Partai Move Forward yang digawangi anak-anak muda Thailand mencetak sejarah dengan memenangkan pemilu di Thailand yang digelar Minggu, 14 Mei 2023. Inilah partai oposisi pemerintah, yang secara mengejutkan berhasil merebut mayoritas kursi di Dewan Perwakilan Rakyat.
Partai “Bergerak Maju” pimpinan pengusaha muda berusia 42 tahun, Pita Limjaroenrat ini menempati posisi pertama dalam pemilihan, melampaui sebagian besar ekspektasi publik.
Hasil ini bahkan melewati perolehan partai Pheu Thai, partai oposisi terkuat yang selalu menduduki puncak jajak pendapat. Pheu Thai menduduki peringkat kedua dalam pemilu tahun ini.
Kendati perolehan kursi partai – sekitar 151 kursi – belum mencapai mayoritas di parlemen, hasil itu jauh lebih kuat dari yang diperkirakan dan lebih baik daripada partai lain, sehingga secara luas dipandang sebagai mandat populer untuk agenda reformasinya.
Dari 71 juta jiwa penduduk Thailand, sekitar 52 juta jiwa memiliki hak pilih pada pemilu Thailand 2023. Mereka telah memberikan suara di lebih kurang 95.000 tempat pemungutan suara.
Sampai Selasa 16 Mei 2023, sebanyak 99 persen surat suara sudah dihitung. Data Komisi Pemilihan Umum Thailand menunjukkan, Partai Bergerak Maju memperoleh 14,1 juta suara, diikuti Pheu Thai dengan 10,8 juta suara. Sementara Partai Persatuan Bangsa Thailand pimpinan PM Prayuth Chan-ocha berada di urutan ketiga dengan 4,7 juta suara.
Rencananya, dua partai oposisi teratas Thailand, Move Forward dan Pheu Thai akan segera membahas kerja sama politik tahap berikutnya dalam upaya mereka menggantikan rezim pemerintahan Thailand yang didominasi militer.
“Rakyat Thailand telah menyuarakan harapan mereka, dan saya siap menjadi perdana menteri untuk semua, apakah Anda setuju dengan saya atau tidak setuju dengan saya,” ujar Pita seperti dilansir BBC.
Pheu Thai dipimpin Paetongtarn Shinawatra, putri mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra, mantan perdana menteri populis yang digulingkan oleh kudeta militer tahun 2006 dan merupakan kekuatan pendorong di belakang partai.
“Kemenangan elektoral yang luar biasa oleh Move Forward dan Pheu Thai adalah tanda yang menentukan bahwa para pemilih menginginkan pemerintahan di mana rakyat, bukan militer, yang menentukan masa depan mereka,” kata Tyrell Haberkorn, seorang sarjana studi Thailand di University of Wisconsin dilansir Associated Press Rabu, 17 Mei 2023.
“Pemilih menginginkan Thailand dengan kebebasan berbicara, tanpa wajib militer, dan di mana suara rakyat dihargai, bukan sesuatu untuk dibungkam atau dibeli,” katanya.
Namun, koalisi dua partai oposisi tidak punya kursi yang cukup untuk mengungguli suara partai-partai lawannya dan 250 kursi di senat — yang, di bawah konstitusi yang dirancang militer, diizinkan untuk ikut serta dalam pemungutan suara untuk memilih perdana menteri berikutnya.
Karena para senator ditunjuk oleh Perdana Menteri petahana Prayuth Chan-ocha, ada anggapan bahwa mereka akan menentang pemerintahan yang dipimpin Move Forward. Jika itu terjadi, akan ada kebuntuan politik yang panjang di Thailand.
Move Forward tampaknya siap untuk mengambil risiko itu, seolah-olah menantang senat untuk menghalangi mereka.
“Dengan konsensus yang dihasilkan dari pemilihan, akan ada harga yang cukup mahal untuk dibayar bagi seseorang yang berpikir untuk menghapuskan hasil pemilu, atau membentuk pemerintahan minoritas, dan saya pikir rakyat Thailand tidak akan membiarkan itu terjadi,” kata Pita.
Junta militernya memerintah Thailand selama hampir lima tahun sebelum pemilihan umum diadakan pada 2019 di bawah konstitusi baru yang ditulis komite yang ditunjuk militer.
Saat itu, Prayuth adalah satu-satunya calon perdana menteri dari partai pro junta, Palang Pracharat. Partai tersebut berhasil membentuk pemerintahan dengan sekutu politiknya, meski Partai Pheu Thai-lah yang memiliki mayoritas kursi di Majelis Rendah.
Partai anak-anak muda Thailand menangi pemilu, jungkalkan partai rezim militer
Koridor.co.id
Artikel Terkait