
Pada 1990-an dulu rumah makan Cairo sebagai kuliner masakan Timur Tengah, di Kelurahan Ngaglik, Kota Batu kondang karena merupakan cabang di Kota Malang yang berdiri pada 1953.
Chiara Arifin mengajak putranya Dzaqi Fardhan untuk mencicipi hidangan di Cairo, pada Kamis, 11 Mei 2023. Menu yang dipesannya adalah sate kambing yang dibandrol dengan harga Rp50 ribu per porsi dan martabak seharga Rp30 ribu per porsi.
“Harganya pas dengan kualitas makanannya. Ukuran potongan daging sate kambing bukan saja lumayan besar, tetapi empuk dan tidak prengus. Martabaknya enak dengan racikan rempah yang pas,” kata Chiara ketika dihubungi Koridor, 11 Mei 2023.
Menu lain seperti nasi kebuli kambing dibandrol dengan harga Rp50 ribu per porsi, nasi gule kambing Rp30 ribu, nasi goreng kambing Rp50 ribu.
Bagi mereka yang menghindari kambing bisa mengkonsumsi makanan yang berbahan ayam. Harga sate ayam per porsi Rp25 ribu, nasi goreng ayam Rp35 ribu, nasi opor ayam Rp25 ribu per porsi.
Dilihat dari komposisi menu, sudah ada pergeseran menjadi lebih hibrida tidak lagi didominasi masakan Timur Tengah.
Sayangnya, areal parkir rumah makan ini cukup untuk dua mobil saja. Selain itu rumah makan ini kondisinya tidak seperti awal berkembang, sepi. Namun karyawan restoran dengan seragam batik berpenampilan rapi dan apik.
Terkait Sejarah Malang
Disebut Cairo, identik dengan ibu kota Mesir. Berdiri pertama kali di kawasan Kasin, Malang pada 1953 berada dalam wilayah yang disebut Embong Arab. Rumah makan ini menawarkan menu makanan Timur Tengah seperti sate, gule, nasi goreng dan lain-lain yang semuanya berbahan dasar daging kambing muda. Pada awalnya menu yang ditawarkan hanya sate, gule dan nasi kebuli.

Rumah Makan Cairo di Malang-Foto: Go Travelry,
Menurut buku Jejak Kuliner Arab di Tanah Jawa terbian 2014, rumah makan ini didirikan oleh ayah dari Abdul Latief yang kini mengelola rumah makan ini. Pada awal berdiri merupakan satu-satunya rumah makan di Kota Malang yang menawarkan masakan Timur Tengah.
Koridor pernah mengunjungi rumah makan yang berada di Jalan Pierre Tendean, Malang ini pada Desember 1994. Seperti yang diceritakan Chiara, daging kambingnya empuk dengan potongan besar hingga mengenyangkan dan satu porsi untuk dua orang. Saking empuknya bumbunya merasuk dalam daging hingga rasanya lezat.
Pada waktu itu Koridor juga menyantap martabak yang ukurannya tidak terlalu besar dibanding martabak Mesir yang ditawarkan di Jakarta yang harganya kini di atas Rp40 ribu hingga Rp50 ribuan. Selain di Kota Batu, cabangnya juga ada di Dinoyo, Tlogomas, juga di Kota Malang.
Menurut sejarahnya Embong Arab merupakan daerah perniagaan Kota Malang selain pecinan, Kayutangan pada masa Hindia Belanda. Kedua wilayah ini basis perdagangan ritel dan kerajinan terutama mebel. Kampung Arab bersebelahan dengan Kampung Kauman.