Amazon Prime Video akhirnya menghadirkan konten orisinal Indonesia. Kolam berisi layanan pengaliran video makin sesak

Koridor.co.id

Film Before, Now & Then yang dibintangi Happy Salma dan Laura Basuki kini eksklusif tayang di Amazon Prime Video (Foto: Batara Goempar/fourcoloursfilms)

Perusahaan multinasional teknologi Amazon meluncurkan layanan pengaliran (streaming) video Prime Video ke seluruh dunia sejak akhir 2016.

Namun, baru tiga tahun kemudian publik di Indonesia bisa mengaksesnya secara mandiri alias tanpa menggunakan Virtual Private Network. Opsi pembayaran yang ditawarkan melalui kartu kredit, debit, dompet digital, dan potong pulsa.

Keputusan menyajikan konten-konten orisinal Indonesia akhirnya terwujud per 1 Agustus 2022 seturut ekspansi mereka ke wilayah Asia Tenggara.

“Investasi kami di Indonesia merupakan langkah signifikan untuk mencapai rencana yang lebih luas di Asia Tenggara dan ambisi menjadi layanan streaming global yang paling lokal,” ujar John McIvor, Direktur Ekspansi Internasional, Prime Video, dalam siaran pers.

Erika North, Head of Asia-Pacific Originals Prime Video mengatakan bahwa kehadiran mereka bekerja sama dengan para talenta kreatif dan inovatif di kawasan ini untuk menghadirkan penceritaan terbaik, otentik, dan sangat lokal.

Cukup mengejutkan saat melongok pustaka tayangan milik layanan ini. Pasalnya sejumlah film Indonesia yang dibintangi “bom seks” era 90-an hadir di sana. Misalnya, Birahi Perempuan Halus (1997), Cinta Terlarang (1995), Gairah Yang Panas (1996), Gadis Metropolis (1992), Kenikmatan Tabu (1994), dan Nafsu X (1996). Deretan judul tadi yang menghiasi jadwal pemutaran film di bioskop saat industri perfilman Indonesia kembang kempis.

Untuk katalog film-film rilisan setelahnya tentu juga ada. Bahkan lebih banyak. Sebut misal Petualangan Sherina (2000), Gie (2005), Laskar Pelangi (2008), Sang Penari (2011), Sokola Rimba (2013), Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014), Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015), Surat Dari Praha (2016), Athirah (2016), dan Backstage (2021).

Satu judul yang menarik perhatian para pencinta film Indonesia adalah kehadiran Before, Now & Then garapan Kamila Andini. Adaptasi novel Jais Darga Namaku karya Ahda Imran itu melakukan pemutaran perdana di ajang Festival Film Internasional Berlin 2022.

Banyak orang menyangka Fourcolours Films akan mengedarkannya melalui ekshibitor. Ternyata langsung melipir ke layanan pengaliran video Amazon Prime Video.

Film lain yang akhirnya melewatkan kesempatan tayang di bioskop dan hak penayangannya diakusisi adalah Ahsiap Man. Pelanggan bisa menyaksikannya mulai 14 November 2022.

Semula produksi Kharisma Starvision Plus yang dibintangi sekaligus disutradarai Atta Halilintar ini dijadwalkan tayang di layar lebar 10 Februari 2022.

Melalui siaran pers, Amazon Prime Video mengungkap masih punya banyak stok konten Indonesia yang segera meluncur. Beberapa merupakan film yang sebenarnya sudah kelar produksi, seperti Kuntilanak 3 (tayang mulai 10/10/2022) dan Perfect Strangers (17/10/2022).

Ada lagi beberapa bocoran proyek baru orisinal hasil karya para sineas tanah air. Base Entertainment yang sebelumnya memproduksi Guru-Guru Gokil eksklusif untuk Netflix, misalnya, mempersembahkan serial Comedy Island: Indonesia. Kisahnya tentang para komedian dan selebritis yang terjebak dalam sebuah pulau terpencil. Diproyeksikan tayang 2023.

Lalu sutradara Joko Anwar dengan rumah produksi Come and See Pictures akan menghadirkan film Seige at Thorn High.  Terakhir film 4 Seasons in Java garapan Kamila Andini masih di bawah bendera Fourcolour Films sebagai rumah produksi.

Perbandingan lima layanan pengaliran konten video (Grafis: Andi Baso Djaya/Koridor)

Kehadiran Amazon Prime Video yang menyediakan berbagai konten lokal tadi menambah banyak opsi tontonan bagi para penikmat karya sineas tanah air. Dengan kata lain, siap-siap merogoh kocek lebih dalam jika ingin menikmati banyak tayangan dari sejumlah layanan streaming.

Sisi positif dari sisi kreator alias pembuat, bertambah lagi etalase untuk mereka membagikan karya kepada khalayak, bukan hanya dalam lingkup nasional, tapi juga global mengingat layanan ini bisa diakses oleh wara negara dunia dari ratusan negara.

Alhasil peta persaingan antarsesama penyedia konten video makin sengit. Masing-masing tak mau kalah menghadirkan ragam konten lokal orisinal. Belum lagi menghitung begitu banyak ragam tayangan hasil akuisisi dari berbagai penjuru dunia.

Salah satu alasan paling sering mengemuka sebelum memutuskan berlangganan layanan sejenis ini adalah kekayaan pustaka konten. Amazon Prime Video termasuk dalam kategori melimpah.

Terlebih setelah perusahaan ini sukses mengakuisisi studio Metro Goldwyn Mayer (MGM) dengan nilai mendekati AS$8,5 miliar pada Maret 2022. Alhasil sebanyak 4 ribu judul film MGM—termasuk waralaba James Bond—dan 17 ribu episode tayangan televisi kini menjadi pustaka Amazon Prime Video.

Menyitir IndieWire, Amazon Prime Video hingga tutup tahun 2021 menempati urutan kedua dengan jumlah pelanggan terbanyak dari sekian banyak penyedia layanan streaming video berbayar. Mereka punya total 200 juta pelanggan di seluruh dunia.

Posisi pertama masih jadi milik Netflix dengan total 221 juta pelanggan di seluruh dunia. Sementara layanan milik perusahaan hiburan raksasa Walt Disney, yakni Disney+ (di Indonesia bergandengan dengan Hotstar) memiliki 129,8 juta pelanggan.

Pun demikian, Josh McIvor mengaku tidak menganggap sengitnya persaingan sebagai masalah. Justru bagus untuk penonton karena punya banyak pilihan konten bagus.

“Kami justru berfokus pada pengguna kami. Kami ingin mendengarkan konten apa yang mereka mau, mencoba memenuhi kebutuhan mereka, dan menyenangkan mereka dengan acara-acara kami,” pungkas Josh.

Artikel Terkait

Terkini