
Seorang biarawati melangkah membawa seorang anak usia 6-7 tahun ke sebuah bangunan dan diterima seorang perempuan yang kemudian menyeretnya ke dalam. Bangunan itu bukan rumah yatim piatu, tetapi tempat penjualan organ tubuh manusia. Kejahatan yang keji.
Dalam bangunan itu sejumlah anak tak bertuan disiapkan menjadi tumbal. Anak yang ketakutan itu dikurung bersama seorang pemuda bernama Pelor (Kristo Immanuel) yang berusaha agar si anak tetap tenang.
Pintu dibuka dan Pelor diseret paksa ke ruang operasi. Dia dibius. Seorang dokter dan berapa perawat bersiap untuk melakukan operasi. Dari balik kaca bos sindikat tertawa puas di samping kliennya seorang pengusaha, Bob Hartono yang butuh ginjal.
Namun ternyata Bob adalah penyamaran dari Topan (Abimana Arsyasatya) dan di dalam ada Alpha (Lutesha) menyamar jadi jururawat membantai habis anggota sindikat, dibantu kawannya Jenggo (Arie Kriting) yang jadi snipper.
Prolog dalam film bertajuk The Big 4 ini mengingatkan pada film Mission Imposible, terutama dengan masker wajah yang digunakan Topan, disusul penjemputan oleh seorang pria tua bernama Petrus. Anak-anak dibebaskan dan mereka pergi.
Kelompok itu oleh para lawan mereka dijuluki The Big 4, kelompok pembunuh bayaran ini dipimpin oleh Petrus. Mereka hanya membunuh orang-orang yang pantas dibunuh.
Mereka adalah empat saudara tak sedarah, Topan, Jenggo, Alpha, dan Pelor beroperasi di bawah arahan Bapak Petrus (Budi Ros) yang memiliki anak gadis bernama Dina, seorang polwan muda (Putri Marino).
Cerita bergulir. Suatu ketika Petrus yang ingin pensiun agar punya waktu untuk putrinya Dina, dibunuh orang. Setelah tiga tahun tak terungkap polwan muda ini mengambil cuti mencari jejak pembunuh ayahnya yang membawanya ke sebuah pulau tropis.
Di pulau inilah Dina bertemu dengan empat anak asuh ayahnya. Mereka bekerja sama menghadapi komplotan pembunuh ayahnya.
Lawan mereka adalah Antonio (Martino Lhio) yang punya kisah sendiri yang berhubungan dengan Petrus. Motif ini juga mengingatkan salah satu sekuel film Charlie Angels dengan villain utama Demi Moore, yang juga menjadi salah satu mantan Angel yang merasa dibuang. Namun The Big 4 masih menyiapkan kejutan lain yang membuka peluang untuk dibuat sekuelnya.
Film besutan Timo Tjahjanto, kondang dengan gaya slashernya menggabungkan unsur komedi dengan laga, penuh ledakan serta adegan pertarungan dengan koreografi ciamik. Salah seorang personel Mo Brothers ini mampu menggarap adegan baku tembak dengan pistol dari jarak dekat.
Adegan seperti ini di kalangan penggemar film disebut sebagai gun fu (campuran laga kung fu dan senjata api), yang diperkenalkan film Hollywood seperti serial John Wick. Timo menambahkannya dengan kekerasan brutal seperti kepala pecah dengan darah berhamburan.
Komunitas film memasukan kategori film garapan Timo sebagai gore, bahasa umum untuk menggambarkan atau menyatakan suatu film itu cukup sadis dan kejam hingga kurang cocok untuk ditonton oleh mereka yang berumur di bawah 18 tahun.
Sutradara ini kerap menggunakan efek praktikal dalam film ini ketimbang CGI, sehingga adegan aksinya terlihat lebih nyata.
Gore inilah yang membedakan The Big 4 dengan film laga bercampur komedi yang sudah lebih dulu diperkenalkan oleh Anggy Umbara lewat Comic 8 beberapa tahun silam yang juga di antaranya dibintangi oleh Arie Kriting.
Film yang ditayangkan Netflix secara streaming ini mengingatkan pada film sutradara Hollywood Quentin Tarantino yang gemar membuat film bersimbah darah dengan balutan komedi yang terkesan konyol.
Beberapa film Quentin yang seperti itu antara lain Pulp Fiction, Kill Bill dan Django Unchained kental dengan unsur-unsur ini dan film awalnya dipandang keluar dari pakem film Hollywood.
Timo tidak hanya menawarkan baku pukul dan saling bunuh, ada romansa, dan sisi humanis yang disajikan dalam film ini. Tokoh-tokohnya Dina, Petrus, Topan, Jenggo, Alpha, dan Pelor ibarat keluarga kecil. Bahkan diselipkan pertengkaran kakak adik yang saling mengasihi dan menyayangi.
Secara keseluruhan, sekalipun berapa unsur komedinya garing, tetapi The Big 4 menawarkan terobosan hiburan yang menarik. Timo membuat sinematik The Big 4 begitu matang dan bukan kaleng-kalengan.
Film ini menjadi tontonan yang digemari anak muda per 19 Desember 2022 menjadi Top Movies Netflix dengan point 552 ditonton di 75 negara di atas Guillermo del Toro’s Pinocchio dengan 507 point dengan 84 negara.