Mengapa dan bagaimana simbol swastika dihancurkan

Koridor.co.id

Patung Buddha dengan tangan kanan terangkat dan swastika di dadanya.
Patung Buddha dengan tangan kanan terangkat dan swastika di dadanya.

Penggunaan simbol swastika (sebuah salib segitiga dengan lengan yang dibengkokkan ke kanan dengan sudut 90°) yang pertama kali ditemukan terukir pada sebuah patung burung dari gading yang berusia 15.000 tahun dan terbuat dari gading mammoth. Ukiran kuno ini diduga digunakan untuk tujuan kesuburan dan kesehatan, polanya mirip dengan pola yang ditemukan secara alami pada mammoth – binatang yang dianggap sebagai simbol kesuburan.

Sejak awal konsepsinya, simbol tersebut dipercayai memiliki arti positif untuk kehidupan. Nama modern untuk ikon tersebut, berasal dari bahasa Sanskrit svastika yang berarti “mendorong kesejahteraan”.

Simbol ini telah digunakan oleh berbagai budaya di seluruh dunia untuk tujuan yang berbeda sepanjang sejarah: sebagai simbol dalam Hinduisme, Buddha, dan Jainisme; sebagai salib bergaya dalam Kekristenan; sebagai pola seni dalam budaya Asia Kuno; dalam mata uang Yunani; dalam arsitektur Abad Pertengahan, Renaisans, dan Barok; dan pada artefak Zaman Besi.

Meskipun simbol ini memiliki sejarah yang panjang dengan konotasi positif, simbol ini selamanya dicemarkan oleh penggunaannya dalam satu konteks budaya: Nazi Jerman.

Pada tahun 1920, Adolf Hitler mengadopsi swastika sebagai simbol nasional Jerman dan sebagai elemen pusat dalam bendera Partai Sosialis Nasional atau Nazi, yang naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada dekade berikutnya.

Pada tahun 1945, simbol tersebut dikaitkan dengan Perang Dunia II, kebrutalan militer, fasisme, dan genosida – didorong oleh upaya penaklukan totaliter Nazi Jerman atas Eropa. Ikon tersebut dipilih oleh partai untuk mewakili tujuannya dalam melakukan pemurnian ras di Eropa.

Hitler dan Partai Nazi-nya percaya bahwa garis keturunan Jermanik murni yang berasal dari ras Aryan lebih unggul, dan bahwa ras lain yang kurang superior harus dikeluarkan dari Eropa. Artefak India kuno yang pernah dimiliki oleh nomaden Arya ditemukan sering menampilkan swastika, dan simbol itu dikooptasi dari konteks historisnya yang ambigu di wilayah tersebut untuk memaksakan sebuah dominasi yang disebut warisan Arya.

Sejak Perang Dunia II, swastika telah menjadi stigma sebagai simbol kebencian dan bias rasial. Simbol ini sering digunakan oleh kelompok supremasi kulit putih dan iterasi modern Partai Nazi. Seiring dengan simbolisme lain yang digunakan oleh partai, penggunaan simbol ini sendiri telah dilarang di Jerman.

*** disadur dari Britannica.

Artikel Terkait

Terkini