“Nani gadis djelita kelihatannja pemalu dan bodo, tapi awaslah ia seorang jang luar biasa, kepandaiannja selalu dirahasiakan. Orang tuanja sendiri pun tida mengetahui. Djika Nani berseru ‘Dewi Asih’ sekedjap ia telah berobah mendjadi Sri Asih dan siap untuk menolong sesama manusia.”
Demikian Raden Ahmad Kosasih memperkenalkan tokoh pahlawan super perempuan ciptaannya, Sri Asih, dalam publikasi “Melodie Komik”, sebuah majalah komik yang diedarkan oleh penerbit Melodie Bandung, 1 Januari 1954.
Secara jujur R.A. Kosasih mengaku inspirasi menciptakan Sri Asih bersumber dari komik Wonder Woman karya William Moulton Marston yang terbit perdana 1 Januari 1942. Hal ihwalnya bermula ketika Tatang Atmadja, pemilik Melodie, memintanya untuk meniru komik-komik Amerika Serikat. Syaratnya tokoh yang dipilihnya nanti tetap harus kental dengan nilai-nilai tradisi lokal, mulai dari penampilan hingga kepribadian.
Anak bungsu dari pasangan Raden Wirakusumah dan Rasmani yang mengaku sangat mengagumi perempuan itu kemudian terpincut Wonder Woman sehingga mengonversikannya jadi Sri Asih.
Periode awal petualangannya melalui panel-panel cerita bergambar (cergam), kostum Sri Asih yang menyatu dalam raga Nani laiknya tokoh dalam cerita pewayangan; mengenakan kemben, kain batik panjang, selendang, dilengkapi kelat bahu, sumping di telinga, dan mahkota.
Sri Asih sang Dewi Keadilan digambarkan memiliki kekuatan setara dengan tenaga 250 pria dewasa, bisa terbang, jago beladiri, dan punya ilmu pamungkas triwikrama alias mampu berubah wujud menjadi raksasa yang dapat menggandakan diri.
Tak dinyana kemunculan komik adiwira perempuan pertama Indonesia itu laris manis di pasaran. Sebanyak 3000 eksemplar yang dicetak langsung tandas. Honornya sebagai komikus kala itu jauh melebihi gajinya sebagai pegawai di Departemen Pertanian.
Lantaran laris di pasaran, Turino Djunaidy mengadaptasinya ke layar lebar dengan judul sama. Laman filmidonesia.or.id mencantumkan 1956 sebagai tahun peredaran film itu. Turino bersama Tan Sing Hwat menjabat sutradara.
Terpilih sebagai pemeran Sri Asih adalah Troely Callebaut alias Mimi Mariani. Aktris yang juga bibi Doris Callebaute, pemeran film Inem Pelayan Seksi, ini sebelumnya sudah pancang nama sebagai pemain sandiwara panggung. Debutnya main film terjadi dalam film Machluk Raksasa (1953), berlanjut ke Lenggang Djakarta (1953) dan Belenggu Masjarakat (1953).
Sayang sekali tak ada satu pun salinan dari film itu, seperti juga kebanyakan film-film Indonesia tempo dulu, yang berhasil tersimpan. Tersisa hanya secuil publikasi foto dan iklan teks pemutaran film yang ada di beberapa surat kabar. Sekali lagi kita semua diingatkan betapa pentingnya pengarsipan dan preservasi.
Padahal Sri Asih punya tempat teramat penting dalam khazanah perfilman nasional. Alasannya selain karena menjadi film adiwira pertama Indonesia, kemunculan film ini jauh sebelum tren superhero movies ala Marvel dan DC.
Film Batman yang dibintangi Adam West baru meluncur 1966, itu pun setelah didahului kepopulerannya melalui layar kaca sebagai serial televisi. Bahkan karakter Wonder Woman baru merasakan alih wahana memasuki dekade 70-an. Versi layar lebarnya baru terjadi di era kiwari dengan pemeran utama Gal Gadot. Sementara di Indonesia, film pahlawan super baru hadir kembali dalam wujud Rama Superman Indonesia yang rilis 1974.
Akan seperti apa sudut penceritaan Sri Asih zaman modern tentu menarik untuk dinantikan. Musabab Sri Asih dalam kisah asli komiknya merupakan titisan Dewi Sri dari kahyangan. Sang Dewi mewariskan kesaktian ke setiap generasi keturunan yang dipilihnya demi melindungi kelangsungan hidup manusia.
Oleh karena itu, sosok-sosok yang mewarisi kekuatan Dewi Sri sebagai Sri Asih kerap mengalami pergantian. Perubahan itu mengikuti versi komik yang memiliki rentang penerbitan berbeda, mulai dari Nani Wijaya (komik orisinal), Rengganis (era 2000-an), hingga Alana (komik online).
Upi sempat memberikan bocoran terkait pendekatan yang dilakukannya dari segi cerita. “Apa yang kemudian gue lakukan dalam film ini adalah berusaha menyeimbangkan cerita antara versi komik orisinal buatan Pak R.A. Kosasih dengan komik versi Bumilangit yang ceritanya sudah kekinian. Ditambah dengan cerita versi gue,” pungkasnya.