
Suatu petang dalam hajatan peluncuran poster dan cuplikan film yang berlangsung di salah satu studio bioskop wilayah Jakarta Selatan, seorang produser film dan tim publisis mendadak panik. Penyebabnya lantaran desain poster yang baru saja perlihatkan ke hadapan para jurnalis keliru memuat tanggal tayang.
Kontan layar bioskop dibiarkan kembali hitam. Berselang tak lama kemudian memuat ulang desain poster serupa. Kali ini dengan pencantuman tanggal tayang di bioskop yang sebenarnya.
Bergeser ke pusat Jakarta. Dalam sebuah pusat perbelanjaan mewah, tepatnya di lantai delapan yang menjadi lokasi jaringan bioskop CGV Cinemas. Di antara wira-wiri pengunjung, ada empat kawanan remaja jalan berkeliling mengamati deretan poster film yang memenuhi dinding lobi dan koridor.
Seorang di antaranya kemudian berhenti dan terpaku di depan sebuah poster. Lantas memanggil ketiga rekannya mendekat. Setelah diskusi singkat, keempatnya lalu bersepakat menebus tiket film yang desain posternya mencuri perhatian tadi.
Demikian dua pemandangan yang menjadi contoh kecil betapa vital kehadiran poster film. Bagi penonton awam yang datang ke bioskop mungkin bukan dengan niat awal hendak menonton alias sekadar pengisi waktu lowong, keputusan menyaksikan sebuah film bisa datang melalui impresi yang terpancar melalui sebuah poster.
Poster memainkan peran besar dalam menginformasikan perilisan sebuah film baru kepada publik. Kehadirannya sama tuanya dengan industri perfilman itu sendiri. Pun teknik dan pembuatannya terus berkembang, laiknya juga film, seiring kecanggihan teknologi.
Dahulu kala poster hadir lewat potongan-potongan adegan dalam film, lalu menggunakan teknik lukisan, montase antara lukisan dan fotografi, hingga sekarang penggarapannya serba digital.
Walaupun telah berganti era, kehadiran poster film selalu relevan. Fungsinya masih tetap untuk menarik perhatian dan meningkatkan angka penjualan tiket. Laiknya sampul depan sebuah buku rilisan terbaru, poster diharapkan sebagai gerbang yang memberi kesan pertama terhadap sebuah film.
Sebuah penelitian berjudul “Preferensi Penonton Terhadap Film Indonesia” milik Muhammad Yaumul Rizky dan Yolanda Stellarosa dari STIKOM The London School of Public Relations, Jakarta, mengungkap bahwa mayoritas penonton menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa poster menimbulkan keinginan untuk menonton film tertentu, mempermudah responden dalam menentukan film yang akan ditontonnya, dan memunculkan atau meningkatkan ekspektasi terhadap sebuah film yang akan ditonton.
Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif deskriptif terhadap 200 orang responden berusia 17-30 tahun yang berada di Jakarta.
Kehadiran poster film saat ini bukan hanya memuat nama-nama penting yang diharapkan sebagai nilai jual dan promosi, seperti jajaran pemain, sutradara, produser, rumah produksi, atau jadwal penayangan di bioskop, namun juga menampilkan visual yang dapat menarik atensi orang.

Sineas Ernest Prakasa menyebut dua elemen utama yang harus terkandung dalam sebuah poster film. Pertama mencakup kebaruan. “Karena sekarang banyak sekali poster film yang sudah ada. Jadi, untuk menciptakan poster film yang baru dan desainnya segar sebenarnya akan sangat sulit sekali. Jadi kalau bisa ketemu akan menjadi sebuah poin plus yang penting banget,” ujarnya saat dihubungi Koridor, Rabu (10/8/2022).
Hal penting kedua menurut hemat sutradara film Cek Toko Sebelah ini adalah seberapa bisa sebuah poster mencakup atau menyampaikan pesan dari filmnya.
Artinya poster bukan hanya sekadar menampilkan nama-nama pemain dengan corak yang eye catching, tapi juga seberapa banyak dari konten atau pesan yang bisa tersampaikan hanya lewat komposisi dan ekspresi para pemainnya.
Untuk bisa memenuhi tuntutan tersebut ada negosiasi panjang dan beberapa kali revisi yang harus ditempuh seorang desainer poster.
Pasalnya terkadang seorang desainer poster bukan hanya harus mengakomodir permintaan produser atau sutradara, tapi juga tim marketing, divisi kreatif, bahkan kalangan investor dan manajer sang artis. Bikin kewalahan.
