“Mereka tidak bermimpi menjadi kaya. Mereka hanya ingin anak-anak ketika berumur 20 tahun tidak mendapatkan kanker.” Petikan pernyataan Erin Brockovich di depan mitra pengacara ketika Pacific Gas and Electric Company (PG&E) menaikkan harga rumah yang dibeli dari penduduk dalam film bertajuk sama dan dirilis pada 2000 silam, disutradarai Steve Soderbergh.
Film berdasarkan kisah nyata berlatar tahun 1990-an itu, bercerita tentang perjuangan ibu tiga anak, bekerja di firma hukum, membela 600-an warga Hinkley, sebuah kota kecil di negara bagian California.
Air tanah di kota itu terkontaminasi kromium heksavalen karsinogenik yang bisa berimbas pada kesehatan. Sayangnya, PG&E menolak tudingan miring. Korporasi superkaya itu, memberitahu penduduk Hinkley bahwa mereka menggunakan bentuk kromium yang lebih aman.
Awalnya Erin (dimainkan dengan sangat baik oleh Julia Roberts yang membuatnya menyabet Piala Oscar untuk aktris terbaik) curiga bahwa dokumen pada firma hukum itu berisi laporan medis klien bernama Donna Jensen ternyata terkena kanker. Dia pun melakukan konfirmasi pada ahli toksikologi pada air minum penduduk apa benar kromiumnya aman. Ternyata, tidak. Jadi PG & E melakukan kebohongan publik.
Di tengah kerepotannya bekerja, sambil mengurusi tiga anaknya yang masih kecil-kecil, menelusuri satu demi satu warga yang rumahnya dibeli oleh korporasi itu dan orang-orang sekitarnya. Ternyata ada yang hanya hewan ternaknya mati kena tumor, tetapi yang buat menangis ialah ada anak kecil terkena kanker.
Awalnya warga tidak paham. Mereka mengira keluarganya yang terkena penyakit mematikan –kerusakan tulang belakang, keguguran berulang, kanker dan lainnya– itu disebabkan perubahan gaya hidup. Bukan karena air minuman warga tercemar bahan kimia berbahaya.
Dengan mengumpulkan sejumlah barang bukti Erin dan firmanya memberi tahu warga bahwa mereka ditipu dokter yang dibayar oleh korporasi. Karena itu, warga tidak boleh tinggal diam begitu saja. Mereka harus bertindak, bangkit untuk melawan. Jadilah, Erin memimpin gugatan class action.
Dalam cerita Erin kemudian mendapat dukungan dari orang yang bekerja dalam korporasi itu. Infonya, kantor pusat tahu bahwa kantor cabang PG&E melakukan kesalahan. Dokumen ini membuat Erin dan tim pengacaranya menang dalam pengadilan arbitasi pada 1996. Konsekuensinya, PG&E, korporasi korporasi superkaya itu harus membayar ganti rugi sebesar USD333 juta dolar kepada penuntut, para warga.
Erin Brockovich mengajarkan, keberuntungan cepat atau lambat akan berpihak kepada orang baik. Karena bagaimana pun akan selalu ada manusia yang mempunyai hati nurani.
Yang harus dikagumi dari Erin adalah kegigihan, dan totalitasnya dalam bekerja. Ketika dia mengerjakan investigasi sampai memakan waktu berhari-hari. Bahkan, dia sampai tidak bertemu dengan anak-anaknya.
Erin seorang aktivis lingkungan, tetapi boleh dibilang sebagai seorang feminis. Film ini dibuka dengan sejumlah adegan miris yang beruntun ketika manajer sumber daya manusia menolak lamaran Erin,yang hanya tamat SMA.
Mobilnya sudah kena surat tilang ditabrak dan tidak punya asuransi kesehatan. Hati siapa yang tak tersentuh melihat, sebagai ibu, Erin mau makan buah kaleng, asal anak-anaknya makan dengan pantas.
Erin akhirnya mendapatkan pekerjaan di kantor bekas pengacaranya, Edward L. Masry (Albert Foney) karena belas kasihan. Tetapi, berkat kegigihannya dan mau belajar, Erin ganti membuat firma kecilnya menjadi firma besar dan dinobatkan di Majalah Los Angeles Lawyer sebagai cover. Sebagai pengacara, Erin mendapatkan jeri payahnya selama 3 tahun berjuang, yaitu USD2 juta, yang membuatnya nyaris pingsan: tak percaya mendapat rezki sebanyak itu.
Apa kata Erin Brockovich asli tentang hidupnya:
“Saya seorang advokat untuk kesadaran, kebenaran, dan hak seseorang untuk tahu. Saya percaya bahwa dalam ketiadaan kebenaran, kita semua berdiri tak berdaya untuk membela diri, keluarga dan kesehatan kita, yang merupakan anugerah terbesar yang kita miliki,” kata Erin seperti dikutip dari situs Brockovich.com
Jadi kalau ada anggota masyarakat yang merasa kesehatan bahkan nyawa keluarga mereka terancam karena ulah korporasi yang hanya memikirkan uang, ingat satu kata” Lawan!”. Jangan segan melaporkan ke biro hukum, LBH misalnya. Tentunya yang punya kepedulian terhadap kemanusian. Ingat keadilan adalah milik semua makhluk hidup.