Jakarta, Koridor.co.id – Elgin Marbles atau Pualam Parthenon adalah sekumpulan pahatan dan arsitektur Yunani kuno yang diambil dari Parthenon oleh Thomas Bruce, Earl of Elgin ke-7, pada abad ke-18. Kumpulan patung ini sekarang tersimpan di British Museum dan menjadi sumber perdebatan panjang tentang kepemilikannya.
Asal-usul Elgin Marbles
Elgin Marbles berasal dari Parthenon, sebuah kuil dewi Athena di Akropolis Athena pada abad ke-5 SM. Parthenon adalah salah satu contoh terbaik dari arsitektur dan seni Yunani klasik, dengan patung-patung yang menggambarkan adegan-adegan mitologis dan sejarah Athena.
Patung-patung ini terdiri dari metope, frise, dan pedimen, yang masing-masing memiliki fungsi dan tema tertentu.
Metope adalah panel persegi yang menghiasi bagian atas dinding Parthenon. Ada 92 metope yang menggambarkan pertempuran antara dewa-dewa dan raksasa, manusia dan Amazon, Yunani dan Troya, dan Lapith dan Centaur.
Sementara itu frise adalah pita horizontal yang melingkari bagian dalam Parthenon. Frise menampilkan prosesi Panathenaic, sebuah festival tahunan untuk menghormati Athena.
Sedangkan Pedimen adalah segitiga runcing di atas pintu masuk Parthenon. Pedimen menampilkan kelahiran Athena dari kepala Zeus dan pertarungan Athena dengan Poseidon untuk menguasai Athena.
Pengambilan Elgin Marbles
Thomas Bruce, Earl of Elgin ke-7, seorang diplomat Inggris untuk Kesultanan Utsmaniyah pada 1799 mengambil Elgin Marbles dari Parthenon.
Bruce, yang tertarik dengan seni Yunani kuno, mendapatkan izin dari penguasa Utsmaniyah untuk membuat salinan dan mengambil beberapa fragmen dari Parthenon dan bangunan-bangunan kuno lainnya di Akropolis. Dia lalu mengirimkan tim seniman dan pekerja untuk melakukan ini selama beberapa tahun.
Namun, proses pengambilan Elgin Marbles bukannya tanpa kontroversi. Beberapa orang menuduh Bruce telah merusak Parthenon dengan cara yang tidak hati-hati dan tidak etis.
Bruce juga mendapat kritikan karena telah mencuri warisan budaya Yunani untuk kepentingan pribadi atau nasional Inggris. Namun ia berargumen dengan mengatakan bahwa tindakannya tersebut untuk menyelamatkan Elgin Marbles dari kerusakan lebih lanjut akibat perang, cuaca, atau vandalisme.
Pemindahan Elgin Marbles ke British Museum
Bruce membawa Elgin Marbles ke Inggris antara tahun 1801 dan 1812. Sebelumnya, Bruce berencana memamerkan Pualam Parthenon di rumahnya di Skotlandia. Namun karena kesulitan keuangan dan politik, ia harus menjual koleksinya.
Pada tahun 1816, parlemen Inggris membeli Elgin Marbles dari Bruce dengan harga 35.000 pound sterling dan menyerahkannya kepada British Museum untuk dipajang secara permanen.
Sejak saat itu, Elgin Marbles menjadi salah satu koleksi paling terkenal dan populer di British Museum. Pualam Parthenon juga menginspirasi banyak seniman, penulis, dan pemikir Barat. Namun, British Museum juga menjadi sasaran protes dan tuntutan dari Yunani yang menginginkan pengembalian Pualam Parthenon ke Yunani.
Argumen Yunani dan British Museum
Permintaan pengembalian Elgin Marbles ke Yunani sudah ada sejak abad ke-19, tetapi semakin intensif pascakemerdekaan Yunani dari Utsmaniyah pada 1832.
Pemerintah Yunani berpendapat, Elgin Marbles adalah bagian tak terpisahkan dari identitas nasional dan budaya mereka. Selain itu, menurut mereka, izin yang diberikan oleh Kesultanan Utsmaniyah tidak sah karena bukan pemilik asli Parthenon.
Argumen lain menyatakan bahwa pengambilan Elgin Marbles telah merusak lebih lanjut kondisi Parthenon, dan bahwa koleksi ini akan lebih baik berada di museum baru dekat Akropolis.
British Museum, di sisi lain, berpendapat bahwa Elgin Marbles adalah milik mereka berdasarkan undang-undang parlemen yang mengesahkan pembeliannya. Mereka juga memastikan telah menjaga koleksi ini dengan baik dan memberikan akses yang luas kepada publik.
British Museum juga mengatakan bahwa mereka berhak menampilkan Pualam Parthenon sebagai bagian dari warisan budaya dunia yang bersifat universal, dan bahwa koleksi ini akan lebih aman di London daripada di Athena yang rentan polusi dan gempa bumi.
Sengketa ini belum menemukan penyelesaian hingga sekarang. UNESCO dan beberapa pihak ketiga lainnya telah berupaya melakukan mediasi, namun belum pernah mencapai kesepakatan.
Baru-baru ini, British Museum sendiri telah menawarkan untuk meminjamkan Elgin Marbles kepada Yunani dalam rangka pertukaran budaya jangka panjang. Namun, Yunani menolak tawaran ini karena mereka menganggapnya sebagai pengakuan implisit atas kepemilikan British Museum atas koleksi ini. (Kontributor)
*** Adaptasi dari artikel di Britannica.