Ritual Kendi Nusantara Itu Bermakna Simbolik

Koridor.co.id

Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Sri Margana. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Ritual Kendi yang dijalani Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada Senin (14/3/2022) cukup menarik perhatian karena aktivitasnya yang terkesan klenik. Namun pandangan lain diutarakan Sejarawan sekaligus Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Margana.

Sri Margana merupakan pria kelahiran Klaten 15 Oktober 1969. Setelah menyelesaikan program S1 jurusan Sejarah Fakultas Sastra UGM, ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar Master Program Studi Sejarah.

Selanjutnya ia juga berhasil meraih gelar Master dari Universitas Leiden. Margana yang banyak terlibat dalam penelitian itu juga bekerja di Departemen Sejarah di Universitas Hamburg, sekaligus rekan akademik Universitas Humboldt di Berlin.

Margana merupakan salah satu ahli yang berfokus pada arsip Hindia Timur Belanda yang dinilai unik dan langka. Ia diketahui lebih tertarik dengan sejarah pemikiran, sejarah politik dan sejarah sosial.

Berikut wawancara Pipit Aprilia Rahapit dari Koridor bersama dengan Sri Margana melalui sambungan telepon, Selasa (29/3/2022):

Bagaimana Anda melihat ritual Kendi Nusantara berlangsung?

Tidak ada di peradaban ini yang tidak memiliki ekspresi simbolis itu, termasuk Indonesia. Indonesia itu bangsa yang memiliki begitu banyak ragam budaya. Jadi, setiap suku itu memiliki ekspresi simbolik yang bermacam-macam. Berbeda-beda dan kaya.

Menurutku ada satu keseragaman atau kemiripan dalam hal ekspresi simbolik berkaitan dengan mendirikan bangunan. Hampir semua suku itu di Indonesia itu punya ritual dalam ketika mau mendirikan bangunan apa saja. Karena bangunan itu akan digunakan sebagai tempat berlindung, jadi harus bisa memberikan keamanan dan keselamatan bagi orang yang menghuninya, oleh karena itu perlu ada ritual keselamatan seperti itu.

Bedanya ritual itu dari dahulu, dengan sekarang?

Kalau jaman dulu kan kepercayaan adat itu masih sesuai kepercayaan masing-masing. Ritual itu dipersembahkan kepada sesuatu yang dianggap bisa melindungi, ya Tuhan yang Maha Esa itu.

Tapi sekarang ini, ketika orang punya kesadaran beragama, tentu saja itu dialamatkan, ya kalau orang Islam kepada Allah SWT. Tapi intinya meminta keselamatan kepada Tuhan.

Spesifiknya adalah sebetulnya ini untuk menunjukkan kebulatan tekad hubungan bersama-sama tanah dan air bersatu. Karena kan IKN itu nanti milik seluruh bangsa. Jadi, tidak ada yang merasa tidak diikutkan, sehingga semua gubernur pada 34 provinsi itu diminta secara simbolik menyertakan tanah dan air sebagai representasi dari kesatuan tekad itu.

Kebulatan tekad?

Itu nilai yang sangat bagus. Ada mengandung nilai-nilai yang sangat bagus untuk persatuan dan kesatuan kebulatan tekad. Presiden Joko Widodo mengadopsi dari semua wilayah yang ada di Indonesia itu.

Jangankan orang Indonesia ya, orang yang paling muda di Amerika, ritual itu masih mereka lakukan. Ritual-ritual itu macam-macam bentuknya, kalau orang beragama menurut keyakinan agamanya masing-masing. Kalau orang-orang yang masih menganut adat masing-masing, jadi ritual seperti itu bukan hanya milik masyarakat tradisional. Masyarakat modern pun memiliki ritual sendiri-sendiri.

Bayangkan setiap bangsa, Amerika pun memiliki hari kemerdekaan, yang pasti diselenggarakan upacara yang unik dan sendiri-sendiri. Indonesia juga punya 17 Agustus dengan pengibaran bendera pusaka, itulah yang juga dilakukan terus oleh masyarakat modern, seperti simbol mengibarkan bendera itu, sebagai simbol juga.

