Garis Wallace: Memisahkan Dua Dunia Fauna di Kepulauan Indonesia

Koridor.co.id

Alfred Russell Wallace. (Foto: YouTube/Biographics)

Garis Wallace adalah garis khayalan yang memotong pulau-pulau Indonesia yaitu Selat Lombok antara Bali dan Lombok di selatan, dan memanjang ke utara melalui Selat Makassar antara Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi.

Kebanyakan orang mungkin tidak pernah mendengar tentang Alfred Russell Wallace (1823-1913). Dia adalah seorang ahli alam abad ke-19 yang, “menemukan” teori evolusi yang independen dari teori evolusi milik Charles Darwin.

Hipotesis Wallace didasarkan pada pengamatannya terhadap pulau-pulau di Indonesia. Dia mencatat adanya pemisah yang jelas antara fauna pulau-pulau barat, dengan hewan-hewan yang sebagian besar berasal dari Asia, dan fauna bagian timur yang berasal dari Australasia. Dari pengamatannya, dia mulai memahami proses seleksi alam.

“Pertanyaannya bukan hanya tentang bagaimana dan mengapa spesies mengalami perubahan, tetapi juga bagaimana dan mengapa mereka berubah menjadi spesies baru yang memiliki ciri-ciri dengan definisi yang jelas, dan dalam banyak hal bisa dibedakan satu sama lainnya,” tulis Wallace dalam otobiografinya.

“Mengapa dan bagaimana mereka cocok dengan mode kehidupan yang berbeda, dan mengapa semua makhluk menengah (sebagaimana ditunjukkan oleh catatan geologi bahwa mereka telah punah) hanya meninggalkan spesies, genus, dan kelompok hewan dengan tanda-tanda yang jelas?” lanjutnya.

Ketika Darwin mengetahui bahwa Wallace akan menerbitkan sebuah buku dengan gagasan serupa, Darwin segera menerbitkan bukunya yang berjudul “On the Origin of Species” pada tahun 1859. Wallace tidak pernah merasa iri hanya karena Darwin yang menerima semua pujian tersebut. Kedua pria tersebut berkomunikasi melalui surat dan saling berbagi makalah akademis.

Wallace melakukan perjalanan ke Amerika Selatan dan berbagai bagian dunia lainnya, namun sebagian besar waktu penelitian lapangannya selama delapan tahun dihabiskan di Asia Tenggara. Di sana, dia mengamati flora dan fauna lokal serta mengumpulkan sampel serangga, kupu-kupu, burung, reptil, dan mamalia.

Salah satu karyanya yang monumental “The Malay Archipelago” diterbitkan pada tahun 1869 dan Wallace mendedikasikannya untuk Charles Darwin. Buku ini telah dicetak ulang berkali-kali, dan juga dapat diakses secara daring melalui Papua Web. Gaya penulisan Wallace yang menarik dan deskripsi yang mendalam tentang manusia, tempat, dan alam masih memikat pembaca hingga saat ini.

*** disadur dari Washington.edu.

Artikel Terkait

Terkini