Dosen Studi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa menuturkan empat kriteria penting untuk menciptakan kampus hijau ialah lingkungan, ekonomi, sosial dan tata kelola. Lingkungan fisik kriteria vegetasi di sekitar kampus termasuk di luar pagar. Termasuk kondisi air dan kualitas udara.
“Begitu juga ekonomi termasuk finansial di mana kampus berkegiatan sumber dananya bukan dari yang merusak lingkungan, termasuk penggunaan untuk ramah lingkungan berapa persen,” ujar Delegasi Republik Indonesia untuk Konferensi Perubahan Iklim (COPs) itu kepada Irvan Sjafari dari Koridor pada Rabu, 21 Desember 2022.
Ketua Umum Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIKI Network) ini mengatakan, keberhasilan Universitas Indonesia meraih predikat Kampus Berkelanjutan Terbaik, di atas Universitas Diponegoro dan Universitas Gadjah Mada menurut UI GreenMetric World University Rankings 2022, harus dilihat secara obyektif. Mahawan meminta agar di luar UI perlu membentuk lembaga yang sama hingga kampus bisa lebih berperan.
Berikut petikan wawancaranya.
UI GreenMetric World University Rankings menempatkan Universitas Indonesia di urutan satu kampus hijau dan berkelanjutan. Terlepas dari almamater sendiri, bagaimana Anda memberikan pandangan apakah tepat memang UI yang terbaik sebagai kampus hijau dan berkelanjutan?
Universitas Indonesia di atas lain. Intinya saya melihat secara obyektif lebih tepat kita menempatkan UI GreenMetric World University Rangkings terkait isu green dan suistanable kampus sebagai suatu semangat agar semua pihak termasuk dunia kampus melakukan, atau perlu berkontribusi baik bagi kehidupan masyarakat baik nasonal maupun global transisi kehidupann ke arah lebih ramah lingkungan. Kampus lain juga bisa mengembangkan UGM GreenMetric, Diponegoro GreenMetric diwarnai karakter kampus masing-masing yang penting kampus berperan membuat kampus ramah lingkungan.
Apakah memang saat ini kampus UI merupakan kampus hijau dan berkelanjutan?
Secara obyektif dari sisi ruang khususnya kampus yang di Depok bagus ya ruang terbuka hijaunya luas. Tetapi kan di Salemba nggak. Apa Salemba dihitung apa tidak. Transportasi di UI Depok ada bus hingga orang nggak perlu bawa sepeda motor sendiri, naik sepeda hingga bisa jalan kaki.
Begitu juga dengan penggunaan energi, kalau saya mengajar, jika orangnya di ruangan tidak ada, maka lampunya mati. Terkait dengan pengelolaan sampah, UI melakukan hal itu. Saya kira di kampus lain melakukan hal itu. Intinya UI GreenMetric World Rangking, siapa pun mengeluarkan dilihat dari sisi positif. Nomor satu semangat, rangking nomor dua.
Bagaimana ke depannya?
Ke depan bagaimana semua kampus termasuk UI bisa jauh lebih baik. Di negara maju pun jejak ekologis emisi, jejak ekologis masyarakat termasuk mahasiswa, staf pengajar, termasuk tenaga administrasi kampus masih mungkin untuk dikurangi. Secara global melampaui dua kali lipat yang diperbolehkan jejak ekologisnya. Di Indonesia jejak ekologisnya antara 10-30%. Ada peluang jejak ekologis tidak melampaui daya dukung.
Punya masukan?
Saya kira Kampus UI perlu mengintegrasikan tidak hanya batas fisik kampus, juga pengaruh satu kampus pada masyarakat sekitar dan negaranya. Pengabdian masyarakat dampak suatu kampus pada perubahan bangsa agar ramah lingkungan agar lebih baik dan lebih penting dari kampus sendiri. Begitu juga pendidikan dan penelitian penting. Sayangnya pengabdian masyarakat tidak termasuk kriteria penting, padahal menurut saya penting untuk jadi kriteria juga.
