Nama Carl Friedrich Zeiss telah terkait erat dengan fotografi. Tetapi, sejarah pria kelahiran Weimar, Jerman, 11 September 1816 itu, sesungguhnya tidak dimulai dari fotografi. Pada tahun 1846, pendiri bisnis Carl Zeiss mulai merancang mikroskop untuk membantu memerangi penyakit. Selama 175 tahun sejak itu, perusahaan telah selamat dari pandemi di seluruh dunia, dua perang dunia, dan kebuntuan geopolitik yang pada dasarnya merobeknya menjadi dua.
Selama ini, Carl Zeiss Optik tidak hanya menjadi pemimpin global dalam optik, tetapi juga meraih bintang. Dalam sebuah film dokumenter, Ralf Schneider menceritakan kisah epik tentang bagaimana perusahaan Carl Zeiss dimulai dan bagaimana perusahaan itu menjadi yang terbaik dalam apa yang dilakukannya. Schneider dimulai dari awal, ketika Carl Zeiss membuka toko optik kecil di Jena, Jerman.
Zeiss melanjutkan bisnisnya dengan menjual kacamata sementara dia dan seorang profesor fisika dari universitas terdekat mengerjakan mikroskop presisi. Mengutip Peta Pixel, diceritakan setelah beberapa bulan trial and error, Zeiss berhasil membuat mikroskop pertamanya. Namun, baru setelah rekan fisikanya menemukan bahwa perhitungan optik yang tepat dimungkinkan, bisnis Zeiss menjadi perusahaan ilmiah.
Carl Friedrich Zeiss berguru pada Dr. Friedrich Ksrner, mekanik dan pembuat instrumen asal Jerman. Dari gurunya, Zeiss muda mengenal berbagai perlengkapan yang dapat digunakan menciptakan bermacam produk optik. Untuk memperdalam wawasan intelektualnya, Zeiss mengenyam pendidikan matematika, fisika, antropologi, mineralogi, dan berbagai ilmu tentang optik di University of Jena.
Sejarah akhirnya mencatat, Carl Zeiss adalah seorang tokoh terkenal di bidang optik, yang meninggal pada tahun 1888. Perusahaan yang dirintisnya terus membuat terobosan baru karena dia menghargai, dan mempekerjakan peneliti muda yang cerdas dan akurat secara ilmiah.
Tak lama setelah Pameran Dunia Paris 1889, perusahaan mulai membuat instrumen astronomi, lensa fotografi, dan kacamata lagi. Tetapi hal utama adalah peningkatan jumlah desain untuk mikroskop.
Setelah itu, perusahaan mengalami masa-masa sulit. Mereka terpaksa membuat senjata untuk Jerman selama dua perang dunia. Ketika Jerman jatuh pada tahun 1945, perusahaan itu benar-benar terbelah dua. Amerika Serikat mengambil 77 karyawan top Zeiss dan sebagian besar rencana perusahaan ke Jerman Barat, sedangkan Uni Soviet merekrut 275 karyawan dan banyak mesin di balik tirai besi.
Konsekuensinya, Zeiss West dan Zeiss East muncul dan dengan cepat mulai bersaing satu sama lain dengan cara yang mengingatkan pada Perang Dingin. Hasselblad dan Zeiss bekerja sama mengembangkan kamera dan lensa untuk mengambil foto terkenal astronot Apollo yang menginjakkan kaki di bulan.
Soviet segera mengikuti dengan versi mereka dari kamera multispektral yang diciptakan Carl Zeiss Jena untuk Blok Timur. Setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989, kedua bisnis tersebut akhirnya bersatu kembali, dan membentuk satu kesatuan, yang sekarang menjadi konglomerat optik global utama.
Pertumbuhan semikonduktor komputer, yang sekarang menggerakkan mikroskop, bahkan di luar spektrum optik, membantu Zeiss melanjutkan upaya ekspansinya. Tapi optik Zeiss akan selalu menjadi bagian dari struktur perusahaan, dan setiap gambar yang diambil akan menampilkannya. Baik itu organisme mikroskopis yang terdiri dari satu sel atau gambar bulan yang diambil dari galaksi yang jauh.
Meski kemudian terkenal dengan produk optiknya. Namun, nama besar Carl Zeiss baru benar-benar terdengar melalui dunia fotografi, khususnya tatkala lensa-lensa buatan Zeiss menjadi bagian penting berbagai produk kamera.
Pada 1995, karena ingin lebih dikenal di dunia kamera, Sony memutuskan bekerja sama dengan Zeiss untuk menyuplai lensa. Maka kelak, lahirlah handycam CCD-TR555 pada 1996 yang mengusung lensa Zeiss. Pada 1999, kerja sama dilanjutkan melalui DSC-F55K Cyber-shot. Pada 2006 kamera-kamera DSLR milik Sony lazim menggunakan lensa buatan Zeiss.
Menarik dicatat, melalui kerja sama dengan Nokia, Zeiss mempopulerkan kehebatan lensanya via telepon selular. Pada 2005, lewat PureView 808, lensa Zeiss sudah melengkapi ponsel kelas atas Nokia. Kolaborasi mereka diperluas, pada Nokia N90, N8, hingga N9.
Kalau ada yang bertanya mengapa Zeiss sukses besar di dunia fotografi atas kerja samanya dengan Sony dan Nokia, tidak usah heran. Zeiss sangat menguasai bidang ilmu lensa dan Abbe merupakan pencipta mekanisme perilisan (shutter mechanism). Banyak paten mendasar soal lensa kamera diciptakan Zeiss, khususnya disumbang oleh teknisi bernama Paul Rudolph, yang terkenal menciptakan mekanisme anastigmat di dunia lensa kamera.
Melalui Rudolph pula, lahirlah Protar pada tahun 1890, Planar (1895), Unar (1899), Tessar (1902), dan Plasmat (1918). Ingatlah, semua itu lensa kamera legendaris yang terkenal akan ketajaman dan presisinya.
Jadi, kalau akhirnya masyarakat dunia, termasuk anak-anak di pelosok Indonesia makin akrab dengan kamera HP, ingatlah ada jasa besar Carl Friedrich Zeiss, dengan para peneliti, yang berjibaku, bekerja keras merampungkan penelitian, sampai melahirkan produk istimewa yang telah mengubah dunia.