Sebagai bangsa majemuk, Indonesia kaya dengan budaya termasuk keanekaragaman kuliner, yang sebagian besar belum banyak terungkap. Di antaranya, Desa Cimindi, merupakan desa wisata di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat mempunyai kuliner yang disebut Gudril.
Menurut Widya Yustina, warga sekaligus penulis Desa Wisata Cimidi mengungkapkan gudril merupakan adonan kerupuk dari singkong. Kerupuk ini bisa dinikmati untuk cemilan atau pun dinikmati dengan nasi dengan rasa gurih dan kriuk.
“Tingkat pengolahannya cukup rumit dan memakan waktu lama, sehingga lebih efektif apabila menggunakan kompor tungku tradisional berbahan dasar batu dengan kayu bakar,” ujar Widya dalam jawaban tertulisnya kepada Koridor, Senin, 27 Maret 2023.
Tidak mengherankan kalau di sejumlah sudut desa itu kerap terlihat kepulan asap membumbung tinggi memenuhi atap langit-langit yang keluar dari kompor tungku tradisional
Cara membuat gudril dimulai dari membersihkan dan mengupas singkongnya terlebih dahulu, lalu dipotong-potong dan diparut hingga berbentuk menyerupai serbuk-serbuk halus.
Singkong yang sudah selesai diparut dan dihilangkan airnya tersebut, kemudian diuleni dan ditambahi bumbu-bumbu rempah seperti kencur, bawang merah, bawang putih, lada juga garam.
“Ambil sebagian parutan singkong untuk dibubuhi pewarna makanan alami agar tampilan kerupuk menggugah selera, kemudian campurkan kembali agar bumbu meresap secara merata,” tuturnya.
Langkah berikutnya adalah mengukus adonan gudril yang masih mentah tersebut menggunakan alat pengukus tradisional, bernama aseupan yang umumnya berfungsi sebagai alat penanak nasi.
Aseupan terbuat dari anyaman bambu dengan ujung lancip mengerucut dan menjadi alat penunjang kegiatan rumah tangga yang penting di kalangan warga. Masyarakat Desa Cimindi mewarisi keahlian membuat aseupan serta aneka kerajinan anyaman bambu lainnya, seperti ceting, boboko, cempeh, dudukuy secara turun temurun dari generasi hingga ke generasi.
Kembali ke proses pembuatan kerupuk gudril, setelah dimasukkan ke aseupan, kukus selama kurang lebih 30 menit sampai adonan singkong tersebut matang, kemudian keluarkan, uleni dan tekan-tekan hingga adonan menjadi padat.
Bungkus dan diamkan selama dua hari hingga adonan kerupuk siap dipotong diiris-iris tipis memanjang, lalu digoreng menjadi kerupuk gurih dan lezat. Teksturnya renyah, cruncy, dapat menjadi cemilan setiap kalangan. Gudril warga dikemas dalam sebuah wadah plastik biasanya dibanderol dengan harga Rp5,000 saja.
Menurut Widya untuk dapat menjumpai kuliner penganan khas lokal ini, silahkan berkunjung ke pasar tradisional Cimindi yang hanya digelar dua kali seminggu, yaitu Selasa dan Jumat.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Cimindi, Yana Ruswinana mengungkapkan produksi gudril ini mencapai 50 kilogram per minggu. Itu terserap semua dan pihaknya belum mencoba memasarkan keluar daerah itu.
“Kuliner ini sudah ada sejak zaman Hindia Belanda seiring dengan keberadaan Desa Cimindi,” katanya.