Dua tahun terakhir industri perfilman nasional, laiknya industri lain, babak belur dihantam pagebluk Covid-19.

Koridor.co.id

Satria Dewa GatotKaca, film superhero lokal yang kemunculannya cukup diantisipasi. (Foto: Andi Baso Djaya/Koridor)

Ambil contoh pencapaian yang ditorehkan pada 2019, terkoreksi menjadi lebih dari 51,9 juta penonton dibandingkan setahun sebelumnya yang mencatat 51,1 juta penonton. Jika kita pukul rata satu tiket seharga Rp40 ribu, artinya nilai penjualan tiket film nasional mencapai lebih dari Rp2 triliun.

Film-film yang tayang berdasarkan tahun edar juga ikut bertambah seiring tahun, mulai dari 112 judul (2017), 128 judul (2018), hingga 129 judul (2019). Ini tentu belum termasuk jumlah produksi film. Pasalnya, tidak semua film mendapat jadwal tayang yang sama dengan tahun produksinya. Beberapa judul harus rela mengantre. Semisal ada film yang sudah kelar pada 2018, tapi baru bisa tayang setahun kemudian. Ini hal yang biasa.

Dari segi pertumbuhan bioskop dan layar juga menunjukkan grafik meningkat. Meskipun belum memadai tetap saja ini patut disambut gembira.

Menurut FilmIndonesia, Indonesia tercatat hanya memiliki 145 bioskop dengan 609 layar pada tahun 2012. Hingga tutup tahun 2019 jumlah ini meningkat menjadi 508 bioskop dengan total 2.110 layar. Pandemi Covid-19 yang menghantam selama dua tahun terakhir, sejak Senin (2/3/2020), kemudian menghambat laju pertumbuhan bioskop, juga penambahan layar.

Keputusan pemerintah yang mulai melonggarkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) hingga ke level satu (termasuk Jawa dan Bali, daerah dengan basis penyebaran jumlah bioskop terbanyak di Indonesia) membuat kapasitas gedung bioskop bisa kembali diisi 100% oleh para penonton. Imbasnya rumah produksi dan produser juga tak akan lagi menahan-nahan filmnya untuk mengisi layar bioskop.

Beberapa proyek film besar yang telah lama rampung syuting, tapi kemudian menepi sejenak lantaran hantaman pagebluk juga sudah mulai ancang-ancang tayang. Sebut misal Satria Dewa Gatotkaca yang disutradarai Hanung Bramantyo. Film superhero yang biaya pembuatannya lebih dari Rp20 miliar ini tayang mulai 9 Juni 2022.

Falcon Pictures yang sebelumnya menelurkan film laris Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! part 1 (2016) juga sudah mengumumkan akan merilis tiga film hingga penutupan tahun ini, yaitu My Sassy Girl (tayang 23 Juni), Miracle In Cell No.7 (8 September), dan Hello Ghost (20 Oktober). Ketiganya merupakan adaptasi film produksi Korea Selatan berjudul sama. Tak ada perubahan judul laiknya ketika Miles Films bersama BASE Entertainment dan Ideosource Entertainment mengadaptasi Sunny menjadi Bebas (2019).

IDN Pictures, yang sebelumnya bernama Demi Istri Production, setelah meluncurkan Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama (beredar sejak 19/5/2022) masih punya dua rilisan lagi yang akan tayang tahun ini: Inang dan Balada Si Roy (ekranisasi novel bertajuk sama karya Gola Gong).

Visinema Pictures juga masih punya satu pamungkas bernama Keluarga Cemara 2 yang dijadwalkan meluncur 23 Juni 2022. Mengingat reputasi film pertamanya yang mendulang lebih dari 1,7 penonton, tidak berlebihan menyebut sekuelnya kali ini juga bisa menerobos angka psikologis satu juta penonton.

Daftar ini akan bertambah panjang mengingat masih banyak film yang akan mengisi layar-layar studio di bioskop. Beberapa judul sifatnya masih rahasia. Film Jagat Arwah produksi Visinema, misalnya, hanya mencantumkan “September 2022” dalam materi teaser resminya.

Perihal film-film Indonesia apalagi yang berpotensi mencatatkan angka sejuta penonton hingga tutup tahun 2022, Sigit Prabowo, pengamat film box office yang selama ini berkicau melalui akun @BicaraBoxOffice di linimasa Twitter, menyebut sedikitnya ada lima judul.

Salah satu film yang disebutnya berpotensi datang dari genre horor, Ivanna. Film produksi MD Pictures ini merupakan bagian dari semesta film Danur. Kimo Stamboel, sineas yang juga andal dalam menggarap film seram, menduduki kursi sutradara.

Film horor lain yang punya kans kuat mendulang penonton adalah Pengabdi Setan 2: Communion produksi Rapi Film. Ketika prekuelnya tayang lima tahun silam, film garapan Joko Anwar itu memuncaki daftar film Indonesia terlaris 2017 dengan catatan 4.206.103 juta penonton. Banyak netizen yang mencuit sudah tak sabar menyaksikan kelanjutan cerita sosok ibu dalam film tersebut.

Hanya saja Sigit buru-buru mengingatkan seandainya film-film berikutnya tidak bisa mendekati pencapaian jumlah penonton KKN di Desa Penari jangan lantas keburu mendapat cap gagal.

Sebab kesuksesan sebuah film dipengaruhi banyak faktor. Mulai dari faktor internal dan eksternal, hingga disengaja maupun kebetulan. Tidak akan banyak film yang bisa beruntung menikmati semua kombinasi faktor positif tersebut.

“Angka 6 juta, 7 juta, 8 juta, bahkan 5 juta penonton itu masih statistical outlier. Mungkin kalau sudah benar-benar lepas dari pandemi Covid-19, gunakan 2 juta sebagai standar baru blockbuster kita, dan normalisasi 3 juta-4 juta sebagai juara-juara rutin. Begitu sambil kapasitas infrastruktur bioskop juga naik,” katanya.

Hingga artikel ini ditulis Jumat (27/5/2022), sudah ada tiga film yang mencatatkan jumlah penonton lebih dari satu juta: Kuntilanak 3 (1,3 juta penonton), Kukira Kau Rumah (2,2 juta), dan KKN di Desa Penari (8,1 juta).

Tentu saja aneka pemecahan rekor jumlah penonton sangat penting dalam roda industri perfilman Tanah Air. Sebab itu jadi penanda bahwa industrinya bertumbuh. Jika, misalnya, rekor jumlah penonton sekarang bertahan sangat lama berarti industri kita stagnan.

Awi Suryadi, sutradara KKN di Desa Penari, bahkan berharap rekor jumlah penonton film arahannya bisa segera dipecahkan.

Artikel Terkait

Terkini