Bertebaran platform streaming film berbayar. Menonton film-film terbaru kini tak lagi hanya di bioskop.

Koridor.co.id

Robert Ronny bersama Sissy Prescillia (kanan) dan Vanesha Prescillia, dua pemeran utama film Backstage. Film ini turut diproduksi oleh Paragon Pictures. (Foto: twitter.com/robertronny)

Platform layanan pengaliran (streaming) film berbayar, dalam dan luar negeri, kini makin banyak. Masing-masing hadir dengan katalog konten beragam nan eksklusif. Menciptakan persaingan sengit untuk merebut pangsa pasar. Alhasil menonton film-film terbaru kini tak melulu hanya bisa dilakukan di bioskop.

Sisi dilematisnya, terutama bagi kaum berkantong pas-pasan, jika ingin menyaksikan ragam film dan serial unggulan masing-masing platform yang sudah pasti eksklusif, bersiaplah merogoh kocek lebih dalam untuk membayar biaya berlangganan.

Meroketnya bisnis platform streaming ini dikhawatirkan akan menciptakan pula apa yang disebut oleh para pakar ekonomi dengan istilah “bubble burst”. Istilah ini merujuk pada sebuah kondisi saat balon yang ditiup terlalu cepat agar segera membesar, lama-lama akan pecah juga.

Ambil contoh yang sekarang sedang dialami Netflix. Perusahaan pengaliran video berbayar yang didirikan 29 Agustus 2008 ini baru saja memecat 150 karyawan. Mereka juga mengumumkan kehilangan 200 ribu pelanggan pada kuartal pertama 2022.

Bagaimana Robert Ronny, produser film dan CEO Paragon Pictures, menanggapi fenomena ini? Berikut penuturannya saat dihubungi Koridor melalui sambungan telepon (10/6/2022).

Sebagai produser film yang juga hobi berat nonton film, Anda berlangganan layanan pengaliran film apa saja sekarang?

Paling lama itu Netflix. Kemudian Disney+, AppleTV, dan Amazon Prime Video. Sama Vidio dan Mola TV juga. Cuma kalau yang dua terakhir ini biasanya untuk menonton pertandingan sepak bola saja.

Bagaimana Anda menilai kehadiran platform streaming berbayar yang makin ramai ini?

Saya sebagai content maker tentu senang. Artinya sekarang ada banyak pintu yang terbuka untuk mendistribusikan konten. Sejalan dengan itu berarti kita bisa lebih eksploratif menghasilkan karya. Di platform streaming, misalnya, kita bisa menggarap karya yang lebih “arthouse”. Sesuatu yang jika kita tampilkan di bioskop mungkin masih kurang banyak peminatnya.

Efek lainnya, kehadiran platform streaming film menjadi second window bagi film. Jadi setelah film berakhir masa edarnya di bioskop, orang-orang masih bisa menontonnya melalui layanan streaming berbayar.

Berarti ketika akan memproduksi sebuah konten, harus membedakan di medium apa konten tersebut nantinya didistribusikan atau ditayangkan?

Oh iya. Selain produksi film “arthouse” tadi, kita kan enggak mungkin bikin serial untuk tayang di bioskop. Bisanya di platform streaming.

Apakah dengan demikian ada dikotomi juga dalam hal production value ketika menggarap sebuah film untuk tayang di bioskop dan platform streaming?

Bisa enggak, bisa iya. Ambil contoh film The Irishman karya Martin Scorsese yang tayang di Netflix. Itu kan film arthouse banget, tapi bujet produksinya ratusan juta dolar Amerika Serikat (USD159 juta atau Rp2,3 triliun menurut The Numbers). Ongkos segitu bisa bikin lebih dari satu film bioskop.

Sempat terbetik kabar Netflix akan menyetop produksi film-film dengan bujet besar seperti The Irishman tadi?

Buktinya mereka tetap memberi lampu hijau untuk penggarapan sekuel film Red Notice. Film pertamanya saja ongkosnya USD200 juta.

Dengan makin ramainya kemunculan platform streaming berbayar dengan beragam film eksklusifnya, apakah ini bisa memengaruhi minat orang menonton film di bioskop?

Sampai kapan pun pengalaman menonton film di bioskop dengan layar lebar dan sistem tata suara yang menggelegar itu tetap tak tergantikan. Sebenarnya antara bioskop dan platform streaming, menurut saya, bisa saling komplimen. Toh, belum tentu semua penonton film di bioskop jadi pelanggan platform streaming. Begitu juga sebaliknya.

Seperti apa Anda melihat bisnis platform streaming film berbayar ini ke depannya?

Akan ada masa orang-orang merasa jenuh, lalu memutuskan berhenti berlangganan. Namun, ketika merasa ada satu konten yang menarik, mereka pasti akan berlangganan lagi. Soalnya saya juga begitu. Berhenti langganan pada satu platform, lalu berlangganan ulang. Ini hal biasa.

Makanya untuk kasus Netflix yang mengumumkan kehilangan banyak pelanggan pada kuartal pertama 2022, saya pikir seharusnya mereka tak perlu terlalu khawatir.

Faktor yang bisa membuat mereka bertahan lama, selain kekayaan katalog konten, juga harus mendapat dukungan finansial kuat. Contohnya beberapa platform milik perusahaan besar yang sudah mapan, semisal Disney+, AppleTV, Amazon Prime Video, juga Netflix.

Sementara saya kok ragu platform streaming macam Lionsgate Play bisa bertahan dalam persaingan ini mengingat katalog konten mereka tidak sebanyak para pesaingnya.

Apa yang membuat Anda memutuskan berhenti langganan sebuah platform streaming?

Keterbatasan waktu. Tidak mungkin seharian dipakai hanya untuk menikmati suguhan konten di platform streaming. Suguhan konten-kontennya juga. Akhirnya yang jarang ditonton itu saya stop. Mungkin kalau suatu saat ada konten menarik ditampilkan oleh platform yang saya stop itu, saya akan berlangganan ulang.

Jika harus memilih, lebih senang film-film Anda tayang di bioskop atau platform streaming berbayar?

Secara pribadi saya masih lebih memilih bioskop, sih. Namun, sekali lagi semua kembali pada kontennya. Apa yang terjadi dengan film Sobat Ambyar itu sebenarnya di luar rencana. Awalnya film itu sudah kami dijadwalkan tayang di bioskop. Kemudian muncul pandemi Covid-19 yang efeknya bikin bioskop tutup. Akhirnya kami ganti strategi dengan menayangkan film itu di Netflix. Angka yang mereka tawarkan kepada kami juga cukup bagus.

Proyek-proyek apa yang sedang Paragon Pictures persiapkan?

Saat ini kami akan mulai produksi dua film horor. Jangan bilang kami sedang latah bikin film horor lantaran kesuksesan film KKN di Desa Penari, ya. Dua proyek ini sebenarnya sudah lama kami rencanakan, hanya tertunda lantaran adanya pandemi Covid-19. Satu lagi kami juga akan menggarap serial yang akan tayang di platfrom streaming

Artikel Terkait

Terkini