Salah satu nama yang tak asing lagi di kalangan sineas tanah air dalam urusan mendesain poster film adalah Alvin Hariz. Alumni Desain Komunikasi Visual di Universitas Trisakti ini sekarang lagi kebanjiran order.
“Ini lagi sibuk memenuhi tenggat waktu mengerjakan beberapa desain poster film dan serial,” ungkapnya kepada Koridor, Rabu (10/8/2022).
Ada sebagian judul yang disebutkannya masih dalam tahap pengerjaan dan belum bisa dipublikasikan kepada khalayak, sementara beberapa lainnya sudah kelar. Telah pula diumumkan oleh rumah produksi masing-masing, semisal Mencuri Raden Saleh, Noktah Merah Perkawinan, Balada Si Roy, dan Lara Ati. Daftar lengkap poster yang pernah dikerjakannya bisa ditengok melalui laman situsweb IMDB.
Alvin pertama kali menggarap poster untuk film Tabula Rasa (2014) produksi Lifelike Pictures. Setelahnya pintu menggarap berbagai poster film dari sejumlah produser atau rumah produksi makin terbuka lebar.
Lantaran tidak tergabung dalam sebuah perusahaan atau agency, laiknya industri poster film di Hollywood, Amerika Serikat, maka kebanyakan orderan menghampiri berdasarkan jejaring perkenalannya dengan sejumlah sineas.
“Biasanya kalau ada rumah produksi yang akan menggarap sebuah proyek film atau series, produser akan menghubungi gue untuk menerangkan konsep dan hal-hal yang ingin dikomunikasikan sebuah film melalui medium poster. Setelah menemui kesepakatan soal bujet dan segala macamnya, saya akan datang lagi menyerahkan beberapa contoh ide yang masih berupa sketsa,” jelas Alvin.
Setelah produser memilih konsep ide dari beberapa opsi tadi, Alvin bersama timnya kemudian bergegas mengeksekusinya. Setelah rampung kemudian diserahkan sembari menunggu persetujuan dengan batas tiga kali revisi.
Orang-orang yang turut mendukung kerjanya dalam mengeksekusi sebuah poster biasanya terdiri atas seorang script highlighter, storyboard artist, fotografer, dan retoucher.
Perbedaan mencolok yang dirasakan Alvin sekarang adalah makin tingginya kesadaran untuk melibatkan desainer poster film sejak awal. Tidak lagi dipanggil mendadak saat film bersiap tayang di bioskop.
Terlibat sejak awal penggarapan sebuah film memungkinkan dirinya untuk menggarap mulai dari pre-teaser poster, teaser poster, main/theatrical poster, hingga poster character. Alvin menyebut contoh Mencuri Raden Saleh sebagai proyek film yang melibatkannya sejak fase awal.

Poster teaser seperti namanya kerap digunakan sebagai materi awal promosi untuk perkenalan. Sementara main/theatrical poster alias poster utama adalah materi yang akan dipajang di berbagai jaringan bioskop. Pun menjadi media promosi utama sebuah proyek film menyongsong penayangannya.
Terakhir kehadiran poster berisi beberapa pemain utama dalam film. Biasanya tidak semua film merilis poster karakter. Tergantung apakah film tersebut berisi banyak tokoh dengan beragam karakter khas sehingga perlu dibuatkan poster-poster tersendiri.
Bagi seorang produser, merilis poster karakter bukan hanya untuk menjelaskan watak tokoh tertentu dalam film kepada publik, tapi juga untuk menunjang kebutuhan promosi di media sosial.
Selain mendesain poster film untuk penayangan di bioskop, Alvin juga beberapa kali menggarap poster untuk film dan serial yang tayang melalui platform streaming. Pemasukan dari sini turut membantunya melewati fase berat saat awal pandemi Covid-19 melanda yang mengakibatkan produksi film untuk bioskop mandek.
Industri perfilman nasional yang sedang memasuki tahap kebangkitan ulang sejatinya menyediakan banyak sekali peluang.
Jika sebelumnya ada profesi sebagai publisis film, maka desainer poster film juga bisa sangat menjanjikan. Bukan hanya karena jumlah produksi film dan serial makin banyak, tapi lantaran pemain di bidang ini bisa dibilang masih sedikit.
Oleh karena itu, Alvin yang telah beberapa kali menerima penghargaan dari ajang Piala Maya sebagai desainer poster terpilih berharap makin banyak orang memilih profesi sebagai desainer poster film. “Justru gue senang banget kalau kedatangan orang baru dengan ide-ide baru yang segar,” pungkasnya.