Jadi ritual itu jangan sampai dipahami sebagai ritual orang-orang yang masa lalu, tradisional seperti itu tapi semua punya. Ritualisme itu selalu melekat pada manusia, dan peradaban manusia bahkan sampai manusia modern juga mereka punya ritual-ritual.

Prosesi pencampuran  tanah dan air dalam ritual Kendi Nusantara, apakah ini menjadi inisiatif baru?

Setahu saya ini adalah inisiatif baru di zaman modern Indonesia yang sangat memiliki kesadaran dengan sejarah dan nasionalisme, tentang keberagaman. Ini adalah cara yang cerdas menurut saya untuk menyatukan semuanya. Saya belum pernah lihat dalam sejarah, tetapi setiap gubernur mencoba mencari sesuatu yang istimewa. Mencari asal usul tanah yang akan dibawa dari wilayah yang mereka dianggap istimewa.

Sesuatu yang istimewa seperti apa?

Misalnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengambil tanahnya dari Trowulan, bekas Istana Majapahit. Kemudian Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengambil tanah di wilayah orang kecil, agar IKN nanti jangan melupakan rakyat kecil.

Selalu setiap wakil memilih sesuatu itu dengan simbol-simbol juga. Itu berarti ada harapan dari setiap gubernur. Mereka memiliki harapan-harapan tersendiri, aspirasi masing-masing. Terserah gubernur masing-masing bagaimana memahami berdirinya IKN di Kalimantan TImur, nanti seperti apa.

Setahu saya perwakilan provinsi itu semua datang. Artinya mereka memberikan support dari cara-caranya sendiri, mencoba mencari keistimewaan. Itu tidak sekedar ambil tanah di jalan kemudian dibawa. Mereka mencoba mencari pemaknaan yang sebaik mungkin.

Beragam ritual kerap diwarnai Presiden Jokowi. Misalnya, pada 2012, saat Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo, ia mengguyur mobil Esemka dengan air suci dan kembang setaman dari bejana perunggu, menurut perspektif Anda bagaimana?

Kita harus menghormati keyakinan individu ya. Pribadi Pak Jokowi seorang muslim yang religius, tetapi beliau juga dibesarkan dalam kebudayaan Jawa yang sangat kuat. Itu semua harus dihormati. Saling menghormati kebiasaan budaya masing-masing, juga keyakinan atau religiusitas masing-masing.

Jadi, menurut saya bagus-bagus saja. Itu kan berdasarkan pada keyakinan masing-masing. Apa salahnya selama hal itu tujuannya adalah hal baik. Tetapi, yang paling penting itu kita harus menghargai privilege pribadi seseorang, keyakinan seseorang, kultur dan adat yang dipercayai seseorang.

Soal cap klenik itu bagaimana?

Saya tidak setuju itu disebut sebagai klenik. Klenik itu sesuatu ilmu hitam yang dipakai untuk tujuan buruk. Yang dilakukan Presiden Jokowi itu, sebetulnya tidak terlalu, atau bisa saya sebut itu sebagai inovasi baru, artinya pemahaman baru Bapak Jokowi tentang kebersamaan itu.

Lebih ke sana menurut saya, bukan karena dipengaruhi oleh kepercayaan tertentu. Lebih karena gimana supaya IKN Nusantara ini bisa menjadi secara simbolik, milik semua bangsa, ikut menyertakan semua provinsi, wilayah suku yang ada sehingga disatukan. Ritual itu ada dua, ritual yang sifatnya mengandung nilai-nilai religius dan nilai-nilai yang sifatnya profan. Sebetulnya, misalnya upacara bendera itu profan, yang mengandung nilai nasionalisme, semangat dan sebagainya. Selain itu juga upacara-upacara yang didasari karena latar belakang keagamaan. Jadi, tidak semua ritual itu bersifat religius, tapi juga bersifat nasional. Saya melihat unsur itu ada dalam ritual Kendi Nusantara, yang memperkuat kebersamaan dan kesatuan. 

Artikel Terkait

Terkini