Kiprah tiga film Indonesia dalam ajang festival film mancanegara. Menambah tebal optimisme terhadap industri perfilman di Tanah Air

Koridor.co.id

Aktor Kevin Ardilova berperan sebagai Rakib dalam film Autobiography (Foto: KawanKawan Media)

Industri perfilman di Tanah Air sedang berikhtiar bangkit kembali usai babak belur kena hantam pandemi Covid-19. Hingga artikel ini ditulis, Senin (8/8/2022), sudah ada tujuh judul film yang berhasil meraih predikat tiketnya terjual lebih dari satu juta lembar.

Terbaru yang masuk lis berasal dari genre horor berjudul Pengabdi Setan 2: Communion arahan Joko Anwar. Film produksi Rapi Film bekerja sama dengan Come and See Pictures, Sky Media, Brown Entertainment, dan Legacy Pictures itu meraih lebih dari 2 juta penonton hanya dalam empat hari penayangannya di bioskop.

Melansir data di aplikasi Cinepoint, secara keseluruhan jumlah tiket film-film Indonesia rilisan 2022 sudah terjual hampir 12 juta lembar. Dengan catatan, jumlah tersebut belum termasuk penjualan tiket sekuel film Pengabdi Setan yang laris manis.

Walaupun masih jauh dari pencapaian 2019 yang mencatatkan 51,8 juta penonton, para sineas optimistis kondisi serupa bisa cepat kembali tercipta, bahkan terlampaui.

Kabar menyenangkan lainnya adalah kiprah film-film kita dalam berbagai ajang festival film internasional. Setahun lalu ada Yuni dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Keduanya jadi perwakilan Indonesia di Toronto International Film Festival, Kanada, dan Locarno International Film Festival, Swiss.

Untuk tahun ini, hingga Agustus 2022, sudah ada tiga film Indonesia yang berhasil lolos mengikuti kompetisi di festival film luar negeri. Partisipasi pertama datangnya dari film Before, Now & Then arahan Kamila Andini, sineas yang juga menyutradarai Yuni.

Film hasil produksi Fourcolourfilms bersama Titimangsa Foundation ambil bagian dalam Berlin International Film Festival, Jerman (10-20 Februari). Aktris Laura Basuki sebagai pemeran Ino sukses membawa pulang penghargaan sebagai Pemeran Pendukung Terbaik. Film yang turut menghadirkan Happy Salma, Arswendy Bening Swara, Ibnu Jamil, Rieke Diah Pitaloka, dan Arawinda Kirana sudah bisa disaksikan melalui layanan pengaliran video Amazon Prime.

Berselang lima bulan, giliran Inang arahan Fajar Nugros menembus Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) di Korea Selatan (7-17 Juli). Film yang mengusung judul berbahasa Inggris The Womb ini berkompetisi di kategori “Bucheon Choice Features” bersama sembilan judul film lainnya dari seluruh dunia.

Inang menandai upaya pertama Fajar menyutradarai film bergenre horor juga melakukan pemutaran perdana di BIFAN. Tahun lalu ada tiga film Indonesia yang melakukan pemutaran perdana di sana, yaitu Paranoia, Nussa the Movie, dan Pulung Gantung.

Naysilla Mirdad pemeran utama film Inang (Foto: IDN Pictures)

Torehan prestasi paling gres datang dari film Autobiography produksi KawanKawan Media. Menjadi perwakilan Indonesia satu-satunya yang berkompetisi di Venice International Film Festival 2022 (31 Agustus-10 September).

Karya film panjang perdana sutradara dan penulis skenario Makbul Mubarak ini menghadirkan jajaran pelakon, antara lain Kevin Ardilova, Arswendy Bening Swara, Lukman Sardi, Yusuf Mahardika, Rukman Rosadi, Yudi Ahmad Tajudin, dan Haru Sandra. Aktor Gunawan Maryanto juga ikut hadir dalam film ini sebelum mengembuskan napas terakhirnya pada Oktober 2021.

