Jakarta, Koridor.co.id – Pergantian Duta Besar (Dubes) untuk Amerika Serikat (AS) dinilai terlalu cepat. Diplomat senior Prof. Dr. Makarim Wibisono, sekaligus Duta Besar RI untuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) periode 2004 – 2007 memberikan pandangannya.
Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berganti tiga dubes RI untuk Amerika Serikat. Waktu pergantian terkesan cukup singkat ketimbang pemerintahan sebelumnya di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Mulai dari Mahendra Siregar menjabat dubes RI untuk AS, 7 Januari 2019 dan selesai menjabat pada 25 Oktober 2019. Selanjutnya Muhammad Lutfi menjabat 14 September 2020 sampai 23 Desember 2020. Itu berarti hanya tiga bulan. Presiden kemudian menunjuk sebagai menteri perdagangan.
Terakhir, yaitu Rosan Roeslani pada 25 Oktober 2021 kemudian selesai pada 17 Juli 2023. Wishnutama digadang-gadang akan menjadi pengganti Rosan, yang mendapat promosi sebagai wakil menteri II BUMN.
Masa kerja dubes RI untuk AS di masa pemerintahan Jokowi tidak ada yang lebih dari satu tahun. Menurut Makarim Wibisono menyampaikan, bahwa penempatan duta besar di AS ini menjadi masalah yang penting bagi negara-negara di luar AS.
Dalam pandangannya, AS menjadi satu-satunya adidaya di dunia yang sangat maju di bidang militer, politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya.
“Jadi oleh karena itu memang, satu penempatan di wilayah itu, salah satu tempat untuk seleksi potensi dari pada orang-orang yang bertugas di situ,” paparnya dalam program GOOD TALK It’s A Wonderful Day, di Good Radio Jakarta, dikutip Koridor, Selasa, 25 Juli 2023.
Jadi oleh karena itu bagi negara negara yang bisa menempatkan duta besarnya di Washington dengan baik, itu menunjukkan bahwa orang yang ditugaskan di situ memiliki potensi yang besar, yang digunakan dalam tugas-tugasnya itu.
AS jadi Tempat Uji Kasus
Karena memiliki pengaruh yang luar biasa, Makarim menyebut bahwa AS menjadi salah satu uji kasus atau test case bagaimana seorang dubes mampu mengatasi berbagai masalah maupun membawa perkembangan untuk tanah air.
Karena itu, pejabat Indonesia yang bertugas dengan baik di PBB akan sangat terlihat dengan potensinya.
“Washington itu interaksi itu sngat intensif tidak saja dengan pemerintah namun juga dengan anggota-anggota kongres representatif. Juga dari aktor-aktor non pemerintahnya yang sangat agresif,” sambung dia.
Ideal Masa Penugasan
Meski begitu, Makarim menyebut bahwa penugasan seorang dubes RI di AS paling ideal selama tiga tahun. Namun seiring perkembangan zaman, perubahan Undang-undang (UU) juga memengaruhi proses kerja sama antarnegara dan perubahan masa jabatan dubes.
“Proses agreement sekarang itu berbeda dengan proses yang dahulu, ya akhirnya itu membuat kacamata yang jernih terhadap masalah itu,” sambung dia.
Kondisi pergantian dubes dengan masa jabatan singkat juga indikasi penghormatan terhadap negara AS itu sendiri. Fungsi dubes juga harus dinamis seiring dengan perkembangan zaman.
Dahulu, tidak sedikit orientasi dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri maupun duta besar dan fokus pada prosedur dasar-dasar perundingan dan sebagainya. Namun kini diplomasi berlangsung secara multifungsi.
Maltifungsi dalam hal ini, tidak saja diplomasi politik dan ekonomi, namun satu sama lain menjadi saling berkaitan. Sehingga tidak ada satu negara bertugas untuk urusan masalah politik saja tanpa masalah ekonomi.
“Tidak ada satu negara hanya fungsi masalah ekonomi tanpa mengurusi masalah politik, tetapi ini merupakan suatu perkembangan zaman diplomasi di mana kita saling berkaitan satu sama lain, yang sifatnya multifungsi,” sambung dia.
Tekanan dari Jokowi
Makarim menilai, tugas dubes saat ini jauh lebih mendapatkan banyak tekanan dari Presiden Jokowi. Para dubes harus sigap menanggapi masalah. Hal itu juga sekaligus perlu disadari bahwa proses diplomasi saat ini jauh lebih kompleks.
“Jadi tidak ada satu tugas yang sifatnya single minded saja, tetapi merupakan suatu tugas yang saling berkaitan satu sama lain,” tuturmya.
Upaya mengembangkan tanah air adalah fungsi dari dubes itu, namun perlu sinergi ideal. Misalnya dalam ekonomi,
Jika oportunitas pemasaran di luar negeri besar, maka harus didukung kapasitas eksport yang juga besar.
“Jika tidak, tidak akan bersambung dengan baik. Karena itu, harus ada kombinasi ideal, antara dalam negeri meningkatkan produksi dan juga efisiensi produk dari hasil produk Indonesia, juga ada kemampuan peningkatan ekspor maupun juga pemasaran yang baik di luar negeri,” tuturnya.
Bagaimana dengan Wishnutama?
Wishnutama, Komisaris PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, digadang-gadang akan menduduki jabatan sebagai dubes RI untuk AS. Makarim tidak bisa menilai sejauh mana kemampuan Wishnutama dalam posisi tersebut
“Saya rasa kita lihat saja sampai dia terpilih oleh bapak presiden,” tuturnya.
Makarim berharap bahwa dubes dapat membawa Indonesia tetap memiliki hubungan yang ideal dengan AS. Dalam hal ini harus memiliki tingkat hubungan intensif. Tidak hanya dengan pemerintah, namun juga intensif dengan anggota kongres, house of representatif, senator, hingga hubungan dengan kunci-kunci politic pressure di AS.
“Sehingga dengan demikian, presentasi beliau di AS itu menjangkau baik executive maupun legislatif maupun Yudikatif, tetapi juga political influencer yang ada dan bermain di Washington DC,” papar dia.
Dengan itu maka Indonesia bisa kerja sama dengan AS dan mengembangkan perdamaian dan kemakmuran dunia. (Pipit Aprilia Rahapit)