Terimbas gangguan kolesterol di usia muda, Devina Wirawan membuat, dan memasarkan produk camilan makanan sehat

Koridor.co.id

Devina Wirawan Foto: Irvan Sjafari.

Ketika masih kanak-kanak Devina Wirawan tidak suka mengonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan. Kebiasaan makan ini diperburuk dengan makan kue-kue yang manis dan goreng-gorengan terutama waktu remaja.

Pada usia 20 tahun, perempuan kelahiran 3 Desember 1996 ini mulai merasakan akibatnya. Pundaknya terasa pegal. Waktu itu, Devina sudah duduk di bangku kuliah Fakultas Teknologi Pangan Unika Atmajaya. Dia mulai menjadi seorang vegetarian dan mengonsumsi makanan yang mengandung lebih banyak serat. Di antara bahan makanan itu oat.

Saat itu masih jarang menemukan makanan enak dan bernutrisi, akhirnya dia berinovasi membuat bisnis untuk membantu orang-orang yang punya masalah yang sama. Karena percuma sehat tapi tidak enak, nanti tidak bisa konsisten pola hidup sehatnya. Pengalaman sebagai asisten laboratorium membuatnya kurang lebih tahu mengenai makanan dan kesehatan

Akhirnya inovasinya berhasil bukan saja makanan sehat, tetapi juga berupaya agar produk ini ramah lingkungan. Sekali pun sebagian produknya jar, tetapi dia juga menawarkan produk yang membuat konsumennya bisa isi ulang.

Perempuan yang pernah menjalani pertukaran mahasiswa dengan Universitas Teikyo, Jepang, akhirnya membuat produk yang bertajuk Fitbreak.

“Saya ingin menyadarkan pentingnya kesehatan dan menyebarkan semangat hidup sehat. Saya tidak ingin orang lain terlambat menyesal seperti saya dulu karena pola hidup tidak sehat,” ujar Devina.

Berikut wawancaranya dengan Irvan Sjafari dari Koridor pada Kamis, 13 April 2023 di sebuah resto di kawasan Pasar Baru.

Bagaimana ceritanya sampai tertarik memproduksi makanan sehat?

Jadi awalnya berdasarkan pengalaman sendiri. Saya mempunyai kolesterol di usia muda sekitar 20 tahun. Jadi sejak itu saya mulai aware terhadap kesehatan. Saya mulai memperhatikan makan. 

Saya juga suka ngemil manis. Kemudian terpikir buat camilan yang bukan cuma enak, tetapi bernutrisi. Saya buat, dan kreasi sendiri. Awalnya saya nggak suka sama oat, karena rasanya tawar. Tetapi kemudian saya tahu Oat itu banyak manfaat kesehatannya jadi akhirnya kita coba kreasi pakai oat biar enak. 

Awalnya saya produksi dessert. Tetapi seiring perjalanan waktu dessert ini tak tahan lama. Jadi akhirnya saya buat produk yang kering sereal oat ditambahin bijian dan ditambah toping rasa biar tambah enak. Nutrisi dari oat dan biji-bijian yang tinggi serat, antioksidan dan mineral. Ada varian rasa mix fruit, dark choco hingga martabak manis disesuaikan lidah Indonesia. Lebih simpel, tahan lama dan bisa dikirim ke luar kota. Produknya saya namakan FitBreak.

Cara buat produk dituang air atau lebih baik susu sampai jarnya penuh. Dikocok-kocok, lalu disimpan di kulkas 15 menit hingga bisa makan.

Butuh riset tentunya?

Saya buat produk ini setelah riset cukup panjang mulai 2019 akhir. Sempat stop karena pandemi Covid-19. Sereal Oat itu baru dimulai 2021. Saya dibantu tim, awalnya saya bekerja sendiri. Akhirnya dibantu orang tua. Waktu itu sampai kerja kantoran. Akhirnya memutuskan full time usaha ini. Tim produksi dua orang, sisanya freelance sekitar lima orang. 

Saya mengerjakan semua di rumah. Saya jatuh bangun dan sempat nyerah. Saya pasarkan di supermarket healthy store. Kita jual satu jar Rp30 ribu. 

Bagaimana kontrol produksi karena usahanya homemade?

Saya benar-benar ketat di pemilihan bahan baku, tidak pakai pengawet dan tidak pakai tambahan gula dan cita rasanya. Saya harus yakin bahan dasarnya enak. Karena solusi untuk mereka yang diet. Ini bisa membuat perut kenyang tidak makan berlebihan dan berat badan terjaga. Saya kuliah Teknologi Pangan. Kita juga memakai uji lab kalori untuk memastikan cocok mereka yang diet.

Berapa produk sehari bisa dibuat?

Sehari kami bisa buat 200 hingga 300 jar. Sebulan bisa terjual 3.000 jar. Pemasaran secara daring, ada yang beli dari Singapura, sempat ada online shop di Singapura dan Malaysia. Tahun ini kita coba ke komunitas-komunitas olah raga, yoga, ibu-ibu diet.

Bahannya kan dari plastik, sedangkan sekarang konsepnya ramah lingkungan?

Bahan jarnya dari plastik, tadinya sempat kaca, tetapi berapa kejadian kerap pecah. Kita memang jar pakai plastik, tetapi kita menawarkan produk refill, bagi yang jarnya kosong. Mereka bisa beli kemasan pouch untuk refill. Jadi kalau kosong bisa diisi lagi. Saya punya pikiran refill setelah dapat masukan konsumen karena jarnya tumpuk di rumah. Dari situ saya terpikir untuk membuat alternatif agar produk saya sesuai dengan semangat keberlangsungan.

Artikel Terkait

Terkini