
Tema cerita cowok cool badboy dengan cewek “baik-baik” (biasanya) pintar rupanya masih disukai para penonton muda. Bahkan sejak beberapa puluh tahun lalu, seperti Ricky, Nakal Anak Mudanya (1990) hingga Dilan 1990 (2018). Resep ini juga digunakan dalam film Hollywood dan Korea.
Begitu juga dengan Argantara film remaja besutan Guntur Soeharjanto berkisah tentang Syera (Natasha Wilona), seorang siswi SMA, berusia 16 tahun, punya prestasi di bidang akademik yang membanggakan. Mantan Ketua OSIS pula. Sedangkan Sang Bad Boy adalah Argantara (Aliando Syarief) pimpinan Geng motor Agrebos, yang kerap dihukum gurunya.
Cerita mengalir, mulanya sang cewek sangat benci pada cowok itu. Terutama ketika diminta mengawasi Argantara yang dihukum membersihkan sampah, dilakukan setengah hati sambil mengulum permen lolinya. Dia ingin mempermainkan Syera yang gusar atas kelakuannya.
“Kata orang tua kalau membersihkan sampah, nggak bersih dapat istri brewokan!” Syera dengan gusar berlalu.
“Tapi kalau istrinya kamu bagaimana?”
Syera menghentikan langkahnya dengan wajah gusar. Resep yang baik terkait film remaja. Cewek yang jengkel kemudian marah.
Cerita bergulir, ternyata ayah Syera pernah berutang pada almarhum ayah Argantara dan berjanji menikahkan anak mereka di usia remaja. Apalagi ayah Argantara sudah meninggal. Tentu saja Syera tidak mau. Tetapi itu karena patuh pada orang tua, ia bersedia.
Syera akhirnya paham bahwa Arga bergabung dengan Agrebos karena menemukan tempat yang nyaman, karena tidak menyetujui ibunya menikah lagi. Namun dia tidak bisa mentolelir ketika perang dengan geng lain bernama Baron tidak terelakkan, terutama setelah kawan Arga tewas dalam sebuah tawuran.
Rumah tangga mereka menjadi penuh pertengkaran. Apalagi ketika Arga sering tidak di rumah karena sibuk dengan aktivitas gengnya. Masalahnya, Syera hamil pada usia 16 tahun, mereka harus berhati-hati agar tidak diketahui oleh teman dan sekolahnya. Arga berada dalam dilema memilih istri dan calon bayinya atau gengnya yang sedang berperang dengan Baron.
Selain itu Syera juga punya scret admirer bernama Aldi, yang tampak baik-baik, justru membawa masalah lainnya. Bukan saja hubungan antar dua pasangan ini tetapi juga geng yang dipimpin Aldi.
Diskusi dalam komunitas film mempertanyakan apa misi edukasi dari film ini. Ketika keprihatinan terhadap pernikahan usia dini yang lebih merugikan perempuan dikampanyekan justru Argantara menjadi promosi yang sebaliknya. Alasan pernikahan pun dipaksakan.
Padahal sudah ada peraturan terbaru dalam Undang-undang Nomor 16 Nomor Tahun 2019 menuliskan bahwa batas usia minimal perempuan menikah yakni berusia 19 tahun.
Memang ada yang mendebat bisa jadi maksudnya jangan melakukan hubungan seks sebelum menikah. Sekali pun masih usia menempuh studi, menikah adalah jalan yang baik. Kalau hal itu dilakukan waktu sama-sama duduk di perguruan tinggi tidak terlalu masalah, tetapi bagaimana kalau di bangku sekolah menengah?
Berbeda dengan Dua Garis Biru, kedua tokoh utama menikah karena kecelakaan dan harus keluar sekolah, karena tidak bisa dibenarkan, Argantara justru memberikan cara bagaimana bisa mengakali aturan itu. Tentunya hal ini berlaku jika pasangan remaja itu datang dari keluarga orang berada, tetapi bagaimana kalau tidak?
Dari segi mengumbar adegan kekerasan, Argantara jauh lebih sadis dibanding film tentang bad boy lainnya Dilan 1990. Sekalipun keduanya memang realistis. Bukankah perkelahian antar geng saat ini sudah mengerikan? Kedua tokoh ceweknya menentang para cowoknya ikut geng.
Hanya saja dalam Argantara tokoh ceweknya menjelang film berakhir justu menjadi hero dan tampil bijaksana. Mulai dari khawatir soal organ reproduksinya lewat pernyataan: Aku takut kehamilan, aku masih sekolah. Dan dari segi ini tokoh ceweknya menyuarakan mau legal atau ilegal kehamilan di bawah umur, selalu merugikan yang cewek.
Bahkan menjelang akhir cerita Syeira memberikan jalan keluar. Hal ini menarik karena film ini diangkat dari Wattpad karya Falistiyana, seorang perempuan.
Segi lain yang menarik ialah Argantara memberikan pelajaran yang kerap berulang bahwa jika anak atau siapa saja yang tidak menemukan tempat nyaman di keluarga atau kerabatnya, maka dia akan keluar rumah mencari keluarga baru.
Itu sebabnya mengapa geng (juga komunitas) selalu ada di setiap zaman, karena mereka adalah rumah bagi orang-orang yang bermasalah sekali pun di sisi lain menjadi masalah bagi masyarakat. Tetapi bagaimana kalau masyarakat tidak memberikan solusi apa pun, melainkan nasehat-nasehat klise dan menggurui? Sekali pun ada kelompok atau komunitas yang punya aktivitas lebih positif.
Film ini juga menjual Aliando Syarief dan Natasha Willona sebagai daya tarik bagi penonton muda. Akting keduanya memang lebih menonjol dan menenggelamkan bintang lain yang lebih senior. Tetapi, penampilan mereka tidak terlalu istimewa yang bisa diingat.