Rilis Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi terkait kondisi air tanah di Bandung, Jawa Barat mengalami kondisi kritis hingga rusak parah mendapat perhatian banyak pihak, pasalnya merujuk pada sumur pantau air tanah, muka air tanah artesis di Bandung telah turun lebih dari 40 meter di bawah muka tanah.
Mengenai hal itu staf pengajar Hidrogeologi (air tanah) ITB Bandung Dasapta Erwin Irawan menduga bahwa industri pariwisata salah satu faktor dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah. Namun yang lebih penting pemodelan-permodelan air tanah yang sudah dilakukan terkendala jumlah data yang terbatas.
“Ini berhubungan dengan pemantauan yang tidak kontinyu. Akibatnya perhitungan-perhitungan penurunan air tanah masih mungkin keliru,” ujar kelahiran di Surabaya 17 April 1976 kepada Irvan Sjafari dari Koridor. Berikut kutipan percakapan dengan periah gelar Doktor Teknik Geologi ITB ini,
Sejak kapan air tanah Bandung rusak parah?
Terkait sejak kapan air tanah bandung “rusak parah”, sulit menyebut tahun persisnya, karena pemantauannya muka air tanah dan kualitasnya tidak pernah kontinyu. Tapi memang sejak menjelang tahun 2000-an sudah banyak yang menyebut adanya penurunan muka air tanah. Khususnya di era awal otonomi daerah. Setiap kabupaten atau kota giat memetakan wilayahnya untuk mengetahui potensinya.
Apakah penyebabnya adalah maraknya pembangunan hotel dan apartemen? Pengaruh seperti apa? Apakah karena pariwisata banyak memakai air tanah melebihi kota Bandung? Harusnya bagaimana mencegahnya?
Setiap periode pasti ada perubahan tren ekonomi/usaha yang kemudian menyebabkan pengambilan air tanah. Sebelum era pariwisata, ada era industri tekstil dan seterusnya. Saat era pandemi, ada banyak kebutuhan air untuk industri rumahan seperti laundry kiloan, katering. Terutama karena alih profesi. Tapi memang iya. Industri pariwisata adalah salah satu yang dapat menyebabkan penurunan muka air tanah secara akumulatif.
Apa imbasnya? Benarkah bisa berakibat pada Bandung bagian selatan yang kerap dilanda banjir waktu musim hujan?
Bandung Selatan karena bentang alamnya serta komposisi batuan/tanahnya yang banyak mengandung lempung, secara natural akan dapat menyebabkan banjir. Pengambilan air tanah bisa jadi bukan penyebab utamanya.
Kalau dibiarkan menurut Kang Dasapta kapan air tanah habis kalau kondisinya seperti ini terus-terusan?
Pada dasarnya selama masih ada hujan, air tanah akan tetap ada. Sekarang apakah kita ingin mengelola air tanah dengan lebih baik? Imbuhan air tanah akan tetap ada. Pemodelan-permodelan air tanah yang sudah dilakukan terkendala jumlah data yang terbatas. Ini berhubungan dengan jawaban di nomor sebelumnya tentang pemantauan yang tidak kontinu. Akibatnya perhitungan-perhitungan penurunan air tanah masih mungkin keliru.
Seberapa besar terjadinya potensi penurunan permukaan tanah?
Potensinya besar karena banyaknya lapisan lempung di bawah tanah bandung. Lempung mudah termampatkan. Akibatnya permukaan tanah menjadi turun. Pengambilan air tanah bukan satu-satunya faktor penyebab penurunan tanah.
Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, salah satu upaya yang dapat didorong untuk menangani persoalan ini adalah dengan menambah wilayah resapan air melalui pembukaan ruang terbuka hijau. Apa komentar Anda? Apakah itu solusi?
Semua upaya untuk mengubah lahan menjadi lahan terbuka akan baik. Memang bisa menambah resapan air, tapi kapasitas tanah untuk meresapkan air hujan/air permukaan sangat terbatas. Jadi air tidak dapat dipaksa masuk. Maka akan banyak terjadi genangan. Hal yang sama terjadi dengan sumur resapan.
Resapan air tanah dapat dipercepat dengan menyuntikkannya ke dalam akuifer dalam. Ini perlu tekanan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi air hujan yang jatuh ke permukaan dengan cara menampung hujan di atas selama musim hujan. Terutama untuk gedung-gedung dengan atap luas.
Ini akan menyebabkan air dari atap tidak semua masuk ke saluran (kita tahu saluran air tidak akan mampu menangkap hujan lebat pada waktu pendek). Ini namanya rain water harvesting. Biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di daerah sulit air. Tapi di Bandung dan kota-kota besar di Indonesia, cara ini dapat dipakai untuk mengurangi potensi banjir saat hujan lebat dan mengurangi penyedotan air tanah. Karena air dari atap dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan air di rumah atau gedung besar.
Rekomendasi Anda mengatasi masalah air tanah ini bagaimana?
Rekomendasi: sumur-sumur pantau harus ditambah, menyebar, dan dipantau secara aktif. Data diolah agar jadi informasi yang berguna untuk pengelolaan air. Rain water harvesting untuk mengurangi run off dan banjir. Mulai eksperimen injeksi air permukaan ke akuifer dalam untuk tabungan air.