
Keberadaan mahluk dari planet lain hingga saat ini masih merupakan hipotesis. Gambaran piring terbang selama puluhan tahun hanya berupa foto dan tidak pernah ada bukti bahwa pengendara piring terbang itu mahluk ekstraterestrial.
Manusia di Bumi mungkin ibarat ikan di akuarium besar namun punya kecerdasan yang mempertanyakan apakah ada mahluk lain di luar akuarium bernama bumi. Dalam Britannica disebutkan pekerjaan yang disebut sebagai astrobiologi telah memberikan beberapa bukti bahwa evolusi spesies cerdas lainnya di Galaksi Bima Sakti sama sekali tidak mustahil.
Secara khusus, lebih dari 4.000 planet ekstrasurya telah terdeteksi, dan air bawah tanah kemungkinan besar ada di Mars dan beberapa bulan di tata surya bagian luar. Upaya ini menunjukkan bahwa mungkin ada banyak dunia tempat kehidupan, dan terkadang kehidupan berakal, mungkin muncul.
Walaupun pencarian sinyal radio atau kilatan optik dari sistem bintang lain yang menunjukkan keberadaan kecerdasan luar angkasa sejauh ini pernah tidak membuahkan hasil.
Pertanyaan kedua, apakah spesies cerdas itu (meskipun logikanya spesies yang ada di planet lain bisa jadi inferior) bermaksud jahat atau tidak? Kebanyakan film fiksi ilmiah menggambarkan alien itu agresor, penyusup licik yang mengambil alih bumi dan menyingkirkan manusia?
Contoh klasik tudingan ialah novel karya H.G Wells berjudul War of The World yang dirilis antara 1895 hingga 1897. Novel ini diangkat ke layar lebar pertama kali pada 1953 dan kemudian diremake pada 2005.
Gambaran hampir sama seperti versi klasiknya, alien mengendarai kendaraan berbentuk tripod (dalam versi klasiknya seperti angsa terbang) dengan sinar penghancur. Para penyerang disebutkan dari planet mars yang sebetulnya sudah menyusup lebih dahulu.
Mahluk alien dengan paras tanpa hidung dan mulut berbentuk segitiga mungkin menjadi gambaran awal seperti apa mahluk luar angkasa itu. Walaupun ada pertanyaan apakah mahluk membutuhkan oksigen untuk bernafas? Masih logis karena Mars ada oksigen. Tetapi bagaimana gravitasinya?
Selanjutnya para agresor itu semakin menyeramkan seperti dalam Independence Day (1996) dan sekuelnya pada 2016 sosok mahluk cerdas yang berkoloni dengan ratu pemimpinnya, juga dengan teknologi canggih. Ada juga Battle Los Angles 2011, Battleship (2012), Skyline (2010), Beyond Skyline (2017) serta masih puluhan film tentang penyerangan ke bumi.
Bukankah itu gambaran kolonialisme bangsa manusia terhadap manusia lain yang lebih lemah? Bukankah itu gambaran eksistensi manusia yang khawatir ada spesies lain di rantai puncak makanan?
Yang paling penting apakah alien (kalau ada) berpikir untuk menduduki Bumi? Itu sebabnya sineas yang menggambarkan alien yang digambarkan datang dengan maksud damai. Close Encounters of The Third Kind 1977 adalah contohnya .
Di dalam film karya Steven Spielberg ini ETI (extraterrestrial intelligence) digambarkan jauh dari stereotip yang kerap ditemukan: tukang kolonialisasi. Bukankah itu gambaran hati Nurani manusia yang ingin hidup damai?
Ada juga alien petualang yang ingin berburu di Bumi, seperti Predator dan sekuelnya, atau tidak sengaja terdampar di Bumi tetapi menimbulkan malapetaka seperti A Quiet Place (2018) dan A Quiet Place 2 (2020).
Ada juga menggambarkan para aggressor ini tidak selalu membantai manusia secara membabi buta, tetapi ada juga yang menumpang pada manusia untuk dijadikan inangnya. The Puppet Master (1994) adalah salah stau contohnya. Dalam film ini diungkapkan bahwa alien ini mempunyai fisik lebih kecil dari manusia nan mempunyai komposisi 60 persen otak.
Dia menempel pada punggung manusia dan mengendalikan tulang sunsum dan otak manusia. Tujuannya membuat manusia menjadi budaknya. Dalam film ini alien-alien binasa karena tidak memperhitungkan penyakit yang tidak fatal pada manusia, tetapi fatal pada alien. The Puppet Master bukan satu-satunya film alien yang menumpang pada manusia. The Hidden (1987),The Thing (1982) dan (2011), Dreamcatcher (2003).
Belakangan muncul film terkait alien justru sebaliknya, umat manusia yang berteknologi tinggi ingin menduduki planet lain dan mengusir penghuninya. Contoh ini adalah Avatar (2009) dan Avatar: The Way of Water (2022).
Dua film ini justru mengkritik spesies manusia adalah mahluk rakus, tamak dan perusak lingkungan. Sudah Bumi sekarat, sekarang planet lain yang dikolonialisasi dan dikeruk sumber alamnya. Sekalipun gagasannya ialah back to nature, kritik terhadap teknologi yang disalahgunakan. Hati nurani manusia juga.
Dua film Avatar ini seperti membuat metafora antara masyarakat yang dianggap primitif dan barbar –terutama oleh orang dari negara Barat- oleh masyarakat yang merasa perdabannya sudah maju dan merasa bahwa mereka lebih bijaksana dari masyarakat primitif. Ternyata mahluk ini mempunyai spiritualitas tinggi dan menghargai harmonisasi dengan alam.
Angle lain yang diambil para sineas Amerika dalam menggarap karya fiksi ilmiahnya menggambarkan bahwa para alien datang ke bumi justru dimanfaatkan (sebagian) manusia untuk tujuan tertentu (biasanya rencana yang tidak baik).
Contoh yang kuat dari angle ini adalah X-Files karya Christ Carter. Berawal dari serial televisi, X-Files berkisah tentang agen khusus FBI Fox Mulder dan Dana Scully. Mereka biasanya mengungkapkan kasus kriminal (aneh) yang tidak bisa dijelaskan dengan logika polisi.
Secara keseluruhan apa pun citra alien itu menimbulkan pertanyaan apakah mahluk-mahluk ini bernafas dengan oksigen dan apakah mereka makan yang sama dengan manusia? Lalu mereka datang ke Bumi menggunakan energi apa?.