Mengapa 9 di antara 10 kampus itu kebanyakan di Jawa? Apa di luar Jawa tidak hijau? Mengapa sulit menciptakan kampus yang hijau dan berkelanjutan?
In kan kaitannya dengan hal terutama dana. Bagaimana mengelola air perlu teknologi dan uang. Bagaimana bisa menyiapkan infratsruktur yang ramah lingkungan butuh teknologi dan termasuk penelitian. Ini faktor utamanya. Namun sebenarnya dilihat dari manusia, civitas akademika, dosen, mahasiswa dan tenaga administrasi umumnya jejak ekologis orang Jawa lebih tinggi dibanding pulau-pulau lain.
Bagaimana menciptakan kampus hijau dan berkelanjutan?
Saya kira perubahan basis adalah perubahan manusia. Tantangan bagi rektornya, mahasiswanya, dosennya mengubah perilaku ramah lingkungan. Hingga terintegrasikan menjadi persoalan sehari-hari termasuk dana. Karena dana ini termasuk juga penting mengelola suatu institusi organisasi, di luar Jawa mengisi rangking itu keterbatasan data.
Terkait dengan menciptakan kampus hijau perlu diawali dari manusia. Paradigma diubah. Pimpinan penting rektor. Rektor ini kurang greget kampus ramah lingkungan, tetapi kontribusi kampus. Rektor ini kurang greget.
Apa saja kriteria penting untuk menciptakan kampus hijau, dan berkelanjutan?
Empat kriteria penting lingkungan, ekonomi, sosial dan tata kelola. Lingkungan fisik kriteria vegetasi di sekitar kampus termasuk di luar pagar. Termasuk kondisi air dan kualitas udara. Begitu juga ekonomi termasuk finansial di mana kampus berkegiatan sumber dananya bukan dari yang merusak lingkungan, termasuk penggunaan untuk ramah lingkungan berapa persen.
Sosial perilaku misalnya perilaku civitas akademis, mau buang sampah di kampus, empati pada masyarakat sekitarnya. Aspek tata kelola menyangkut penting manajemen. Bagaimana mengatur suatu institusi ramah lingkungan.
Bagaimana di luar negeri?
Negara maju aspek teknologi baik. Pendanaan baik. Transisi teknolgi baik. Perilaku manusianya, kedisiplinan. Jepang termasuk disiplin bagus. Jejak ekologisnya termasuk civitas akademi secara umum lebih tinggi dari Indonesia, lebih tinggi dari negara berkembang. Tidak serta merta secara hijau lebih baik.
SD atau SMA harus ramah lingkungan. Tentu dengan karakter sendiri. Pendidikan dasar penting perlu dikembangkan cinta lingkungan, aspek kepedulian pada masyarakat. Pendidikan dasar SD menggali banyak kearifan lokal. Keanekaragaman budaya kita. Toleransi, gotong royong, ramah lingkungan. Keterikatan sosial. Modalitas luar biasa
Keterbatasan lahan tidak menjadi dasar bangunan hijau. Institusi pendidikan tidak hijau berkelanjutan bukan hanya soal di dalam dan di luar pagar. Misalnya, contoh ada SD atau SMP yang punya keterbatasan tanah, bangunan tetapi di luarnya mampu menjaga kondisi air. Sawahnya tidak diganggu, hutan di situ baik dan punya peran itu termasuk ramah lingkungan.
Bagaimana menanamkan kesadaran hijau pada anak SD?
Perilaku karena sikap diubah. Sikap diubah oleh pengetahuan. Ini masih minim. Siapa yang bertanggung jawab menyebarkan pengetahunan tentang Bumi kita yang tidak baik-baik saja. Yang penting contoh teladan dari pemimpin, daerah dan institusi. Juga contoh orang tua, dosen. Teladan itu jauh lebih penting.
Pengetahuan bukan tanggung jawab ilmu lingkungan. Tetapi pandangan monodisiplin perlu ditinggalkan. Mengembangkan multidisiplin dan transdisiplin mempelajari aspek lain.