Nama lengkapnya Danilla Jelita Poetri Riyadi. Publiknya mengenalnya sebagai Danilla. Musik sudah melekat dengan dirinya dari keluarganya. Sang Ibu, Ika Ratih Poespa adalah penyanyi jazz dan pamannya Dian Pramana Poetra musisi ternama. Berbagai genre musik mulai dari klasik, keroncong, bossa nova hingga aneka varian jazz.
Namun baru ketika duduk di bangku kuliah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Persada, perempuan kelahiran 13 Februari 1990 aktif bermusik. Mulai dari band Orca yang dia dirikan hingga akhirnya mengeluarkan album sendiri Telisik (2014), Lintasan Waktu (2017), Album mini Fingers (2019) dan Pop Seblay (2020). Danilla juga memenangkan beberapa AMI Awards, yaitu Grup Kolaborasi Terbaik dan Karya Produksi Kolaborasi Terbaik (2021) dan Artis Solo Alternatif Terbaik pada 2022.
Danilla mengisi beberapa soundtrack film, seperti Dilan 1991, Losmen Bu Broto, KKN Desa Penari, Habibie dan Ainun 3. Dia juga berperan dalam beberapa film seperti Koboi Kampus, Pretty Boys (keduanya 2019) dan Losmen Bu Broto (2021).
Beberapa waktu lalu Danilla diwawancarai oleh Irvan Sjafari dari Koridor melalui whatsapp tentang musiknya. Berikut petikannya.
Apa kabar Danila? Apa saja kesibukannya pada triwulan 2023 ini? Saking sibuknya sampai pada 12 Februari lalu Danila merayakan ulang tahun di Festival Pasar Musik Indonesia?
Halo, saya kabar baik sejahtera. Kesibukannya sedang mempersiapkan kejutan karya audio visual baru untuk pendengar Danilla pastinya. Betul, ulang tahun saya dirayakan bersama dengan Penelisik di Festival Pasar Musik Indonesia waktu itu.
Selama berkarir di musik apa catatan Danilla tentang pencapain hingga saat ini? Anda dinilai mampu memadukan bossanova, jazz, and traditional Indonesian pop music? Referensi musik Anda apa selama ini? Apakah akan tetap mempertahankan tiga unsur itu?
Sejauh ini pencapaian buat saya dan tim adalah ketika kita semua bisa solid dan dengan apik menampilkan karya-karya sendiri, baik yang lama maupun baru untuk pendengar Danilla. Betul, kami memadukan genre-genre tersebut, yaitu bossanova, jazz, dan indonesian traditional pop music. Namun sepertinya bisa dirangkum menjadi membuat musik Pop saja.
Yang mana iya benar; selama ini Danilla membuat musik Pop versi kita. Referensi musik sejauh ini luas sekali, belakangan lagi dengerin lagi lagu-lagu Shoegaze. Untuk mempertahankan genre-genre sebelumnya sepertinya tidak menjadi patokan karya-karya selanjutnya; a.k.a se-mood-nya aja, hehe.
Album terbaru Danila Pop Seblay cukup unik. Ada lagu bertajuk “Berat Badan” dengan nuansa game konsol nintendo, ternyata liriknya mengkritisi itu standar tertentu untuk sebuah bentuk atau berat badan. Begitu juga kecintaan pada kucing. Apakah benar demikian?
Hmm, dalam lagu “Berat Badan” sebenarnya sesederhana mencurahkan perasaan dan isi kepala beberapa kawan yang memiliki isu di bentuk tubuh mereka. Lagu yang menggunakan suara kucing (Judul : “Di Balik Selimut”) sengaja direkam karena kucing tersebut (Nama Kucing: “Lupus Mutiara”) adalah kucing studio yang mana sudah menjadi bagian dari album “Pop Seblay”, dan saya merasa beliau patut diberikan kehormatan untuk bernyanyi juga, hehe. Saya cinta kucing dan binatang lainnya. Pastinya hampir semua lagu terinspirasi dari pengalaman pribadi yang mungkin sedikit banyak relasinya dengan pendengar Danilla.
Konsep Pop Seblay ini seperti apa? Apa Danilla tawarkan?
“Pop Seblay” memiliki konsep “Kebersamaan”. Mengingat waktu itu Covid-19 masih sangat marak, maka album ini dibuat atas dasar rindu dengan teman-teman seperjuangan di panggung. Harapannya sederhana, supaya bisa kumpul-kumpul lagi sama mereka serta melibatkan mereka semua (Band Mates & Tim Produksi) sampai diproses rekamannya. Selain kehangatan dari tim saya, pun saya tawarkan sebuah perkenalan akan siapa-siapa saja yang selalu berada di atas dan di balik panggung Danilla (mereka dapat dilihat juga di dalam CD fisik “Pop Seblay” serta video clip “KIW”). Deretan lagu di album “Pop Seblay” adalah suasana yang diinterpretasikan ketika Danilla sedang berada di tongkrongan, nah.. rasanya seperti album itu.
Kalau saya pribadi lebih suka ketika Anda membawakan lagu Dan Bandung dari Panas Dalam untuk soundtrack Dilan. Bagaimana pengalaman dan kesan Anda ketika membawakan lagu ini?
Danilla di lagu “Dan Bandung” hanya menyanyikan ulang lagu milik The Panasdalam. Saya percayakan Lafa Pratomo mengaransemen ulang lagu tersebut. Tidak ketinggalan pula saya meminta Lafa sendiri yang memainkan, mengisi dan merekam seluruh instrumen musik dalam lagu folk/balada tersebut sesuai dengan kemauan saya pun Lafa.
Jika ingin membuat lagu tentang kota, apakah kota yang akan dibuatkan lagu?
Jika ada kota yang ingin saya buatkan lagu, sudah pasti kota Jakarta. Karena Jakarta adalah kota kelahiran saya.