Bukankah seharusnya serial web Keluarga Cemara The Series yang jadi acara di televisi? Inilah sinetron yang tak lebay

Koridor.co.id

Poster promosional Keluarga Cemara The Series (Kredit Foto: Disney+ Hotstar/Visinema)

Euis (Adhisty Zara) asyik chatting dengan seseorang, Pepen di teras, yang disebut Vila Rejana Bandung. Deni (Kafin Sulthan) tampak cemberut. “Kok akhir-akhir ini kamu jutek sama aku kalau diajak omong. Sama Pepen mau balas chat-nya?” Deni yang memang menaruh hati pada Euis, cemburu.

Namun cewek itu menanggapi dengan santai bahwa dia tidak ada apa-apa dengan Pepen. Tetap saja Deni penasaran: “Kalau dia suka sama kamu kumaha?” Euis menjawab: “Aku kan nggak bisa mengatur perasaan orang.” 

Dialog antardua remaja itu sangat natural, bisa ditemui sehari-hari dan bukan dialog lebay yang kerap diumbar di FTV atau sinteron stripping remaja di televisi. Tidak ada intrik-intrikan bahkan menggunakan perundungan hingga kekerasan karena perebutan cowok atau cewek yang kerap membuat pertanyaan di dalam benak, apa iya itu terjadi di dunia remaja?

Jangan-jangan justru karena tayangan FTV dan sinetron itu yang memicu perilaku kekerasan atau buruk lainnya di kalangan remaja? Tentu saja tidak mengabaikan media sosial. 

Obrolan antara Euis dan Deni itu adalah salah satu adegan di episode keempat serial Web Keluarga Cemara The Series. Ceritanya geng kampung yang duduk di bangku SMA Harapan Bangsa, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Euis, Deni, Rindu (Yasamin Jasem), Andi (Joshia Frederico), Ima (Kawai Labiba) mewakili sekolah mereka untuk ikut lomba cerdas cermat bukan saja wakil sekolah tetapi juga wakil wilayah. 

Euis begitu berambisi untuk masuk final nasional melawan kawan-kawannya di Jakarta, tempat sekolahnya dulu. Dia ingin membuktikan bahwa sekolah di kampung tidak menghalangi prestasi. Mantap, memang seharusnya begitu, bukan sekolahnya yang penting, tetapi siapa yang berusaha, dia berhasil. Ini saja sudah ada nilai edukasinya. 

Dalam Episode ke-4, serial yang disutradarai Ismail Basbeth (yang juga menyutradarai versi layar lebarnya), SMA Harapan Bangsa bisa mengalahkan lawan beratnya SMA Bandung, tanpa harus setegang pertandingan cerdas cermat dalam film Laskar Pelangi, saat sekolah kampung SD Muhammadiyah mampu mengalahkan sekolah mahal yang dibiayai PN Timah.

Akhir pertandingan dipotong, justru diperlihatkan video call antara Euis dan teman-temannya di Jakarta. Kemudian datang teman-teman satu geng yang sudah dikalungi medali emas, tandanya mereka menang. Ciamik. Lalu, saling meminta maaf. Manis sekali.

Cerita sederhana ini mengalir begitu saja. Pada episode pertama, Andi memecahkan akuarium kelasnya, lalu Euis dan kawan-kawannya patungan mengganti dengan cara berjualan kue. Walau akhirnya Abah (Ringgo Agus Rahman) menambah kekurangannya. 

Dalam episode itu Euis sempat dimarahi Emak (Nirina Zubir) karena abai menjaga adiknya Agil. Tetapi Abahnya dengan santai menjawab: “Justru Euis menunjukkan sudah besar dan tanggung jawab”. 

Pada episode kedua, berpusat pada Andi yang tidak mau mengakui Aan, ayahnya yang mantan narapidana (Donny Alamsyah). Tetapi atas bantuan kawannya Imah yang mendorong Aan bekerja di toko milik keluarganya, membuat Andi luluh. Tanpa terasa air mata penonton menetes.

Pada episode ketiga, giliran Ima yang ingin mengikuti ajang pencarian bakat ditentang ibunya, karena tidak ingin mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Tetapi akhirnya ibunya luluh dan Ima ikut lomba menyanyi. Hasilnya? Ima tidak juara satu, tetapi hanya juara favorit warganet. Sang Ibu hanya bilang: “Kau tetap juara di hati Ibu.” Hati terdalam akan tersentuh.

Keluarga Cemara The Series yang disiarkan Disney Plus Hotstar memang kelanjutan dari dua serial di bioskopnya dan diadaptasi dari serial populer di RCTI tahun 1996 hingga 2003 yang merupakan adaptasi cerbung karya Arsewedo Atmowiloto di Majalah HAI sekitar 1970-an. Pakemnya sama cerita keluarga bersahaja tentu saja diadaptasi dengan kekinian.

Keluarga Cemara dan Si Doel Anak Sekolahan dinilai sebagai karya emas dunia sinetron yang pas dengan kultur sosial Indonesia. Tidak ada pamer mobil mewah para tokoh-tokohnya. Semua tokohnya tidak sempurna, begitu manusiawi. Tidak ada Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dipamerkan dalam setiap episode. 

Pada era 1980-an terdapat berbagai serial populer yang senafas, seperti Losmen Bu Broto, Rumah Masa Depan, yang setiap serial begitu bernas dan menawarkan nilai-nilai ketimuran. 

Pada tahun lalu Losmen Bu Broto kembali diangkat ke layar lebar dan mampu meraup penonton yang cukup bagus. Ini membuktikan bahwa film edukasi masih dirindukan masyarakat Indonesia.

Persoalannya untuk menghadirkan kembali dalam bentuk sinetron di televisi tidak lagi mudah. Pasalnya pengelola stasiun menginginkan acara setiap hari ada, ratingnya tinggi dan iklannya banyak. Televisi baru mau menghadirkan sebuah serial web jika itu jadi viral dan tentunya akan mendapat rating tinggi, seperti terjadi pada Layangan Putus.

Jadi sulit berharap kalau serial model Keluarga Cemara, Unyil, Rumah Masa Depan, Aku Cinta Indonesia hadir lagi sekalipun dengan nuansa kekinian. Pada akhirnya cerita keluarga yang dihadirkan adalah cerita yang hipperealitas, dipinjam dari filsuf postmodern Jean Baudrillard dari Prancis.

Yang dimaksud hyperrealities adalah realitas diambil alih oleh berbagai rekayasa model seperti pencitraan, halusinasi, simulasi, dan sebagainya. Rekayasa model tersebut dianggap lebih nyata dari realitas sehingga perbedaan antara realitas dan hiperrealitas menjadi kabur.

Artikel Terkait

Terkini