Menjadikan rumah sebagai tempat saling berbagi pengalaman musikal dan kebahagiaan dalam wujud Festival Musik Rumah

Koridor.co.id

Foto dari tur menuju Festival Musik Rumah 2018, bertempat di Rumah Sasongko, Semarang (Sumber: facebook.com/Festival.Musik.Rumah)

Rumah bukan sekadar bangunan fisik yang menaungi anggota keluarga dari segala macam cuaca, tapi fungsinya sesungguhnya jauh lebih dari itu. Rumah adalah tempat kita bertumbuh menjalani hari-hari dengan saling berbagi, memberi, dan menerima dengan orang-orang terdekat yang kita cintai.

Sebuah rumah dalam beberapa puisi digambarkan bukan hanya terbuat dari semen dan bata semata. Hati para anggota keluarga yang saling peduli dan mencintai tanpa egoisme jadi pondasi utama. Mereka saling berbagi dan bersama dalam suka, maupun duka.

Karenanya, dalam suasana seperti tadi, selalu ada keinginan untuk bergegas pulang ke rumah. “Betapa pun sederhananya, rumahku adalah surgaku. Tak ada tempat seindah rumah,” demikian tulis John Howard Payne dalam lagu “Home! Sweet Home!” (1823).

Menyadari betapa penting arti sebuah rumah, Petrus Briyanto Adi, gitaris Bonita & The Hus Band, bersama istrinya, Bonita, kemudian menginisiasi Festival Musik Rumah (FMR).

Ide tersebut berawal dari kebiasaan pasangan suami istri (pasutri) ini menjalankan program konser di rumah bertajuk “Live at Rumah Bonita”. Edisi awal pertunjukan musik dari rumah itu sebenarnya sudah berlangsung pada 2013. Namun, mulai menjadi rutin terselenggara saban bulan dimulai sejak Agustus 2015.

Alasan pasutri ini menggelar konser di rumah sebenarnya untuk bahan pengayaan dan berbagi pengalaman musikal kepada buah hati mereka. Seiring berjalannya waktu, ada banyak pengalaman berharga yang didapatkan dalam konser tersebut, salah satunya bisa saling berbagi kebersamaan dengan semua orang yang datang.

“Akhirnya terpikir untuk membuat acara ini lebih meluas. Mengajak lebih banyak rumah untuk mengadakan acara serupa dan saling terkoneksi,” ujar Adoy, sapaan akrab Petrus Briyanto Adi.

Ikhtiar awal yang mereka lakukan adalah melaksanakan tur mandiri bertajuk “Be Nice To Each Other” (2015) yang menyambangi berbagai tempat di berbagai daerah, mulai dari kedai hingga pusat kesenian.

Lalu, saat mempromosikan album kedua Bonita & the Hus Band bertajuk Rumah (2017), kelompok ini lanjut menggelar tur “Belong To Each Other” (2017). Tujuan besarnya ingin mengajak banyak orang untuk lebih peduli dan saling merawat persaudaraan serta merayakan kebhinekaan.

Akhirnya dalam rangka merayakan kemerdakaan Republik Indonesia, Festival Musik Rumah edisi perdana berhasil terwujud. Temanya “Merayakan Kebhinekaan, Merawat Kebersamaan”.

Selama berlangsung 17-19 Agustus 2018, tidak kurang dari 42 tuan rumah yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi turut berpartisipasi. Tambahan partisipan luar negeri datang dari Kamboja dan Jerman.

Konsep acaranya berlangsung sederhana. Mengadakan pertunjukan musik langsung yang berlangsung di sekitar area rumah dengan menghadirkan beberapa penonton, sesuai kapasitas masing-masing rumah tempat penyelenggaraan. Sifatnya partisipatif dan bukan mengejar profit.

Keunikan ini yang menjadikan FMR berbeda dengan sejumlah penyelenggaraan festival musik lain di Tanah Air. Sebab masing-masing rumah punya ciri khas. Kita mungkin sama mengetahui beberapa tahun belakangan menjamur penyelenggara acara yang menghelat festival musik dengan konsep dan format berbeda.

Ada yang memadukan festival musik sambil berkemah, menyajikan pengalaman menikmati suguhan para musisi favorit sambil menikmati suasana pantai atau gunung, hingga memboyong panggung-panggung pertunjukan musik ke perdesaan.

Foto tur menuju Festival Musik Rumah 2018 di Warung Kebun, Surabaya (Sumber: facebook.com/Festival.Musik.Rumah)

FMR sesuai khittahnya menjadikan rumah sebagai titik sentral. Rumah yang dimaksudkan bukan hanya dalam pengertian tempat tinggal keluarga, melainkan juga meliputi tempat berkumpul komunitas, panti layanan publik (panti asuhan, panti jompo, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan), dan sejenisnya.

Alhasil FMR tumbuh menjadi pergelaran yang coba mengikis anggapan bahwa penyelenggaraan acara musik atau konser harus promotor berlisensi khusus. Bahwa festival musik haruslah serba akbar nan gemerlapan. Tidak begitu!

“Musik hidup dalam ruang keluarga dan kelompok kecil masyarakat. Itu kondisi nyata. Saling berjumpa dan mengalami momen konser dalam suasana yang intim dan akrab sangat besar pengaruhnya dalam kebersamaan. Di situ kita bisa saling belajar, mengayakan, dan memberdayakan,” jelas Adoy selaku penggagas dan pengarah FMR.

Untuk penyelenggaraan kelimanya tahun ini, FMR dijadwalkan berlangsung 19-21 Agustus 2022 dengan tema “Sederhana”. Jika dalam dua penyelenggaraan sebelumnya, lantaran pandemi Covid-19, seluruh konser di rumah hanya bisa disaksikan via streaming, kini format dikembalikan seperti semula.

Para penonton dalam penyelenggaraan kali ini dipersilakan hadir di kediaman musisi yang bersedia menjadi tuan rumah. Pun demikian, para penonton yang tak sempat menyambangi langsung masih bisa menikmati pertunjukan musik itu via streaming. Tentu saja dengan atmosfer yang sudah sangat berbeda.

Sebab dengan turut hadir menyaksikan tuan rumah sebagai penampil, sesama penonton akan merasakan dan berbagi banyak hal. Kita bukan hanya saling bersilaturahim dan belajar menerima perbedaan sebagai manusia Indonesia, tapi juga bisa belajar menyimak, mengapresiasi, menjamu, bertamu, dan guyub.

Artikel Terkait

Terkini