Negeri jiran Malaysia akan menggelar pesta demokrasi pada 19 November 2022, untuk memilih 222 kursi anggota parlemen dan perdana menteri Malaysia. Pemilu Malaysia kali ini bisa dibilang berbeda dengan sebelumnya. Salah satunya adalah munculnya 4 blok dari 2 blok sebagaimana pemilu-pemilu sebelumnya. Usia pemilih pun direvisi dari warga berusia 21 tahun menjadi 18 tahun. Total ada 21 juta pemegang hak suara yang akan menyalurkan aspirasi politiknya dalam pemilu kali ini.
Empat blok politik Malaysia yang akan bertarung dalam pemilu kali ini antara lain: Pertama, Barisan Nasional, yang merupakan koalisi UMNO, Malaysia Indian Congress, dan Malaysian Chinese Associaton. Barisan Nasional menjagokan petahana Perdana Menteri Ismail Sabri.
Kedua, Pakatan Harapan, gabungan Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Aksi Demokratik (DAP), dan Partai Amanah. Pakatan Harapan memajukan nama Anwar Ibrahim sebagai kandidat perdana menteri. Ketiga, Perikatan Nasional yang merupakan gabungan Partai Pribumi Bersatu Malaysia dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Mereka mengusung bekas perdana menteri Muhyiddin Yassin. Keempat, Gerakan Tanah Air yang dipimpin bekas perdana menteri Malaysia Mahathir Mohammad.
Untuk membaca peta pertarungan politik Malaysia, Pizaro Gozli Idrus dari Koridor mewawancarai Prof. Dr. Azmi Hassan, Senior Fellow Nusantara Academy for Strategic Research yang berbasis di Malaysia. Azmi terkenal sebagai analis politik Malaysia yang pandangan-pandangannya kerap mewarnai televisi Malaysia hingga media-media internasional.
Jadi siapa kandidat terkuat calon perdana menteri Malaysia?
Kalau melihat potensi, kita harus melihat potensi partai di belakang calon anggota parlemen. Saya katakan bahwa Barisan Nasional akan mendapatkan kursi parlementer terbanyak dan dapat membentuk Pemerintah Federal, tetapi dengan sekutu lainnya, terutama di Sabah dan Sarawak.
Dengan faktor-faktor tersebut, maka Datuk Seri Ismail Sabri termasuk orang yang memiliki potensi tinggi untuk menjadi Perdana Menteri.
Dan potensi kedua terkuat adalah Pakatan Harapan. Jika Barisan Nasional tidak mampu membentuk pemerintahan, maka jatuh ke tangan Pakatan Harapan yang mengajukan Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai calon Perdana Menterinya.
Perikatan Nasional yang dipimpin Tan Sri Muhyiddin Yassin dan Gerakan Tanah Air Tun Dr Mahathir tidak dapat membentuk pemerintahan, karena partainya diprediksi tidak akan meraih banyak kursi.
Dari nama-nama itu, siapa kandidat yang paling baik menjalin hubungan dengan Indonesia jika terpilih jadi PM?
Isu hubungan dengan Indonesia sangat sensitif, membutuhkan pemimpin sensitif yang dapat mengambil keputusan untuk kepentingan jangka panjang, bukan hanya jangka pendek. Dan juga harus memiliki pengalaman yang luas dalam menjalin hubungan dengan Jakarta dan Jakarta juga senang dengan pemimpin tersebut.
Jadi dari segi faktor Indonesia saja, saya melihat Datuk Seri Anwar Ibrahim lebih cocok, karena pengalaman Datuk sendiri dalam menjalin hubungan dengan tokoh Indonesia.
Secara analisa politik, bagaimana peluang Anwar Ibrahim menjadi PM Malaysia?
Jika kita lihat di Semenanjung Malaysia, misalnya, ada 165 kursi parlemen. Di antara 165 tersebut, 60% mayoritas pemilih Melayu memiliki 90 dari 165 kursi. Di daerah 90 kursi ini, Barisan Nasional UMNO kuat karena memiliki pendukung yang sangat kuat di daerah mayoritas Melayu. Saya melihat 70% hingga 80% pemilih Melayu akan memilih UMNO Barisan Nasional. Sisanya diambil oleh Perikakatan Nasional dan Pakatan Harapan.
Masalah besar Pakatan Harapan adalah menarik pemilih Melayu. Kepercayaan untuk menarik pemilih Melayu sangat terbatas dan juga PKR tidak mampu menarik pemilih Melayu dalam hal ini. Di Semenanjung saja, akan sulit bagi Pakatan Harapan untuk mendapatkan banyak kursi karena UMNO sendiri mengharapkan meraih 90-95 kursi. Di tubuh Pakatan Harapan, DAP mungkin meraih 40 kursi dan PKR mungkin meraih 20 kursi dan Amanah mungkin tidak banyak mendapatkan kursi.
Jadi kalau kita gabung, Pakatan Harapan maksimal meraih 70-75 kursi. Itu tetap tidak cukup untuk memenangkan pemilu Malaysia, walau sudah digabung suara dari Sarawak dan Sabah.
Anda katakan Anwar Ibrahim memiliki masalah dengan pemilih Melayu. Kenapa ini bisa terjadi? Apa karena DAP sebagai partai kelompok Chinese masuk dalam Pakatan Harapan?
Ya. Kuatnya hubungan Anwar dengan DAP memberikan persepsi bahwa Anwar dipengaruhi oleh DAP dalam mengambil keputusan di PH.
Bagaimana dengan suara partai di Sarawak?
Jadi persoalannya kalau Anwar mau jadi Perdana Menteri, Pakatan Harapan memerlukan bantuan dari Gabungan Partai di Sarawak (GPS). Sarawak menawarkan 31 kursi parlemen dan sangat mungkin bahwa GPS Sarawak akan mengambil semua 31 kursi dari partai manapun di Semenanjung Malaysia. Maka Pakatan Harapan, Barisan Nasional, dan Perikatan Nasional memerlukan suara GPS. Itu tidak boleh dinafikan.
Tapi masalahnya Pakatan Harapan, khususnya Datuk Anwar Ibrahim PKR, memiliki masalah besar dengan GPS Sarawak. Di masa lampau maupun saat ini. Karena calon anggota parlemen PKR ikut bertanding di Sarawak dan ini amat tidak disenangi oleh Ketua GPS Abang Johari Openg. Ini makanya mustahil Datuk Seri Anwar akan menjadi Perdana Menteri Malaysia tanpa bantuan GPS. Dan GPS tidak akan mendukung Pakatan Harapan. Kecuali Pakatan Harapan memiliki negosiasi dengan partai-partai lain tanpa GPS untuk membentuk pemerintahan.
Tapi saya melihat itu merupakan perkara yang sangat sulit. Karena yang mendominasi usai pemilu nanti adalah Barisan Nasional.
Apakah ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi Anwar untuk menjadi PM?
Mungkin ini bisa dikatakan sebagai kesempatan terakhir, meski tipis kemungkinan Datuk Seri Anwar menjadi Perdana Menteri. Anwar sudah berusia 75 tahun dan sudah berkali-kali memimpin PH, namun gagal menjadi perdana menteri. Saat Anwar mengaku meraih dukungan mayoritas untuk menjadi PM ketika gejolak politik sedang memuncak, namun nyatanya tidak berhasil. Ini mengikis kepercayaan diri Anwar untuk menjadi PM.