Sewaktu kecil Swietenia Puspa Lestari (28 tahun) membayangkan laut mengerikan karena ikan hiu. Namun, ketika Sang Ayah bekerja di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, menghapuskan ketakutan perempuan kelahiran Bogor, 23 Desember 1994 ini. Dia pun mengenal snorkeling sejak kelas 3 SD dan menyelam kelas 5 SD dan akhirnya mendapatkan lisensi menyelam semenjak duduk di bangku SMP.
Menyelam membuatnya jatuh hati pada lingkungan hidup dan membawanya kuliah di Teknik Lingkungan ITB, Bandung dan membuat anak ke 2 dari 3 bersaudara ini memutuskan untuk peduli laut ketika melihat sampah ternyata ada di dasar laut. Tenia, demikian nama panggilannya, lalu mendirikan Divers Clean Action pada November 2014.
Kegigihannya membela lautan membuatnya menjadi perhatian berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai founder, Tenia menyabet beberapa penghargaan. Di antaranya, masuk kategori TOP 100 BBC Influential and Inspiring Woman 2019 (satu-satunya asal Indonesia pada deretan perempuan hebat dunia itu) dan Forbes 30 Under Social Entrepreneur Asia 2020 atau Obama Leader dan Tenia adalah peserta termuda.
Pada 3 Juni 2022, di sela-sela kesibukannya mempersiapkan organisasi nonprofitnya untuk kegiatan fisik di Kepulauan Seribu dalam rangkaian acara Hari Lingkungan Hidup pada 5 Juni dan Hari Laut Sedunia pada 8 Juni, Irvan Sjafari dari Koridor mewawancarai Tenia melalui media sosial. Berikut petikannya:
Apa kabar Divers Clean Action selama pandemi Covid-19?
Selama pandemi Covid-19 kami tetap melakukan kegiatan. Hanya untuk kegiatan bersih pantai dan lautan lebih sedikit melibatkan relawan. Yang melakukan kegiatan itu hanya staf Divers Clean Action (DCA). Kami mengerjakan berbagai aktivitas di enam pulau di Kepulauan Seribu yang berpenduduk. Sedangkan seluruh Indonesia kami melakukan kegiatan di 15 titik di berbagai provinsi.
Secara daring, kami melakukan kampanye di media sosial, webinar dan kepesertaan dalam beberapa konferensi online, serta rapat dengan stakeholder. Kami mengadvokasi bagaimana pandemi Covid-19 mengubah gaya hidup masyarakat. Mereka berbelanja secara daring dan itu membutuhkan packaging dengan bahan daur ulang.
Termasuk pada Februari 2022, dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional, program kami di Kepulauan Seribu itu sudah dapat dianggap pembelajaran yang bisa dipetik. Kita membuat rencana aksi kolaboratif. Kami bersyukur didukung dana hibah dari USAID, National Geographic Society dan beberapa private sector sebagai kolaborator kami.
Di antaranya dari restoran cepat saji KFC membantu kami untuk pengembangkan masyarakat bukan hanya di Kepulauan Seribu, tetapi di 15 provinsi tadi.
Dari awal hingga saat ini Divers Clean Action sudah menemukan apa saja di dalam laut?
Kami tidak saja menemukan sampah plastik, tetapi kaca, logam , karet bahkan kasur, lemari, pintu mobil dan ban. Mungkin hanyut dari sungai, baik tidak disengaja, maupun disengaja dari tempat-tempat yang tidak ada sistem pembuangan sampah. Tetapi, DCA punya kegiatan beragam, bukan hanya beach clean up. Kami punya relawan.
Umumnya berapa lama kegiatan bersih-bersih ini dan melibatkan beberapa orang?
Idealnya setiap sebulan sekali sehingga bisa kita bandingkan dengan data bulan lain. Untuk keterlibatan berapa orang, misalnya kita menelusuri area 150 meter untuk memilah sampah, mungkin satu atau dua orang bisa, tetapi membutuhkan waktu lama mungkin satu atau dua jam.
Sedangkan dilakukan jangka panjang dan ingin cepat mungkin 10 hingga 15 orang. Satu petak mungkin 5 orang. Itu ideal cepat bisa satu jam atau dua jam. Tapi tergantung pantai itu sudah bersih atau masih kotor.
Bagaimana sampah sampai di laut dan bagaimana saran Tenia untuk pemerintah?
Hal itu terjadi karena sistem pembuangan sampah belum baik. Sampah yang terkumpulkan tidak dikelola dengan baik dan akhirnya terbuang, baik disengaja maupun tidak disengaja karena tempat pembuangan sampah tidak cukup atau tidak memadai. Selain itu sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang sering ditemukan di tepi pantai hingga di laut. Untuk itu dibutuhkan inovasi produk-produk yang recycle, reuseable, dan ini masih kurang. Akibatnya sampah yang tidak bisa dikoleksi, didaur ulang semakin banyak tidak diambil karena tidak ada nilai jualnya.
Pemerintah harus menegaskan implementasi aturan bagaimana mengurangi sampah dari sumber, memilah dari sumber dan investasi daur ulang sampah yang harus merata di seluruh Indonesia bukan hanya di Jawa.
Bagaimana dengan regulasi?
Regulasi sudah cukup baik, namun belum cukup. Karena yang banyak itu bukan hanya kantong kresek pedagang, tetapi juga bungkus es, bungkus sup, dan lain sebagainya. Juga styrofoam. Juga sedotan. Juga sachet. Hal ini harus diregulasi agar bisa diubah jadi kemasan yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang.
Apa yang dilakukan DCA tahun ini?
Rencana DCA, memperluas daerah yang kita bina agar masyarakat lokal dapat berdaya sendiri melakukan sistem pengelolaan sampah dan mendapat keuntungan dari sana, seperti ekowisata, membuat produk yang upcycling (dari barang bekas), sehingga ke depan lebih banyak daerah yang punya pembuangan sampah lebih baik. Kami sudah melibatkan ribuan relawan, walau secara fisik pada masa pandemi Covid-19 tidak banyak terlibat, tetapi secara daring mereka terlibat.
Kami juga sudah punya Marinedebris.id sejak 2016, penyedia data sampah pesisir yang dirancang DCA bersama LIPI dan Universitas Padjajaran. Kami sudah mengumpulkan 576 data sampah dari seluruh wilayah Indonesia bersama kolaborator dari berbagai latar belakang, serta dikumpulkan lebih dari seribu orang.