Dalam siaran pers disebutkan bahwa Autobiography berkompetisi di seksi “Orrizonti” (Horizons) sebagai satu-satunya film dari Asia Tenggara, bersama film-film lain dari Ukraina, Jepang, Argentina, Italia, Perancis, Iran, dan lain-lain. Dewan juri seksi Orrizonti kali ini adalah sutradara veteran Spanyol, Isabel Coixet.

“Lolos seleksi dan tayang di perhelatan film tertua dan terbaik di dunia adalah sesuatu yang sangat membahagiakan bagi kami. Sebab ini menjadi garis akhir yang manis untuk proses pembuatan film yang sudah berlangsung sekitar empat tahun,” ujar Makbul, sineas yang lahir di Toli-Toli, Sulawesi Tengah, 27 Februari 1990.

Bagi para sineas dan pencinta film di seluruh dunia, reputasi Venice International Film Festival, atau Mostra Internazionale d’Arte Cinematografica della Biennale di Venezia dalam Bahasa Italia, sudah tak perlu diragukan lagi. Pertama kali diadakan pada 1932. Bersama Cannes, Berlin, Sundance, dan Toronto, Venice dinobatkan sebagai lima festival film paling bergengsi di dunia saat ini. Jadi bukan festival abal-abal, apalagi pseudo film festival alias festival film palsu.

Seperti diungkapkan Makbul, proses film ini melalui kelok cukup berliku. Dikembangkan sejak 2017, proyek film Autobiography kemudian dipresentasikan dalam acara TorinoFilmLab2017. Perjalanan berikutnya ke European Audiovisual Entrepreneurs Ties That Bind, Berlinale Co-production Market, Locarno Open Doors, Southeast Asian Fiction Lab-SEAFIC, FDCP Project market, dan First Cut Lab.

Ada begitu banyak pihak yang ambil bagian hingga akhirnya proyek film ini berhasil terwujud. Bukan hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri. Dukungan internasional berasal dari aide aux cinémas du monde CNC Prancis, Nouvelle-Aquitaine Regional Fund Prancis, World Cinema Fund Jerman, Purin Pictures Thailand, Polish Film Institute, Asean Co-Production Grant –ACOF Filipina, Tokyo Talents NEXT Master Program dan Doha Film Institute.

“Ko-produksi antarnegara tidak hanya menguntungkan dari segi pendanaan, lebih dari itu ko-produksi memungkinkan terjadinya kolaborasi kreatif dan sekaligus memperluas jangkauan distribusi filmnya,” kata produser Yulia Evina Bhara.

Dari dalam negeri, Badan Ekonomi Kreatif tak ketinggalan memberikan dukungan finansial untuk tahap pengembangan dan produksi. Sementara aspek distribusi mendapat sokongan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Syuting film ini memakan waktu 41 hari. Keseluruhan pengambilan gambar berlangsung di Bojonegoro, Jawa Timur. Walaupun melibatkan beberapa kru dari luar negeri seperti Polandia, Singapura, Filipina, Prancis, dan Brazil, namun mayoritas adalah pekerja film Indonesia.

Inspirasi filmnya berasal dari ketakutan-ketakutan yang pernah dialami Makbul ketika masih kecil. Kumpulan ketakutan yang tak memiliki jawaban.

Ceritanya tentang Rakib (diperankan Kevin Ardilova) yang bekerja menjaga rumah kosong milik seorang pensiunan bernama Purna (diperankan Arswendy Bening Swara). Suatu hari, Purna pulang kampung untuk mencalonkan diri menjadi bupati di daerah itu.

Rumah yang Rakib jaga kini tidak lagi kosong. Setiap hari, ia menemani Purna dalam banyak kegiatannya: berkampanye, memasang spanduk, dan lain sebagainya. Dalam diri Purna, Rakib melihat sosok seorang ayah yang didambakannya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian tak terduga mengubah semua itu.

Setelah berpartisipasi di Venice, penjelajahan Autobiography masih akan berlanjut dengan menyambangi beberapa festival dunia lainnya. Setelah itu baru dijadwalkan tayang di Indonesia.

Artikel Terkait

Terkini