Perjalanan Melintasi Waktu: Kelahiran Majalah Vogue

Koridor.co.id

Salinan majalah Vogue edisi September 2019 menampilkan Taylor Swift di sampul depannya. (Foto: hakanyalicn/Shutterstock.com)
Salinan majalah Vogue edisi September 2019 menampilkan Taylor Swift di sampul depannya. (Foto: hakanyalicn/Shutterstock.com)

Vogue, publikasi mode yang legendaris, memiliki sejarah panjang selama lebih dari satu abad. Mari kita telusuri asal-usul Vogue dan bagaimana majalah ini berevolusi dari waktu ke waktu.

Kelahiran dan Tahun-tahun Awal Vogue

Pada tahun 1892, Arthur Baldwin Turnure, seorang pengusaha Amerika, mendirikan Vogue sebagai surat kabar mingguan di New York City. Majalah ini bertujuan untuk mengulas “sisi seremonial kehidupan” dengan fokus pada kebiasaan, aktivitas santai, dan beragam mode kelas atas yang sedang berkembang di New York. Edisi pertama Vogue dirilis pada 17 Desember 1892 dengan harga sampul 10 sen (USD2,85 dalam mata uang saat ini).

Transisi ke Condé Nast

Pada tahun 1909, Vogue mengalami perubahan besar saat diakuisisi oleh Condé Mon Montrose Nast, seorang pengusaha penerbitan Amerika. Nast secara perlahan mengubah Vogue menjadi majalah dua mingguan khusus wanita. Inilah awal hubungan Vogue dengan kerajaan media Condé Nast, yang saat ini memiliki merek-merek terkenal seperti Vogue, Allure, GQ, Glamour, Teen Vogue, Vanity Fair, dan The New Yorker.

Ekspansi dan Edisi Internasional

Di bawah kepemimpinan Condé Nast, Vogue mengalami pertumbuhan yang pesat dan memperluas pengaruhnya di luar Amerika Serikat. Edisi internasional pertama Vogue adalah British Vogue, yang diluncurkan pada tahun 1916 di bawah kepemimpinan Elspeth Champcommunal sebagai editor pertama. Vogue edisi Prancis mengikuti langkah tersebut pada tahun 1920, memperkuat kehadiran Vogue di tingkat global.

Pencapaian Penting dan Kepemimpinan Editorial

Sepanjang sejarahnya, Vogue berhasil meraih beberapa tonggak pencapaian penting dan dipimpin oleh para pemimpin redaksi yang berpengaruh. Pada Juli 1932, American Vogue melakukan terobosan dengan menampilkan foto berwarna pertama di sampul majalah. Pada tahun 1950-an, Jessica Daves menjadi pemimpin redaksi dan mengawali periode yang sering disebut sebagai “tahun-tahun kejayaan” Vogue.

Pada Desember 1962, Diana Vreeland, mantan editor asosiasi di Harper’s Bazaar, menjadi pemimpin redaksi American Vogue, membawa semangat, kehidupan, dan kemewahan baru. Grace Mirabella kemudian menggantikan Vreeland dan menjabat sebagai pemimpin redaksi dari tahun 1971 hingga 1988.

Di bawah kepemimpinan Mirabella, Vogue berfokus untuk lebih relevan dengan perubahan kehidupan wanita dengan menggabungkan wawancara, liputan seni, dan fitur kesehatan.

Pada tahun 1988, Anna Wintour mengambil alih sebagai pemimpin redaksi, menandai titik balik yang signifikan bagi Vogue. Wintour terkenal karena visi berani dan kepemimpinannya yang kuat, merevolusi industri majalah lewat sampulnya pada November 1988 yang menampilkan seorang model mengenakan jaket Christian Lacroix dengan jeans denim. Sampul ini melanggar konvensi dengan menggabungkan mode kelas atas dan gaya kasual, melawan norma tradisional mode.

Ekspansi Global: Vogue Italia dan Vogue Paris

Perkembangan Vogue Amerika yang pesat, juga diikuti edisi-edisi internasionalnya. Vogue Italia, awalnya dikenal sebagai Novità saat diluncurkan pada tahun 1965. Franco Sartori menjadi pemimpin redaksi pertama, dan pada tahun 1988, Franca Sozzani mengambil alih jabatan tersebut dan memimpin majalah tersebut hingga tahun 2016. Di sisi lain, Vogue Paris memiliki deretan pemimpin redaksi terkenal seperti Michel de Brunhoff, Joan Juliet Buck, Carine Roitfeld, dan Emmanuelle Alt.

Legasi Vogue sebagai majalah mode sangatlah kuat, dengan setiap edisi berkontribusi dan memengaruhi publikasi dunia mode. Berawal dari surat kabar mingguan hingga statusnya saat ini sebagai sebuah alkitab mode bulanan, Vogue terus membentuk dan menginspirasi dunia mode.

*** disadur dari GlamobServer.

Artikel Terkait

Terkini