“Saya anjurkan para mahasiswa supaya mereka belajar jangan hanya mengejar gaji tinggi, tetapi menjauhkan diri dari rakjat. Hal ini saja katakan bukan karena ikut campur mengenai soal dalam negeri, tetapi karena saya merasa sebagai saudara,” demikian kata Ho Chi Minh, ketika mengunjungi peresmian Institut Teknologi Bandung, 2 Maret 1959 seperti dikutip dari Pikiran Rakjat, 3 Maret 1959.
Pada waktu itu Ho Chi Minh menjabat Presiden Vietnam Utara (Vietnam baru Bersaatu pada 1975). Penampilan pria yang karib disapa Paman Ho ini begitu bersahaja, ketika mengunjungi rumah kediaman Bung Karno, alas kakinya hanya sandal bukan sepatu lazimnya pemimpin negara sahabat ketika berkunjung ke Indonesia.
Pria kelahiran 19 Mei 1890 ini begitu mencintai negerinya. Paman Ho hanya mengenakan sandal sampai bangsa Vietnam benar-benar merdeka. Hari itu 2 Maret 1959, Paman Ho diajak Bung Karno, sahabatnya untuk mengunjungi dua kampus ternama di kota kembang itu.
Ho Chi Minh tiba bersama Soekarno di Bandara Husein Sastranegara pukul 09.45 dengan pesawat Dolok Martimbang (pesawat kepresidenan masa itu). Kedua kepala negara naik mobil sedan terbuka berwarna cokelat merek cosmopolitan langsung ke Jalan Ganesa.
Hari itu sekitar pukul 10.00, Institut Teknologi Bandung diresmikan oleh Presiden Soekarno. Bagi Bung Karno kehadirannya di ITB merupakan nostalgia karena ketika menjadi mahasiswa hanya ada 11 orang Indonesia yang belajar (ketika masih bernama Technische Hogeschool Bandoeng disingkat THS (Sekolah Tinggi Teknik) dan ITB pada 1959 sudah memiliki 4.600 mahasiswa Indonesia.
Keduanya disambut oleh Ketua Institut Teknologi Bandung, Profesor Sutedjo dan petinggi ITB lainnya Prof. Dr Johana. Hadir dalam peresmian beberapa pejabat penting lainnya seperti Menteri Negara Hanafi, Menteri PPK Prof. DR. Prijono. Dalam sambutannya Ho Chi Minh mengatakan keheranannya bahwa ITB memiliki 4.000 mahasiswa dan hanya terdapat 600 mahasiswi.
Padahal kata Ho, di Vietnam Utara jumlah antara perempuan dan laki-laki yang mengenyam pendidikan tinggi lebih seimbang. Untuk itu dia berharap suatu hari kelak jumlah mahasiswi di Indonesia mencapai 50%.
Bung Karno setelah peresmian mengajak Ho Chi Minh berkeliling kampus ITB. Setelah mengunjungi ITB, Soekarno dan Ho Chi Minh mengunjungi Gubernuran untuk makan siang dan beristrahat.
Warga kota Bandung menyambut rombongan dengan meriah dalam perjalanan menunju gubernuran. Di pintu gerbang gubernuran kedua kepala Negara disambut tari-tarian Priangan dan ditaburi kembang melati hingga tangga gubenuran. Hadir dalam penyambutan Komandan Komando Militer Kota Besar (KMKB) Kota Bandung Kolonel Amir Machmud.
Sore harinya sekitar pukul 16.30, Bung Karno dan Paman Ho hadir di Auditorium Gedung A, Universitas Padjadjaran, di Jalan Dipati Ukur untuk mendapat gelar Doktor Kehormatan dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Ilustrasi-Foto: Irvan Sjafari.
Seperti halnya pada Presiden Yugoslavia Tito, tampil sebagai promotor Mohamad Yamin. Hadir dalam penganugerahaan gelar adalah Menlu Subandrio, Menteri Negara Hanafi dan Presiden Universitas Padjajaran Iwa Kusumasumantri, Ketua Parlemen Mr. Sartono, Wakil PM Republik Demokrasi Vietnam Pham Hung, Menlu Subandrio, juga wakil dari ITB dan Universitas Airlangga.
Profesor Yamin menyebutkan alasan memberikan Ho Chi Minh mendapatkan gelar doktor kehormatan. Ho Chi Minh berperan dalam perjuangan kemerdekaan Vietnam mempunyai nilai hukum dan member bentuk ketatanegaraan yang merdeka dan berdaulat bagi tanah air Vietnam.
Ho dalam sambutannya menyatakan ada empat babak perjuangan kemerdekaan Vietnam, yaitu sejak 1890 hingga Perang dunia I, perjuangan pergerakan Vietnam sejak 1919 hingga kedatangan fasis Jepang, perjuangan gerilya melawan Jepang dan proklamasi kemerdekaan pada 25 Agustus 1945 dan hingga kini (1959) revolusi Vietnam belum selesai.
Ada cerita lain selama Ho Chi Minh singgah di Bandung. Sekitar pukul 23.30 hari itu juga Ho kedatangan tamu seorang wanita bernama Chi Mool berusia 40 tahunan. Wanita itu bersuamikan seorang Indonesia bernama Ganda, warga Desa Sindanglaya, Ujungbereung.
Rupanya Chi Mooi bertemu suaminya semasa perang Vietnam melawan penjajah Prancis. Chi Mooi menjadi perutusan Vietnam Utara ke Konferensi Asia dan Afrika. Pasangan ini dikaruniai 6 orang anak.
Sejarah mencatat Presiden Ho Chi Minh mengunjungi Indonesia pada 27 Februari – 8 Maret 1959 dan Presiden Sukarno mengunjungi Vietnam 3 bulan kemudian pada 24 – 29 Juni 1959.
Dalam kunjungannya, Paman Ho berpidato di depan DPR Indonesia, adanya kesamaan antara kedua negara dalam perjuangan menentang kaum kolonialis dan merebut kembali kemerdekaan Tanah Air.
Presiden Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Dan hanya setengah bulan kemudian, pada 2 September 1945, Presiden Ho Chi Minh juga secara resmi membacakan deklarasi kemerdekaan, melahirkan Republik Demokrasi Vietnam. Yang pasti bangsa kedua negara ini merebut kemerdekaan dengan darah dan air mata. Bukan gratis diberikan negara penjajahnya.
Selama tahun 1960-an, kesehatannya tampak menurun dan perannya dikurangi menjadi penampilan publik sesekali. Dia meninggal karena serangan jantung pada 3 September 1969, pada usia 79 tahun, tidak bisa menyaksikan bangsanya Bersatu. Itu sebabnya ketika Saigon kembali ke bangsa Vietnam, dinamakan Ho Chi Minh City untuk menghormati perannya.