Malaysia Larang Buku yang Dianggap Hina Pekerja Indonesia

Koridor.co.id

Cheeming Boey adalah animator, seniman, dan penulis kelahiran Malaysia yang kini tinggal di Amerika Serikat. Buku karyanya berisi serangkaian cerita bergambar tentang masa kecilnya di Malaysia. Foto: FB/Cheeming Boey

Kuala Lumpur, Koridor.co.id – Pemerintah Malaysia secara resmi melarang novel grafis karya Boey Chee Ming berjudul When I Was a Kid 3: Childhood Stories by Boey.

Malay Mail pada Kamis (28/9/2023) melaporkan novel tersebut menjadi kontroversi karena memuat gambaran yang sebagian kalangan menilai hal itu menghina asisten rumah tangga (ART) asal Indonesia. Malaysia kemudian melarang peredaran buku itu.

Pelarangan itu terjadi setelah 10 tahun buku itu terbit pada 2014 dan kini mencapai seri ketiga.

“Pencetakan, impor, produksi, reproduksi, penerbitan, penjualan, penerbitan, peredaran, distribusi atau kepemilikan publikasi … yang mungkin merugikan moralitas dilarang keras di seluruh Malaysia,” terang Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution Ismail.

Juni lalu, kelompok di Indonesia bernama Corong Rakyat menggelar demonstrasi di luar Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.

Mereka memprotes buku When I Was a Kid 3 itu karena mereka menilai buku itu merendahkan ART asal Indonesia.

Merugikan Moralitas

Menteri Dalam Negeri Malaysia menyatakan buku itu mengandung materi yang “mungkin merugikan moralitas”. Pemerintah kemudian mengeluarkan larangan terhadap buku tersebut pada 15 September ini.

Boey Chee Ming adalah seniman Malaysia yang tinggal di Amerika Serikat (AS).

Dia mengaku terkejut dengan kebijakan Malaysia yang melarang bukunya.

Boey yakin pelarangan ini berkaitan dengan isi satu bab di dalam bukunya itu. Di dalam bab itu, Boey mengisahkan ayahnya yang mengibaratkan asisten rumah tangga asal Indonesia itu seperti monyet. Hal itu karena ART asal Indonesia bisa memanjat pohon dengan cepat untuk memetik kelapa.

“Niat saya bukan untuk merendahkan tetapi untuk memuji kecepatan luar biasa yang dilakukan pekerja kami dalam memanjat pohon kelapa – seperti monyet. Saya kembali ke pohon itu sendirian malam itu karena saya juga ingin melihat apakah saya bisa memanjat pohon itu dengan kecepatan itu,” tulisnya di Instagram. (Pizaro Gozali Idrus)

Artikel Terkait

Terkini