Jika Bandung masa kolonial dijuluki Paris Van Java, maka Malang dinamakan Het Dorado Van Oost Java. Jalan Kayutangan menjadi pusat gaya hidup orang Eropa

Koridor.co.id

Ilustrasi (Foto: Tawangsari Kampung Sejarah)

Pada jam 9 malam, 30 Agustus 1930 sebagian dari kaum borjuis telah berkumpul di masyarakat “Societeit Concordia”, sebuah gedung klub yang terletak di kawasan alun-alun Malang. Para orang kaya Belanda ini memperingati hari ulang tahun ke-50 Ratu Wihelmina dengan meresmikan lukisan potret bergambar sang penguasa itu.

Aula depan didekorasi sangat apik dengan warna-warna nasional merah putih biru, ditutupi oleh tirai. Acara dimeriahkan dengan pesta dansa hingga tengah malam saat peresmian (Wihelmina lahir pada 31 Agustus 1880).

“Hari ini sangat istimewa bagi Lembaga, karena sebuah lukisan akan diresmikan pada hari ulang tahun Ratu kita yang ke-50, yang akan selalu diingat. Tirai kemudian dilepas, dan di depan mata kami adalah potret Ratu yang dieksekusi dengan indah,” ujar Ketua Concordia J. R. Swart seperti dikutip dari De Indische Courant, 2 September 1930.

Acara itu hanya salah satu kegiatan di Societeit Concordia, ikon prestisius orang kaya Eropa di Kota Malang masa kolonial. Malang pada 1930 jauh lebih baik dibandingkan ketika kota ini resmi jadi kotapraja pada 1 April 1914, di mana hanya gedung itu satu-satunya pusat hiburan.

Societeit Concordia atau disebut juga Gedung Bola berada di ujung Jalan Kayutangan (kini jalan Basuki Rahmat), sentra gaya hidup orang Eropa di Kota Malang.

Pada 1920-an baru ada sebuah toko serbaada yang terletak di jalan itu yaitu Warenhuis (toko serba ada) Weissberg kepunyaan orang Amerika. Dalam de Malanger 17 Juni 1929 Warenhuis Weissberg sempat mengiklankan penjualan piano dan alat-alat musik, beralamat Jalan Kayutangan nomor 5 dengan nomor telepon 16.

Pada 1930 pemiliknya berganti kepada seorang Tionghoa yang mendirikan Toko Oen, restoran yang menjual es krim yang sampai kini masih berdiri dan menjadi ikon Kota Malang. Menariknya Pada alamat dan nomor telepon yang sama sebelum berdirinya Toko Oen terdapat Toko Liberty Magazijn yang menjual pakaian jadi.

Pada Jalan Kayutangan, di depan Kantor Pos Malang, tepatnya di toko nomor 6 mulanya ada Toko Musik lyra. Kemudian toko ini juga menjual alat-alat optik (kacamata) kepunyaan seorang Yahudi bernama JH Goldberg. Dia memulai usahanya di Surabaya pada 1908 di Jalan Pasar Besar 36 sebelum ke Malang dan kemudian juga cabang lain di Weltervereden, Batavia.

Di jalan itu juga berdiri Onderling Belang, toko serbaada yang megah di Kota Malang masa itu. Toko ini juga mempunyai cabang di Surabaya dan Bandung. Onderling Belang adalah perkumpulan perdagangan dari Rotterdam yang diperkirakan masuk ke Hindia Belanda pada 1910-an.

Ilustrasi-Foto: Gids voor Malang en omstreken
(1924)

Onderling Belang menjadi tempat belanja busana yang tren masa itu bagi orang-orang Eropa. Toko ini hancur dalam Perang Kemerdekaan, ketika Belanda melakukan Agresi I pada Juli 1947 akibat bumi hangus, seperit halnya gedung balai kota (yang kemudian direnovasi setelah perang).

Toko-toko lain yang ada di Jalan Kayutangan yang pernah berdiri adalah Toko Tourist (Jalan Kayutangan no 75 menjual sepeda), salon khusus untuk perempuan di jalan Kayutangan no. 28), binatu.

Terdapat juga Restoran Eldorado, showroom penjualan mobil dari General Motor, Juvelier Thio (Kayutangan nomor 41), Toko Piet (Kayutangan no.63) yang menjual kebutuhan untuk kamar mandi, rumah tangga, kosmetik, Toko Roti NV Mabes (nomor 49), Malangsche Winner Bakery (nomor 75), toko buku Kolff & Co.

Hanya ada satu toko milik pribumi di Jalan Kayutangan, yaitu toko perabotan rumah tangga dan tempat tidur milik Mas Haji Hasyim beralamat di Jalan Kayutangan nomor 47. Toko J. Hageraats toko sepatu nomor 12 A.

Terdapat dua apotik yaitu NV Apotheek Malang (Kayutangan nomor 70) dengan apoteker HAC Boelman dan NV Apotheek de salamander (Jalan Kayutangan nomor 16).

Orang-orang Jepang jumlahnya ditaksir hanya puluhan orang di Kota Malang. Mereka menjalankan bisnis di beberapa toko di Jalan Kayutangan antara 1914-1930-an. Bisnis orang Jepang yang cukup menonjol di Kota Malang ini ialah Coiffeur (piñata rambut) dan barbier (cukur rambut) untuk pria.

Paling sedikit ada empat salon pria di jalan itu yang diusahakan orang-orang Jepang ini, yaitu Maison Kobe (beralamat di Jalan Kayutangan nomor 36, Toko Minami & Co (Jalan Kayutangan nomor 57 dengan telepon 881, serta LS Coiffeur dengan pemilik bernama Matayoshi dengan dua toko, nomor 38 dan 91.

