Bandung, Koridor.co.id – Memasuki hari jadi ke 213 Bandung mampu bertahan sebagai kota kreatif. Begitu juga dengan UMKM-nya masih menunjuk inovasi dan kreasinya.
Semua itu karena dukungan sumber daya manusianya yang kreatif. Berkat kekuatan kreatif ini sejumlah UMKM di kota kembang ini bisa bermain di pasar global.
Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Alumni, Inovasi, dan Bisnis Universitas Parahyangan (Unpar) Ir. Catharina Badra Nawangpalupi, Ph.D menyampaikan hal tersebut kepada Irvan Sjafari dari Koridor pada Senin, 25 September 2023.
Pengajar Mata Kuliah Ekologi Industri ini mengatakan perguruan tinggi ini memiliki Parahyangan Inkubator yang berfokus pada proses inkubasi mahasiswa yang siap berwirausaha.
“Persiapan ini mulai dari pengembangan ide bisnis, Parahyangan Incubator melakukan program pendampingan mulai dari persiapan untuk menjadi tenant. Caranya dengan mengembangkan ide (tenant pemula), menjalankan usaha (tenant magang). Kemudian baru kami melakukan pengembangan usaha (tenant tumbuh),” ujar perempuan yang karib dengan nama Katrin.
Berikut petikan wawancaranya.
UMKM Kreatif Kota Kreatif
Bandung saat ini memasuki usia ke 213. Predikat kota kreatif melekat pada Bandung. Dan kreatif ini sebagian kerap identik dengan produk UMKM. Sebagai tokoh yang malang melintang membina UMKM apa pandangan Teteh dari sudut kreativitas produk UMKM, layak nggak sih Bandung sebagai kota kreatif?
Setiap tahun Provinsi Jawa Barat menyusun Indeks Kota/Kabupaten Kreatif, dan Kota Bandung memang memiliki nilai indeks kota kreatif yang tinggi dan masuk dalam kategori “exceptionally creative”. Berbagai faktor menunjukkan hal itu. Secara khusus, memang Kota Bandung memiliki kekuatan baik dari aktivitas bisnis dan ekonomi. Bandung juga memiliki kekuatan dalam luaran, pekerjaan kreatif maupun modal dan partisipasi budaya.
Kota Bandung memenuhi setiap faktor dalam Indeks Kota/Kabupaten Kreatif. Banyaknya UMKM dengan dukungan fasilitas dan sumber daya, serta SDM yang kreatif membuat UMKM Kota Bandung memang cenderung memiliki tingginya nilai kreativitas.
Jadi, dalam hal ini, Bandung memang layak menjadi kota kreatif, di mana kita bisa menemukan inovasi dan kreasi baru baik dalam hal produk, musik, karya seni, jasa maupun berbagai aktivitas yang berkembang oleh dorongan komunitas kreatif.
Dukungan Komunitas Kreatif
Lalu apakah Kota Bandung merupakan habitat yang subur bagi UMKM? Ada nggak sih ciri UMKM di kota Bandung yang berbeda dengan kota lain?
UMKM di kota Bandung beragam dan terus berkembang sejalan dengan berkembangnya komunitas kreatif dan fasilitas dari berbagai coworking space, baik yang berfokus pada digital startup maupun untuk usaha konvensional/tradisional.
Kemudahan akses informasi, layanan pelatihan dan pendampingan membuat UMKM di Kota Bandung mendapatkan keistimewaan untuk terus berkembang dan semakin kreatif. Bandung, merupakan kota dengan pilar ekonomi kreatif yang kuat, sehingga ini membuat ciri khas UMKM di Kota Bandung.
Secara khusus, UMKM berbasis produk kreatif (baik pada produk kuliner, produk fashion maupun produk kriya yang beragam dan unik) tetap mendominasi ciri UMKM Kota Bandung.
Adanya komunitas kreatif membantu pengembangan usaha-usaha agar bisa berjalan. Komunitas kreatif ini tidak hanya berfokus pada pengembangan produk UMKM namun juga menciptakan ekosistem yang lebih luas, baik untuk seni, musik dan fasilitas/pusat-pusat kreatif.
Tekstil dan Fashion Jadi Kekuatan
Apakah keberadaan factory outlet, distro yang banyak bertebaran di kota Bandung merupakan ciri khas kota ini? Bagaimana masa depan factory outlet dan distro? Apakah mereka tetap bisa menjadi salah satu daya tarik wisata?
Tekstil dan produk tekstil (fashion) masih menjadi kekuatan ekonomi kota Bandung, karena itu, outlet dan pusat-pusat fashion masih akan tumbuh, namun bentuknya akan berubah sesuai dinamika konsumen, baik konsumen kota Bandung maupun pengunjung, baik lokal maupun internasional.
Factory outlet, distro dan toko-toko yang ada di Bandung perlu memiliki penguatan ciri khasnya masing-masing untuk tetap sesuai dengan target pasar masing-masing outlet/distro tersebut.
Pengunjung ke Bandung sangat beragam, sehingga menjadi penting ada klaster untuk jenis distro dan outlet. Klaster ini tetap terjaga dan terus dinamis mengikuti gaya konsumennya masing-masing. Sebagai contoh, target konsumen di area jalan Riau memiliki karakter berbeda dengan target konsumen untuk area di daerah Trunojoyo dan Sultan Agung.
Perlu Sinergi
Bagaimana perkembangan UMKM saat ini di Kota Bandung? Apakah ada yang sudah naik kelas dan layak bertarung di pasar global? Apa masukan Anda terhadap otoritas Bandung untuk mengembangkan UMKM?
Sudah banyak UMKM Bandung yang bermain di pasar global, dukungan ekspor dari pemerintah daerah, khususnya dinas perdagangan dan perindustrian kota Bandung. Namun, program intervensi dari berbagai dinas dan juga komunitas maupun KADIN perlu lebih sinergi untuk ketepatan program.
Sebagai contoh, program ekspor memang seharusnya ditujukan pada UMKM yang sudah siap ekspor baik dari kualitas produk, kelembagaan dan legalitasnya. Namun untuk UMKM yang dalam jangka panjang akan ekspor, sebaiknya pemerintah dan pihak terkait menyiapkan tahap-tahap untuk export readiness, sehingga tidak ada duplikasi program ataupun ketidakefektifan program karena salah sasaran target.
Hingga saat ini Unpar sebagai inkubator sudah melakukan apa saja?
Sebagai perguruan tinggi, UNPAR memiliki Parahyangan Inkubator yang berfokus pada proses inkubasi mahasiswa yang siap berwirausaha.
Hal ini bermula dari pengembangan ide bisnis, Parahyangan Incubator melakukan program pendampingan mulai dari persiapan untuk menjadi tenant dengan mengembangkan ide (tenant pemula), menjalankan usaha (tenant magang) dan pengembangan usaha (tenant tumbuh).
Inkubasi bagi mahasiswa wirausaha di UNPAR menuju berbagai jenis usaha, dan dengan prinsip penguatan ekosistem yang baik. Parahyangan Incubator memiliki berbagai kerja sama dengan komunitas dan jejaring kewirausahaan yang ada di Bandung, nasional bahwan dengan beberapa instansi internasional (Irvan Sjafari).