Paratethys: Danau Raksasa Zaman Purba yang Pernah Ada

Koridor.co.id

Paleogeografi wilayah Paratethys pada Periode Rupelium
Paleogeografi wilayah Paratethys pada Periode Rupelium (Foto: Wikimedia.org/CC BY-SA 4.0)

Jakarta, Koridor.co.id – Guinness Book of World Records telah secara resmi mengakui Paratethys sebagai danau terbesar dalam sejarah Bumi. Paratethys mampu menampung air sepuluh kali lebih banyak daripada gabungan semua danau saat ini.

Vladimir Laskarev pertama kali menggunakan istilah “Paratethys” pada tahun 1924. Awalnya, definisi Paratethys mencakup fosil dan strata sedimen dari sistem Neogen laut. Menurut Wikipedia, definisi ini kemudian juga mencakup Oligosen.

Selama puncaknya, Paratethys membentang dari Austria di barat ke Turkmenistan di timur, meliputi area seluas 1,08 juta mil persegi (2,8 juta kilometer persegi). Danau itu berisi 407.000 mil kubik (1,77 juta kilometer kubik) air yang menakjubkan, seperti dilansir Gizmodo.

Nature.com menerbitkan pengukuran terperinci pada tahun 2021, dan sekarang, skala monumental danau secara resmi tercatat dalam Guinness Book of World Records.

Paratethys ada sekitar 11,6 juta tahun yang lalu

Sekitar 11,6 juta tahun yang lalu, Paratethys adalah ekosistem yang berkembang. Danau kuno ini adalah rumah bagi spesies yang lebih kecil dan masif. Di antaranya adalah Cetotherium riabinini, paus balin terkecil yang diketahui.

Selama jutaan tahun, Paratethys berangsur-angsur mengering, kehilangan lebih dari sepertiga airnya dan sekitar dua pertiga luas permukaannya. Transformasi signifikan ini terjadi selama periode 350.000 tahun, berakhir sekitar 7,65 juta tahun yang lalu, seperti tercatat di situs web Guinness World Record.

Laut Hitam, Laut Kaspia, dan Laut Aral sekarang berdiri sebagai sisa-sisa utama danau yang dulunya sangat besar ini. Dan Palcu, ilmuwan di Universitas Utrecht, menekankan bahwa eksplorasi kita terhadap Paratethys melampaui rasa ingin tahu belaka. Ini mengungkapkan ekosistem yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim.

Mempelajari dampak pergeseran iklim terhadap danau ini di masa lalu memberi kita wawasan berharga. Ini dapat membantu kita memahami dan mengatasi tantangan saat ini dan masa depan dalam menangani krisis lingkungan.

Metana di sedimen Laut Hitam

Sedimen di Laut Hitam mengandung metana yang saat ini terperangkap. Namun, perubahan iklim dapat memicu pelepasan metana ini ke atmosfer, seperti yang disebutkan dalam rilis.

Sebaliknya, Laut Hitam juga dapat berfungsi sebagai penyerap karbon, menyimpan gas rumah kaca. Gizmodo melansir, hilangnya Paratethys memberikan pelajaran penting tentang bagaimana perubahan iklim yang sedang berlangsung dapat berdampak pada sumber air dan lingkungan kita.(Kontributor)

*** Saduran dari Greek Reporter.

Artikel Terkait

Terkini