Kota Malang pada 1930 mempunyai 13 pompa bensin.Tiga di antaranya dimiliki oleh Gilbert en Barker masing-masing di Celaket No 11 (kapasitas 3.000 liter), Pasar Besar (4.000 liter), dan Kayutangan (berkapasitas 4.000 liter).

Ada juga kepunyaan NV Malangsche Autoveller juga di Kayutangan dengan kapasitas 6.000 liter, Shell (perusahaan Inggris) di Jalan Semeru dengan kapasitas 8.000 liter, Rijwiel Handel Martens di Oro-oro Dowo berkapasitas 8.000 liter, Mevrouw Volker di Talon-Kawistraat 8.000 liter dan sisanya kepunyaan orang Tionghoa.

Di Jalan Kayutangan terdapat sebuah bioskop bernama Roxy (namanya kemudian menjadi Merdeka setelah Kemerdekaan Indonesia). Bioskop ini melengkapi sarana hiburan di Kota Malang. Bioskop lainnya adalah Rex (Alun-alun Timur), Flora, Centrum, Globe, Orient (di Meublemakerstraat, sekarang Jalan Pertukangan dan Atrium). Bioskop-bioskop ini boleh ditonton semua kalangan. Kecuali Atrium yang hanya untuk orang Eropa dan serdadu KNIL.

Dua surat kabar juga bermarkas di Kota Malang, yaitu NV Dagblad de Malanger yang menerbitkan harian de Malanger beralamat di Jalan Kayutangan nomor 11 dan satu lagi Redaksi Sinar Malangjalan Kayutangan nomor 40. Jalan ini memang strategis karena berada antara Jalan Celaket yang menembus Malang ke kota lain dan akses ke alun-alun yang merupakan pusat kota Malang.

Hotel di Kota Malang

Sebagai kota tempat tujuan wisata terdapat beberapa hotel prestisius. Salah satu yang paling kondang ialah Hotel Palace di Alun-alun Selatan sebagai salah satu hotel terkemuka (kini jadi Hotel Pelangi). Hotel ini berdiri pada 1915 mempunyai 70 kamar (awalnya 64 kamar). Bangunannya bertingkat dua.

Hotel besar lainnya di Kota Malang adalah Splendid Inn terletak di Jalan Speelmanstraat (sekarang jalan Majapahit). Hotel ini dibangun pada 1923 atas jasa kantor arsitek Smits-Kooper (berkantor di Lowokwaru). Pemiliknya bernama CC Mulie. Arsitektur bangunannya yang bergaya Nieuwe Bouwen (berbentuk kubus dan atap lurus)

Lainnya ialah Hotel Victoria di Jalan Van Imhoffstraat yang dimiliki oleh A.G.M Funckle dan Sans Souciens yang dimiliki seorang berkebangsaan Prancis bernama H. E Arrians (lihat Tabel 1).

Sumber : Gids voor Malang en omstreken (1924).

Wisata ke Luar Kota

Panduan wisata karya S.A Reitsma berjudul Travellers Handbook for The Dutch East Indie terbitan Van Stockum and Son The Haque terbitan 1930, menyebutkan Malang sebuah kota yang cocok untuk menjadi titik tolak menikmati wisata alam dan sejarah di luar kota. Wisatawan mengakses pemandian Wendit, Candi Singosari, Tumpang, hingga Batu.

Di tempat terakhir ini disebutkan Hotel Pemandian Panas Songgoriti di ketinggian 1050 meter, 33 kamar dan 20 kamar mandi private. Tarif menginapnya berkisar F8-F12 untuk single dan F15-F22 untuk double bed.

Ada juga Hotel Panderman di ketinggian 1.000 meter dengan 14 kamar dengan tarif F7 hingga F20 per malam dari single bed room dan double bed room.

Di dekat Batu ada air terjun Coban Rondo di Bukit Panderman (2037 meter) 1,5 jam dari Malang bisa menggunakan kuda, sedan. Reitsma menulis perjalanan ke Batu (Hotel Parkzicht) yang terletak 15 km dari Malang dan selanjutnya ke Songgoriti dan Pujon (rumah Justina, Hotel Terminus) dan Ngantang .

Buku itu merekomendasikan untuk berkunjung ke Lebaksari, di dekat Pujon, dengan fasilitas renang yang bagus dan restoran yang rapi (dengan unggulan stroberi dengan krim kocok. “Beberapa menit sebelum Pujon, Anda bisa mencapai air terjun Coban Rondo melalui jalan belakang,” tulis Reitsmer.

Di Pujon, wisatawan memiliki pemandangan lanskap gunung dengan segala kemegahannya yang menyenangkan dan indah. Dia mengapresiasi kawasan Songgoriti, tempat reruntuhan sebuah candi, di mana ada hotel yang sangat bagus (hotel pemandian Songgoriti, dengan mata air yang hangat dan menyembuhkan) sangat menarik untuk dilihat.

Tempat pemandian air panas Songgoriti. (Foto: Gids voor Malang en omstreken – 1924)

Kawasan wisata lain yang disebut ialah Pemandian Selecta. Taman ini memiliki luas sekitar 18 hektare, di mana 10 hektarenya merupakan area taman bunga. Taman ini dibangun pada masa penjajahan Belanda oleh seorang warga Belanda bernama Ruyter de Wildt pada 1920 sampai 1928.

Kota Malang dianugerahi kondisi geografis yang terletak di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan dikelilingi gunung-gunung megah, seperti Arjuna, Kawi, Tengger dan Semeru yang memberikan panorama indah bagi warga dan pengunjung kota Malang. (Bagian Kedua dari Tiga Tulisan).

Artikel Terkait

Terkini