukan Charles Frederick Worth dan para pesaingnya adalah bahwa pertunjukan di Ehrich Brothers adalah seni dan teatrikal, berdasarkan pada tema tertentu.
New York Fashion Week
New York adalah rumah bagi fashion week pertama yang berlangsung pada 1943. Mungkin terdengar mengejutkan bahwa pekan mode tidak berasal dari Paris, tetapi New York. Maklum, hingga 1940-an, dunia mode lebih terpusat di Paris.
Perancang, editor, dan konsumen Amerika mengandalkan kota ini untuk mencari inspirasi fesyen. Namun, Perang Dunia II dan pendudukan Nazi menghalangi para wartawan AS dan calon konsumen untuk pergi ke Paris.
Pada saat itulah, Eleanor Lambert muncul sebagai tokoh penting. Dia seorang publicist fashion ikonis yang juga memulai International Best Dressed List, Coty Fashion Critics’ Award -yang kemudian menjadi CFDA Awards- dan The Met Ball. Dia melihat peluang unik untuk mengalihkan perhatian dunia dari Paris dan mengembangkan fashion week di New York.
Akhirnya, pada 1943, dia meluncurkan “Press Week” dengan label New York Fashion Week sebagai ajang memamerkan karya-karya perancang Amerika. Acara ini menyasar perancang domestik untuk memamerkan kreasi mereka di dalam negeri dan bagi jurnalis mode untuk meliputnya.
Eleanor Lambert mengadakan Press Week di The Plaza Hotel dan membiayai reporter dari New York maupun dari tempat lain di Amerika untuk bergabung. Acara ini memang berfokus pada pers. Adapun pembeli harus menjadwalkan kunjungan terpisah ke showroom.
Press Week sukses dan memenuhi target untuk memamerkan bakat-bakat lokal seperti Claire McCardell, Hattie Carnegie, dan Norman Norell. Acara ini dengan cepat mendapatkan popularitas dan tampil di majalah seperti Vogue dan Harper’s Bazaar.
Pembentukan CFDA
Eleanor Lambert kemudian membentuk Council of Fashion Designers of America (CFDA) pada 1962, yang memungkinkan mode Amerika berkembang dalam ekonomi dunia. Pada 60-an, pertunjukan mode mulai terlihat seperti yang kita kenal saat ini dan terus berkembang.
Pertunjukan mode saat itu berlangsung dalam waktu yang sama tetapi tidak di tempat yang sama. Hal itu menimbulkan frustrasi bagi pembeli dan editor yang harus pergi dari satu kota ke kota lainnya untuk hadir pada acara-acara ini.
Fern Mallis yang menjadi Direktur Eksekutif CFDA, pada 1993 memutuskan untuk mengonsolidasikan pertunjukan di Bryant Park guna menghilangkan ketidaknyamanan tersebut. Pada waktu itu, belum memiliki label “New York Fashion Week”. Yang ada ialah “7th on Sixth”.
Era 90-an juga menandai kemunculan supermodel dan kehadiran selebritas pertama kali di barisan depan acara-acara ini yang sebelumnya hanya untuk industri mode. New York menjadi satu-satunya rumah bagi fashion week hingga 1958.
Milan Fashion Week
Ada fakta menarik bahwa Milan adalah satu-satunya ibu kota mode yang bukan ibu kota negara. Sebelum Milan menjadi ibu kota mode Italia, dunia mode negara itu hadir di Palazzo Pitti, Florence, melalui peragaan busana pada 1951.
Bangsawan Italia Giovanni Battista Giorgini mengadakan pertunjukan mode di kediamannya sendiri dengan desain dari Emilio Pucci dan Fontana Sisters. Acara itu kemudian berlanjut di Sala Bianco di Palazzo Pitti. Saat itulah untuk pertama kalinya, Italia menerima pembeli dari pengecer besar Amerika seperti Saks Fifth Avenue dan Bergdorf Goodman.
Acara tersebut begitu sukses sehingga menyebabkan masalah lalu lintas besar di kota. Tidak mampu menghadapi banjir orang dari seluruh dunia, pertunjukan mode harus pindah ke Milan. Dan begitulah akhirnya, Camera Nazionale della Moda (The National Chamber for Italian Fashion) mendirikan Milan Fashion Week pada 1958.
