Film KKN di Desa Penari memecahkan rekor jumlah penonton di bioskop Indonesia, dengan penjualan tiket tembus 7,7 juta. Inilah cerita Awi, sineas kelahiran Lampung, 24 September 1977 yang menjadi sutradara.
Bagaimana awalnya nama Anda bisa terpilih menyutradarai proyek film adaptasi ini?
Saya sebenarnya hampir menyatakan rehat sejenak menyutradarai film horor. Hingga akhirnya saya membaca utas milik @SimpleM81378523 ini di Twitter. Cerita dan penggambarannya langsung membuat saya jatuh cinta dan seketika bersemangat lagi untuk menggarap film horor.
Keinginan itu saya sampaikan kepada pihak MD Pictures. Gayung bersambut. Ternyata Pak Manoj juga mengaku sudah mengincar cerita ini untuk difilmkan. Cuma waktu itu saya tidak terlalu berharap banyak karena ternyata sudah ada sekitar lima rumah produksi lain yang juga berebut ingin membeli hak adaptasi cerita tersebut.
Kurang dari sebulan sejak saya mengusulkan agar membeli hak adaptasi cerita (film tersebut) kepada Pak Manoj (Manoj Punjabi, Produser sekaligus CEO MD Pictures), saya mendapat panggilan telepon untuk merapat ke kantor MD Pictures. Waktu itu saya baru saja kelar nonton film It Chapter 2 di bioskop, awal September 2019.
Menyangka film KKN di Desa Penari akan meraih jumlah penonton sebanyak ini?
Enggak sama sekali. Semula saya berpikir bahwa rekor 6.858.616 penonton yang diraih film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! part 1 itu hampir mustahil dilewati. Paling banter, pikir saya, sebuah film hanya bisa menggaet hingga sekitar 5 juta penonton saja.
Saya bahkan sempat cemas dan berkonsultasi dengan teman yang seorang pemerhati industri film ketika akhirnya jadwal KKN ini kembali mundur untuk yang ketiga kalinya.
Apa hasil konsultasinya?
Teman saya itu juga mengaku tidak terlalu yakin kami cukup mampu bersaing dengan film Doctor Strange in the Multiverse of Madness (produksi Marvel Studios) yang jadwal tayangnya berdekatan. Akhirnya saya nothing to lose saja. Tidak mau ekspektasi terlalu tinggi. Saya hanya yakin dengan kualitas konten yang telah kami bikin.
Berapa lama proses syuting film KKN?
Total memakan waktu 33 hari. Jumlah kru yang terlibat sekitar 150 hingga 180 orang. Kami juga membawa ratusan ekor ular karena saya tidak mau pakai CGI (Computer-Generated Imagery). Semuanya berlangsung di luar kota Jakarta.
Ini rombongan terbanyak yang pernah terlibat dalam produksi film yang saya sutradarai. Sejak awal kami memang berkeinginan meningkatkan production value film KKN di Desa Penari. Sejalan dengan itu, tingkat stres selama menggarap film ini jauh lebih besar dibandingkan film-film saya terdahulu. Saking stresnya, saya sempat berujar kepada istri bahwa saya tidak akan menyesal seandainya harus pensiun setelah film ini rilis.
Kenapa kok Anda bisa stres?
Salah satunya soal syuting itu tadi. Plus kondisi cuaca seperti hujan dan badai yang harus kami hadapi. Pasalnya kami syuting penghujung tahun 2019. Musim hujan. Kemudian penundaan tayang beberapa kali lantaran pandemi.
Tambah lagi desakan netizen alias warganet di Twitter dan Instagram. Mereka seolah tanpa henti meneror saya. Minta agar film ini secepatnya rilis di bioskop. Jangan ada penundaan lagi. Padahal kan urusan tanggal tayang di bioskop bukan kewenangan saya. Bahkan ada beberapa yang mengancam mau menggeruduk kantor MD Pictures segala. Wah, di situ saya sempat kena mental juga, tuh. hahaha.
Tapi sisi lainnya kan netizen juga punya peran besar membuat film ini berada pada titik seperti sekarang.
Benar banget. Istilahnya antara netizen dengan film ini terjalin love and hate relationship. Kenapa itu bisa terjadi, saya rasa karena mereka semua merasa memiliki film ini. Makanya selalu saya katakan bahwa pencapaian ini bukan hanya karena saya semata, atau pemain, kru, dan MD Pictures saja, tapi juga andil besar dari para penggemar.
Aneka konten terkait film ini membanjiri dunia maya, mulai dari TikTok, Twitter, Instagram, dan YouTube. Semua munculnya generik dari para penggemar.
Berkat promosi dari mulut ke mulut itu, film ini bisa beredar luas dan memantik rasa penasaran orang untuk datang menonton. Mencipta apa yang diistilahkan sekarang sebagai FOMO (Fear of Missing Out). Banyak yang berlomba ingin menonton karena takut ketinggalan dengan tren yang sedang terjadi.
Sejujurnya, kami tidak melakukan aktivitas promosi yang masif. Acara cinema visit yang melibatkan para pemain untuk mengunjungi beberapa kota juga tidak diadakan.
Sekarang soal potensi film-film lain untuk menggeser film KKN di Desa Penari sebagai film Indonesia terlaris. Anda menilai bagaimana?
Seperti yang saya katakan tadi. Sebelumnya saya pesimistis ada film yang bisa melewati pencapaian rekor jumlah penonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! part 1. Ternyata kami membuktikan bisa. Bahkan di tengah kondisi masih pandemi saat kapasitas bioskop belum bisa penuh 100 persen. Jadi saya percaya selalu ada kans untuk film-film lain memecahkan rekor. Namun, konten tetap yang utama.