Sego Empog, menu sarapan wajib bagi para tamu Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur

Koridor.co.id

Tidak terasa, kurang lebih 10 tahun sudah Ibu Khumaiyyah berjualan sego empog (nasi jagung arti sebenarnya, tetapi juga bisa nasi putih) di kawasan Lesti, Ngaglik, Kota Batu, Jawa Timur.  Perempuan kelahiran 1969 itu, membantu menambah nafkah rumah tangganya dengan berjualan kuliner khas kotanya.

Satu porsi sego empog di Warung Bougenville, demikian nama tempatnya berjualan dibanderol senilai Rp9.000. Dia tahu bahwa banyak yang berjualan nasi empog. Itu sebabnya dia menggunakan resep sendiri.

Sego Empog di Warung Bougenvill ini terdiri atas topping; pecel, urap, sayur lodeh, menjes, tempe, ikan asin, peyek, dan mendol. Dia berjualan pagi hanya meraup keuntungan Rp50.000. Untuk menambah penghasilan sorenya dia berjualan gorengan.

Warga Ngaglik bernama Chiara Arifin adalah salah seorang  penggemar nasi empog buatan Khumaiyyah. Dia menuturkan nasi empog sebetulnya adalah nasi jagung, sebagai bahan dan biasa dimakan dengan lauk-pauk lainnya

Sego Empog (Foto: Chiara Arifin)

Chiara Arifin masih ingat penuturan dari para orang tua di tempat tinggalnya bahwa dulu  makanan ini dimakan ketika masa paceklik. Padi sulit ditanam, dan banyak orang yang tidak bisa makan nasi, terutama warga perdesaan yang tidak mampu.

Pilihannya adalah jagung, yang saat itu tumbuh cukup subur dan tidak memerlukan banyak perawatan. Maka jadilah biji jagung ini sebagai makanan pengganti nasi. Berbeda dengan nasi jagung umumnya dengan butiran lebih besar, nasi ēmpóg butirannya lebih halus lagi.

Bagi sebagian masyarakat Jawa Timur terutama, nasi empog tentunya sudah tidak asing lagi. Makanan ini sangat mudah dijumpai dan cukup sering dinikmati oleh masyarakat.

“Khasnya ada lagi  disajikan dengan janganan pedas (sayuran pedas), jangan menjes (sayuran tempe), ikan asin, pecel, mendol (lauk olahan tempe yang dibumbui  kemudian dibentuk bulat lonjong ), menjes goreng  (tempe kacang) dan tak lupa peyek.  Mendol itu juga khas malang yang akhirnya jadi menjawatimur,” ujar dia ketika dihubungi Koridor, 17 Februari 2023.

Tak jauh dari tempat tinggal Chiara  ada juga Warung Nasi Empog Bu Fatimah. Harganya bersaing dengan hanya Rp7.500 dia bisa mendapat satu porsi jumbo buat orang serumahnya. 

“Warung Sego Empog Mbak Pat (Fatimah)  itu peyeknya enak renyah berasa ketumbarnya. Bu Khumaiyyah itu lebih “segar” pakai urap, trancem kemangi timun, ikan asinnya banyak,” ungkap Chiara,yang juga seorang penikmat kuliner di kotanya.

Ada lagi Warung Wakini yang di Dusun Sumbersari, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji  menawarkan variasi berbeda. Untuk satu porsi terdapat nasi atau sego empok sayur pedas  (tempe, tahu yang dipotong seperti dadu), balado terong, tumis labu siam.

Lauknya ada dadar jagung, tempe, mendol, telur, dan ampela ati. Namun yang paling khas adalah penambahan balado terong dan sayur pedas. Sayur pedasnya benar-benar terasa pedas dengan bumbu yang komplit rasanya gurih.  Pemiliknya juga mempunyai resep sendiri.

Keistimewaan lain  warung Nasi Empog Bu Wakini, yakni pelanggan diberi kesempatan untuk memilih nasi putih atau nasi jagung sebagai karbohidrat utamanya. 

Bagi pelanggan yang belum pernah memakan sego empog, Wakini akan menawarkan kedua nasi maupun nasi jagung tersebut dibungkus sekaligus agar merasakan sensasi kenikmatannya lebih lengkap.

Varian Nasi Campur

Sejak kapan adanya Sego empog atau nasi jagung sulit ditemukan catatan tertulisnya. Informasi dari Soerabaijasch Handelsblad tertanggal 22 Januari 1932 mengungkapkan Dinas Informasi Pertanian Hindia Belanda melakukan investigasi tentang perubahan biaya hidup di perdesaan Malang Selatan.

Sekalipun tidak menyebut lokasi persisnya, diceritakan keluarga suami, istri dan 2 orang anak saat ini memiliki cukup makanan sehari-hari sebesar 5 sen, baik makanan pokok maupun tambahan, berupa jagung dicampur nasi.  Informasi itu menjadi indikasi bahwa nasi jagung memang jadi alternatif makanan masa paceklik.

nasi campur Suraya-Foto: Instagram/47natjan.

Pengamat dan vlogger kuliner asal Surabaya Vicky Yuwono mengatakan Jawa Timur kaya akan varian nasi campur, hanya nama dan isinya berbeda.

“Setiap daerah punya varian namun sebutannya berbeda. Kalau di Surabaya kita menyebut nasi campur. Tapi di Gresik ada Nasi krawu. Walau pun kalau dilihat dari isinya seperti mirip dengan nasi campur.  Cuma  yang membedakan beberapa komponennya saja,” ujar Vicky ketika dihubungi Koridor.

Sego Empog khas Batu itu varian lain dari nasi campur. Karena di Surabaya juga ada yang menawarkan empog sebagai pengganti nasi. Begitu juga dengan nasi pecel Madiun, merupakan varian lain dari nasi campur. Hanya topingnya sayuran dan berapa komponen lainnya hanya disiram pecel.

Di Kota Batu, hampir setiap sudut selalu ada pedagang sego empog. Itu sebabnya Pemkot Kota Batu membantu menjaga keberlangsungan Sego Empog dengan menggelar Festival Sego Empog rutin. Terakhir pada awal Desember 2022 digelar di Balai Kota Among Tain.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto mengatakan bahwa festival  tersebut  bertemakan  “Penganekaragaman Pangan Lokal Dukung Ketahanan Pangan Nasional.   Sebanyak  26 kelompok yang ikut.

“Mereka berasal dari 24 desa/kelurahan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, serta SMKN 1 Batu. Sego Empog menjadi tradisi wajib bagi Pemkot Batu dalam menjamu tamu-tamunya yang datang dari luar kota,” ujar Heru kepada awak media beberapa waktu lalu.  

Artikel Terkait

Terkini