Jakarta, Koridor.co.id – Kelompok pegiat hak asasi manusia (HAM) Human Rights Watch (HRW) mendesak pemerintah Malaysia menyelidiki dugaan penculikan keluarga aktivis HAM Myanmar.
Pegiat demokrasi dan HAM Myanmar Thuzar Maung dan suaminya, Saw Than Tin Win, serta tiga anak mereka menghilang dari tempat tinggal mereka di Kuala Lumpur, Malaysia, sejak 4 juli 2023. Mereka tinggal di ibu kota negeri jiran itu dengan menyandang status pengungsi.
HRW meyakini perempuan 46 tahun itu dan keluarganya menjadi target penculikan dalam suatu operasi terencana. Organisasi pegiat HAM itu mencemaskan keselamatan Thuzar dan keluarganya yang terancam.
“Pemerintah Malaysia harus segera bertindak untuk menemukan keluarga (Thuzar) itu dan memastikan keselamatan mereka,” kata Direktur HRW Asia Elaine Pearson baru-baru ini.
Rekaman CCTV
Pada 4 Juli 2023, sejumlah laki-laki asing terduga menculik Thuzar Maung dan Saw Than Tin Win (43 tahun). Tiga anak Thuzar juga ikut menjadi korban penculikan. Yakni, satu anak perempuan 16 tahun dan dua anak laki-laki, masing-masing berusia 17 tahun dan 21 tahun.
HRW menyatakan, berdasarkan keterangan para saksi dan rekaman close circuit television (CCTV), penculikan terjadi di rumah tinggal mereka di Ampang Jaya, Kuala Lumpur. Thuzar Maung alias Thu Zar Moung merupakan salah satu tokoh gerakan demokrasi terkemuka di Myanmar.
Sekira pukul 16.30 waktu setempat, satu mobil memasuki kompleks tempat Thuzar dan keluarganya tinggal. Kepada petugas satuan pengamanan (satpam) kompleks, sopir mobil itu mengaku mereka polisi.
Dua jam kemudian, Thuzar Maung menelepon seorang rekannya. Penerima telepon sempat mendengar teriakan Thuzar kepada suaminya bahwa berapa laki-laki memasuki rumah mereka. Hubungan telepon pun terputus.
Selanjutnya, pada pukul 19.10, mobil yang sama dan dua mobil lain milik keluarga Thuzar Maung tampak meninggalkan lokasi. Telepon Thuzar Maung, suami, dan anak-anaknya tampaknya tidak aktif. Karena, setelah itu tidak ada panggilan yang terhubung.
Rekaman CCTV di pos satpam memperlihatkan nomor plat mobil “polisi” sebagaimana pengakuan sopir tadi. Namun, polisi Malaysia menyatakan plat nomor mobil itu palsu.
Seorang pelaku juga tertangkap kamera memakai sarung tangan hitam saat mengeluarkan kartu ketika hendak melewati gerbang kompleks. Dia menyetir salah satu mobil aktivis HAM Myanmar itu.
Menurut catatan, mobil pelaku juga pernah memasuki kompleks tersebut pada 19 Juni 2023. Namun, rekan-rekan Thuzar Maung yang memasuki rumah itu pada 5 Juli silam menyatakan tidak ada tanda-tanda perampokan.
Komunitas Pengungsi Muslim Myanmar
Thuzar Maung cukup lama berkiprah memberikan advokasi tentang demokrasi di Myanmar serta hak-hak pengungsi dan kelompok migran di Malaysia. Dia menduduki posisi sebagai Ketua Komunitas Pengungsi Muslim Myanmar dan Komite Pekerja Migran Myanmar. Dia dekat dengan kelompok oposisi Myanmar Pemerintah Persatuan nasional.
Thuzar Maung memiliki lebih dari 93.000 pengikut di Facebook. Dia menjadikan media jejaring sosial itu untuk mengkritisi kesewenang-wenangan junta militer Myanmar, yang mengambil alih kekuasaan setelah kudeta 1 Februari 2021. Sikap kritisnya membuat rekan-rekannya khawatir dia menjadi target junta.
Thuzar Maung melarikan diri ke Malaysia pada 2015. Dia dan keluarganya menyelamatkan diri dari kekerasan yang meningkat terhadap kaum muslim di Myanmar. Di Malaysia, Thuzar Maung dan keempat anggota keluarganya mendapatkan status sebagai pengungsi dari badan Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Refugee Agency).
HRW menyerukan pemerintahan di dunia mendesak pihak berwenang Malaysia segera mengungkap keberadaan Thuzar Maung dan keluarganya. “Para aktivis Myanmar sangat jelas berisiko bahkan saat menyampaikan kritikan terhadap junta militer dari negara tempat mereka mencari suaka,” ujar Pearson. (Nic)