Keabadian West Side Story dan Romeo and Juliet

Koridor.co.id

West Side Story
Salah satu adegan dalam film West Side Story. (Kredit Foto: disney.co.uk)

Malam ini dunia penuh dengan Cahaya. Dunia ini liar dan cerah.” Kalimat itu dilontarkan Tony (Ansel Elgort) sambil bernyanyi kepada Maria (Rachel Zegler) di balkon tangga darurat dari flat kediamannya.

Adegan dalam West Side Story besutan sutradara Steven Allan Spielberg itu langsung mengingatkan penonton pada drama karya pujangga Inggris kondang Shakespeare bertajuk Romeo and Juliet.

Adegan pertemuan di balkon menjadi ikon drama yang diadaptasi ke layar lebar dari berbagai sineas dunia dengan sudut budaya dan settingnya masing-masing dan semuanya berakhir dengan tragedi.

Kalau Romeo and Juliet kisah permusuhan keluarga Capulet dari Juliet dengan keluarga Montague klan Romeo berlatar belakang Italia abad ke-16, yang datang dari kalangan keluarga bangsawan, maka West Side Story tentang permusuhan geng Sharks yang terdiri atas imigran asal Puerto Rico bernama Shark dan geng Jets, kalangan kulit putih.

Latar belakang  pada 1957, San Juan di Upper West Side Manhattan. Kedua kelompok ini sama-sama datang dari kalangan marjinal, yang pemukimannya akan digusur menjadi proyek properti mewah. 

Tokoh-tokohnya kelas bawah. Maria hanya tukang sapu. Kakaknya, Bernardo (David Alvarez), pimpinan geng Sharks adalah seorang petinju jalanan. Istrinya, Anita hanya seorang penjahit. Di kelompok lain, Tony, mantan pimpinan Jets baru saja keluar dari penjara bekerja di toko obat milik janda tua bernama Valentina (Rita Moreno).

Kedua kalangan sebetulnya sama-sama mengejar mimpi Amerika yang semakin sulit digapai.

“Puerto Rico adalah pulau yang indah. Pulau Tropis tempat nanas tumbuh. Bunga kopi berhembus. Tetapi, utang menumpuk dan bayi-bayi menangis (kelaparan).” Demikian nyanyian para perempuan Puerto Rico begitu menyayat menjadikan film ini realisme sosial para imigran di Amerika.

Seperti pakemnya, Tony “Sang Romeo” bertemu Maria  “Sang Juliet” dalam sebuah pesta dansa sekolah diiringi musik berirama Mambo dan Twist berselang-seling, mengadopsi multikulturalisme yang sedang diupayakan di pesta sekolah itu, sama seperti kewajiban berbahasa Inggris.

Pesta itu salah satu upaya dari pihak kota dan kepolisian dipimpin Letnan Scharank (Corey Stolle), Krupke (Brian D’Arcy James) melakukan berbagai cara untuk menghentikan pertikaian yang kerap menjurus ke arah tindakan kriminal daripada keonaran.

Sayangnya, pesta itu justru menjadi awal petaka dan membuat pertikaian kian memuncak. Tetapi, salahkah cinta antara dua anak muda yang malang ini?

West Side Story menyajikan tragedi Romeo dan Juliet dengan hingar bingar musik dan koreografi, yang amboi ciamiknya. Seluruh lagu dinyanyikan oleh para aktor dan aktrisnya dengan piawai. Wajar. Karena, film musikal ini berangkat dari drama yang pertama kalinya dipertunjukkan di Broadway pada 1957.

Hanya empat tahun kemudian, 1961, pentas musikal ini diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Film aslinya yang dirilis tahun 1961, dianggap sebagai film klasik yang berhasil memenangkan 10 Academy Awards, termasuk film terbaik. Encyclopedia Americana terbitan 1983 dalam entri motion pictures menjadikannya sebagai contoh film yang diulas sebagai ikon film Hollywood karena inovasinya.

Sementara versi baru juga menjadi salah satu nominasi film terbaik Oscar 2022. Ariana DeBose menyabet aktris pendukung terbaik.

West Side Story versi Spielberg dimulai ketika kamera bergerak mengikuti area dengan puing-puing bangunan hancur berserakan. Walau pun demikian dua geng jalanan tersebut terus lanjut bertikai ketika daerah yang mereka perebutkan terus menyusut dan berubah. Pertikaian digambarkan dengan musik siulan, bunyi jari dijentikkan, hingga anak-anak muda berjalan beriringan, lalu menari.

Gentrifikasi wilayah yang akan datang itu membuat warga miskin di sana, baik itu warga kulit putih atau pun warga Puerto Rico, harus mengungsi. Pertikaian yang sebetulnya menambah masalah, karena mereka senasib, membuat hak mereka untuk tinggal di daerah tersebut ikut tercabut.

Versi anyar ini sekalipun dengan setting tahun yang sama dengan pendahulunya, tetapi lebih telak menyindir isu rasial yang masih relevan di Amerika. Juga mengungkapkan ada masalah lebih mendasar di Amerika, seperti tersirat dalam ucapan Tony: “Aku tidak akan membunuh orang seperti diriku (senasib)”. Masalah itu, kesenjangan sosial.

Spielberg sadar bahwa versinya tidak akan pernah bisa menggantikan versi aslinya. Namun dia menjadikan West Side Story bagian dari catatan abadi dalam sejarah perfilman Amerika. Keturunan Yahudi kelahiran 18 Desember 1946 itu, juga ikut membuktikan Romeo and Juliet menjadi inspirasi kisah cinta yang tak kenal usang untuk menjadi ide cerita. Bagi mereka yang ingin menonton film keren ini, bisa mengakses Disney Plus Hotstar, sekalipun di bioskop sudah diturunkan. 

Artikel Terkait

Terkini