Selanjutnya, pada 1970-an dan 1980-an, sejumlah perancang mode yang berbasis di Milan, termasuk Giorgio Armani dan Gianni Versace, berhasil meraih popularitas luar biasa. Hal itu makin mengukuhkan status kota ini sebagai ibu kota mode. Salah satu pertunjukan paling terkenal dari masa itu adalah pertunjukan Versace pada 1991, yang menampilkan supermodel seperti Cindy Crawford, Naomi Campbell, Christy Turlington, dan Linda Evangelista.
Paris Fashion Week
Meskipun fashion week tidak berasal dari Paris, kota ini sudah memperkenalkan gagasan itu melalui “défilés de mode” atau “fashion parades“. Konsepnya adalah pemilik toko akan menyewa wanita untuk mengenakan desain mereka di tempat-tempat umum untuk menggaet calon pelanggan.
Tidak seperti ibu kota mode lainnya, Paris adalah satu-satunya yang memiliki Pekan Haute Couture. Pertunjukan adibusana ini telah berlangsung di Paris sejak 1945. Pada saat itu, Chambre Syndicale de la Haute Couture mengharuskan rumah fesyen adibusana untuk mempresentasikan koleksi minimal 35 busana kepada pers, termasuk pakaian siang dan malam.
Pekan Mode Pertama di Paris
Paris Fashion Week pertama sebagaimana kita kenal sekarang, dikelola Fédération Française de la Couture pada 1973 dan di bawah pengawasan pendiri New York Fashion Week, Eleanor Lambert. Acara ini menjadi yang pertama kalinya memamerkan koleksi haute couture, prêt-à-porter, dan pakaian pria secara bersamaan di Paris.
The Battle of Versailles
Pekan mode Paris pertama dibuka dengan acara yang dikenal sebagai The Battle of Versailles pada 28 November 1973. Pertunjukan tersebut memakai istilah battle (pertempuran) karena melibatkan Paris Fashion melawan New York Fashion.
Awalnya, acara ini bukanlah ajang kompetisi. The Battle of Versailles sebenarnya hanya acara amal dan berlangsung di Istana Versailles untuk menutupi biaya renovasi istana tersebut yang mencapai $60 juta.
Dalam daftar tamu, ada 700 orang yang menghadiri acara itu. Tamu-tamu terkenal di antaranya adalah Putri Grace, Jacqueline de Ribes, Gloria Guinness, Andy Warhol, dan Liza Minnelli.
Setiap perancang yang menghadiri acara ini harus mengirimkan delapan desain. Ada Yves Saint Laurent, Emanuel Ungaro, Christian Dior, Pierre Cardin, dan Hubert de Givenchy mewakili Prancis melawan Anne Klein, Halston, Oscar de la Renta, Bill Blass, dan Stephen Burrows yang mewakili Amerika. Pada akhirnya, Amerika memenangkan pertarungan melalui koleksi yang eksperimental.
Paris Fashion Week yang Ikonis
Salah satu nama yang muncul ketika berbicara tentang Paris Fashion Week adalah Christian Dior. Dior mengadakan pertunjukan mode pertamanya di Paris pada 1947 dan memperkenalkan “New Look” yang terkenal. Koleksi pertama Dior adalah Corolle. Kehadiran banyak jurnalis fesyen di acara ini menjadikannya acara yang sensasional.
Pada 1984, Thierry Mugler menjadi perancang busana pertama yang memberikan akses kepada publik Prancis untuk pertunjukan mode. Untuk merayakan ulang tahun ke-10 rumah modenya, desainer ini menggelar peragaan busana spektakuler untuk koleksi Fall/Winter 1984-nya, di stadion le Zénith di depan lebih dari 6.000 orang.
Kemudian pada 1998, Yves Saint Laurent menggelar peragaan busana di stadion, hanya satu jam sebelum final Piala Dunia sepak bola yang mempertemukan Timnas Prancis melawan Brasil.
