Rwanda adalah negara terkecil keempat di Afrika, terletak di Great Rift Valley di bagian tengah benua. Negara ini memiliki populasi sekitar 13 juta orang dan merupakan rumah bagi dua kelompok etnis utama: Hutu pastoral dan suku Tutsi pertanian.
Pada tahun 1990, ketegangan meningkat antara kedua suku ini dan memicu perang saudara, yang mengakibatkan genosida Rwanda pada tahun 1994. Genosida tersebut menyebabkan kematian sekitar 800.000 warga sipil Tutsi di tangan ekstremis Hutu, dan merupakan satu genosida terburuk dalam sejarah.
Namun sejak saat itu, Rwanda telah membuat kemajuan yang signifikan dan langkah besar di banyak bidang pembangunan. Secara khusus, pemerintah Rwanda setidaknya mencatat sepuluh peningkatan penting di negara tersebut.
1. Kemiskinan Menurun. Pada tahun 2001, tingkat kemiskinan di Rwanda mencapai 77%, turun menjadi 55% pada tahun 2017. Pengenalan Rencana Pengembangan Ekonomi dan Penanggulangan Kemiskinan lima tahun pertama pada tahun 2008 dan rencana lima tahun kedua pada tahun 2013 menjadi faktor utama dalam penurunan ini.
2. Harapan Hidup Meningkat. Perang Saudara Rwanda berdampak signifikan pada harapan hidup, yang turun menjadi hanya 26 tahun pada tahun 1993. Sejak saat itu, pemerintah telah berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup bagi warganya, mencapai harapan hidup sebesar 69 pada tahun 2019.
3. Terdepan dalam Kesetaraan Gender. Dalam Laporan Kesenjangan Gender Global 2017 dari Forum Ekonomi Dunia, Rwanda menempati peringkat salah satu dari lima negara terdepan dalam kesetaraan gender bersama dengan Finlandia, Islandia, Swedia, dan Norwegia. Sejak terjadinya perang saudara, negara tersebut mendorong adanya kepemimpinan perempuan di bidang politik dan pada bulan November 2021, mayoritas parlemen Rwanda dipimpin oleh wanita yakni sebesar 61% dan merupakan tingkat representasi wanita tertinggi di dunia. Rwanda juga memiliki salah satu tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja tertinggi sebesar 84% pada tahun 2019.
4. Tingkat Pengangguran Menurun. Sebelum pandemi, tingkat pengangguran di Rwanda terus turun menjadi kurang dari 1% pada tahun 2019. Seperti yang terjadi pada banyak negara, lockdown dan tindakan pencegahan lain untuk COVID-19 awalnya menyebabkan pengangguran melonjak kembali menjadi 1,35% pada tahun 2020. Namun, Rwanda dengan cepat pulih. Tingkat lapangan kerja naik dari 43% pada kuartal kedua tahun 2020 menjadi hampir 49% pada kuartal ketiga.
5. Tingkat Kematian Ibu Menurun. Pada tahun 2019, tingkat kematian ibu di Rwanda menurun hampir 23% dari 1.270 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990-an menjadi 290. Penurunan signifikan ini sebagian besar disebabkan oleh inovasi di bidang medis, yang memungkinkan penyimpanan dan pengiriman pasokan darah yang lebih baik, mencegah kematian akibat pendarahan pasca melahirkan pada wanita.
6. Ketimpangan Sosial Menurun. Secara historis, Rwanda adalah tempat dengan tingkat ketimpangan tertinggi di Afrika. Namun sekarang, hal ini berubah. Selama dua dekade terakhir, Rwanda telah mencatat perbaikan yang signifikan dalam hal akses ke utilitas. Akses ke perawatan kesehatan juga semakin meningkat meskipun masih terdapat disparitas antara komunitas perkotaan dan pedesaan. Dari tahun 2006 hingga 2017, ketimpangan menurun dari 0,52 menjadi 0,43 yang diukur dengan indeks Gini.
7. Ekonomi Rwanda Berkembang. Sebelum pandemi, Rwanda mengalami “ledakan ekonomi”. Dari tahun 2000 hingga 2019, ekonomi tumbuh rata-rata sebesar 7,2% dan PDB negara meningkat sekitar 5% setiap tahun. Rwanda telah mengambil tindakan untuk mengendalikan COVID-19 di dalam negeri, yang mengakibatkan penurunan PDB sebesar 3,4% pada tahun 2020. Namun, negara tersebut diharapkan dapat melanjutkan pertumbuhan ekonominya setelah distribusi vaksin.
8. Pemulihan Lahan. Rwanda juga mencatat perbaikan besar dalam hal lingkungan. Pada tahun 2012, pemerintah Rwanda memulai Green Fund, yang merupakan dana investasi lingkungan terbesar di Afrika. Hingga sekarang, proyek ini telah menciptakan lebih dari 10.000 lapangan kerja dan mendorong komunitas pedesaan untuk berpartisipasi dalam agroforestri dan reboisasi.
9. Kemajuan dalam Penanganan Malaria. Perbaikan medis di Rwanda secara signifikan berhasil mengurangi kasus malaria fatal dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2017, negara tersebut mengalami lebih dari 4,8 juta kasus, tetapi pada tahun 2020, kasus menurun menjadi 1,8 juta. Kematian terkait malaria juga menurun dari 700 pada tahun 2016 menjadi 148 kematian pada tahun 2020.
10. Pelayanan Kesehatan Universal. Mutual Health adalah nama sistem pelayanan kesehatan universal Rwanda, yang dibuat pada tahun 2008. Pada tahun 2019, Mutual Health mencakup hampir 96% dari populasi, menurunkan biaya medis dan memberikan layanan bahkan untuk warga Rwanda yang paling miskin.
Pandemi COVID-19 menciptakan banyak rintangan baru bagi Rwanda, tetapi “Tanah Seribu Bukit” ini tetap maju dan berkembang. Sejak perang saudara dan genosida Rwanda pada tahun 1994, negara ini berkomitmen untuk melakukan pemulihan hingga akhirnya sukses melebihi semua harapan. Banyak kemajuan di Rwanda ini disebabkan oleh ketahanan luar biasa dari masyarakat negara itu, sebuah negara yang akan terus bangkit di atas semua rintangan.
*** Disadur dari Proyek Borgen.