Acara tersebut melibatkan 300 model, 900 orang yang bekerja di belakang panggung, dan 4.000 staf stadion. Sekira 1,7 miliar orang menonton pertunjukan ini melalui berbagai media.
Peragaan busana lainnya dari masa itu diadakan oleh Jean Paul Gaultier, Karl Lagerfeld, Yohji Yamamoto, dan Comme Des Garçons, merek-merek yang dianggap revolusioner dalam dunia fesyen.
London Fashion Week
Banyak pihak mengklaim telah meluncurkan London Fashion Week – salah satunya adalah Percy Savage, seorang PR fashion yang menggelar pertunjukan London pertamanya, “The New Wave,” di The Ritz. Ada juga “London Collections” yang menampilkan perancang seperti Zandra Rhodes dan Bruce Oldfield.
Namun, London Fashion Week pertama yang resmi diselenggarakan oleh British Fashion Council pada 1983, yang juga memperkenalkan Penghargaan Desainer Tahunan pada 1984. Katharine Hamnett menjadi pemenang pertama penghargaan tersebut.
Pertunjukan ini berlangsung di sebuah tempat parkir di West London, dengan tenda-tenda yang berdiri di luar Commonwealth Institute di Kensington. Betty Jackson, David Fielden, dan John Galliano adalah beberapa perancang muda yang memulai debut di sana.
Acara ini begitu sukses sehingga pemerintah Inggris secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan memberikan pendanaan agar acara ini dapat terus berlanjut. Bahkan anggota kerajaan juga mulai tertarik pada pertunjukan mode.
Putri Diana, misalnya, mengadakan resepsi untuk berbagai perancang di Lancaster House pada 1985. Selain itu, yang mengejutkan bagi semua yang hadir, pada 1986, Margaret Thatcher menghadiri pekan mode dan tinggal selama sepekan di tengah kesibukannya.
Dunia Mode London Era 90-an
Meskipun awalnya sukses, tahun 1990-an menjadi masa sulit bagi dunia mode London yang sedang berkembang. Kesuksesan pada 80-an berganti resesi pada 90-an. Dengan minat yang lebih rendah dan uang yang lebih sedikit untuk diinvestasikan dalam pertunjukan, pada 1992 London Fashion Week berkurang dengan hanya menampilkan beberapa perancang di The Ritz.
Meskipun demikian, untuk sejarah mode, ini adalah periode penting. Tahun 1993 menandai pertama kalinya Alexander McQueen, tampil di London Fashion Week. Stella McCartney kemudian mengikuti jejaknya pada tahun 1995.
Pekan Mode Masa Kini
Meskipun ada banyak pekan mode di seluruh dunia, hanya ada empat pekan mode yang terkenal: New York, London, Milan, dan Paris. Saat ini, Pekan Mode berlangsung dua kali setahun: pada bulan Februari, para perancang memamerkan koleksi Fall/Winter mereka. Sedangkan pada bulan September, mereka mempresentasikan koleksi Spring/Summer mereka. Selain dari pertunjukan tradisional dua kali setahun ini, ada juga Pekan Mode Pria yang biasanya berlangsung dua kali setahun juga, yaitu pada bulan Januari dan Juni.
Selain itu, semakin banyak perancang yang memamerkan koleksi antarmusim, seperti Resort/Cruise (sebelum Spring/Summer) dan Pre-Fall (sebelum Fall/Winter). Ada juga pertunjukan yang khas untuk masing-masing lokasi. Misalnya, sebagian besar pertunjukan haute couture di Paris, dan sebagian besar pertunjukan busana pengantin di New York.
Saat ini, para perancang mode bereksperimen dengan lokasi, mencoba untuk tampil menonjol. Pekan mode lebih dari presentasi koleksi di landasan pacu. Mereka juga mencakup after-party, ruang pameran, streaming media sosial, dan berbagai acara lain untuk membuat pekan mode menjadi pengalaman yang lebih lengkap bagi penonton yang hadir untuk lebih tenggelam dalam dunia merek. Para perancang saat ini hanya dibatasi oleh imajinasi mereka. (Kontributor)
*** Saduran dari GlamobServer.