Tiongkok kekeringan. Sejumlah sungai dan waduk mengering berdampak pada pasokan air minum, pertanian dan industri

Koridor.co.id

Salah satu bagian Sungai Yangtze yang merana
Salah satu bagian Sungai Yangtze yang merana

Sungai Yangtze di Tiongkok sepanjang 6.300 kilometer merupakan sungai terpanjang di Asia dengan cekungan membentang sekitar 3.200 kilometer dari Barat ke Timur dan lebih 1.000 kilometer dari utara ke selatan.

Sungai yang bersumber di Dataran Tinggi Tibet hingga bermuara di Laut China Selatan ini menjadi salah satu urat nadi kehidupan sepertiga populasi Tiongkok karena mengaliri area seluas 1.808.505 kilometer melintasi 10 provinsi.

Pada Agustus 2022 sungai ini terdampak gelombang panas yang melanda berbagai belahan dunia sebelah utara, selain Eropa. Tiongkok terimbas. Debit aliran sungai utamanya menyusut hingga 50 persen. 

Sejumlah anak sungainya mengering. Bahkan karena begitu kering hingga di distrik Chongqing, di dasar sungai, ditemukan patung Buddha yang sudah berusia 600 tahun. Total sebanyak 66 sungai mengering di negeri Tirai Bambu ini. Akibatnya 70 kota yang mengakses sungai ini mengalami kekeringan. Di seluruh negeri, penduduk dari 200 kota sengsara dibuatnya.

Curah hujan rendah dan panas yang memecahkan rekor di sebagian besar wilayah China berdampak luas pada manusia, industri, dan pertanian. Tingkat sungai dan waduk telah turun. Pabrik-pabrik tutup karena kekurangan listrik dan area tanaman yang luas telah rusak.

Situasi ini menyebabkan gangguan lebih lanjut pada rantai pasokan dan memperburuk krisis pangan global.

Masyarakat di sebagian besar Tiogkok menderita setelah mengalami dua bulan panas ekstrem. Ratusan tempat telah melaporkan suhu lebih dari 40°C. Stasiun kereta bawah tanah telah menyiapkan tempat istirahat, agar orang dapat memulihkan diri dari panas.

Suhu tertinggi terjadi pada 18 Agustus 2022, suhu di Chongqing, Provinsi Sichuan mencapai 45°C , suhu tertinggi yang pernah tercatat di Tiongkok di luar wilayah Xinjiang yang didominasi gurun. Pada 20 Agustus, suhu di kota tidak turun di bawah 34,9°C, suhu minimum tertinggi yang pernah tercatat di Tiongkok pada Agustus. Suhu maksimum adalah 43,7°C.

Di Provinsi Sinchuan ini bencana gelombang panas ini memukul industri otomotif. Penjatahan listrk karena terganggunya pusat pembangkit listrik tenaga air paling penting di Tiongkok. Kekeringan ekstrem yang menyebabkan pemadaman listrik.

Pembangkit listrik tenaga air telah turun karena tingkat air yang rendah. Sichuan sangat terpengaruh karena biasanya mendapatkan 80 persen listriknya dari pembangkit listrik tenaga air. Ribuan pabrik di provinsi itu harus berhenti beroperasi karena kekurangan listrik di tengah tingginya permintaan AC. Perkantoran dan pusat perbelanjaan juga diminta mengurangi penerangan dan pendingin ruangan untuk menghemat listrik.

Di Sichuan saja, 47.000 hektare tanaman dilaporkan telah hilang dan 433.000 hektare lainnya rusak. Kementerian Pertanian di sana mengatakan akan mencoba meningkatkan curah hujan dengan menaburkan awan. Masih belum jelas secara ilmiah apakah penyemaian awan membuat perbedaan yang signifikan.

Di antara yang terpukul menurut media pemerintah Tiongkok adalah Tesla (TSLA) dan SAIC Motor – pembuat mobil terbesar di negeri itu. Tesla telah memberi tahu Pemerintah Kota Shanghai bahwa krisis energi di Sichuan telah mengganggu rantai pasokan dan memengaruhi produksi pabrik mereka di kota, menurut laporan tersebut.

Shanghai, yang berjarak sekitar 1.200 mil dari Provinsi Sichuan, adalah rumah bagi “Gigafactory” Tesla, yang telah membangun satu juta mobil untuk perusahaan EV Amerika. SAIC memiliki tiga pabrik besar di Shanghai, termasuk dua usaha patungan dengan Volkswagen (VLKAF) dan General Motors (GM).

Laporan CNN mengungkapkan pabrik pemasok Apple (AAPL) Foxconn di Sichuan juga terpengaruh, meskipun perusahaan mengatakan dampaknya tidak signifikan. BOE Technology, produsen utama panel LCD dan OLED, juga mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya harus melakukan “penyesuaian produksi” di Sichuan sebagai tanggapan atas pemadaman listrik.

Ini gelombang panas terpanjang dan terpanas di China sejak pencatatan nasional dimulai pada 1961. Menurut sejarawan cuaca Maximiliano Herrera, yang memantau suhu ekstrem di seluruh dunia, ini adalah gelombang panas paling parah yang pernah tercatat di mana pun.

“Ini menggabungkan intensitas dan durasi paling ekstrem dengan area yang sangat luas secara bersamaan. Tidak ada dalam sejarah iklim dunia yang sebanding dengan apa yang terjadi di Tiongkok itu,” ujar Maximiliano seperti dilansir New Scientist.

Di beberapa tempat, persediaan air lokal telah habis dan air minum harus diangkut dengan truk. Pada 19 Agustus 2022, China mengumumkan peringatan kekeringan nasional untuk bencana tersebut. Pertama kali dalam sembilan tahun. 

Hasil panen yang lebih rendah di wilayah ini dapat memperburuk krisis pangan global. Harga pangan global mencapai tingkat rekor bahkan sebelum Rusia menginvasi Ukraina, dan meskipun telah jatuh sejak Maret, harganya tetap lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.

Untungnya Tiongkok telah membangun cadangan biji-bijian yang besar dalam beberapa tahun terakhir, sehingga dapat menutupi beberapa kekurangan.

Di kota-kota, pengendara sepeda motor mengenakan penutup wajah dan lengan baju untuk melindungi diri dari sengatan matahari. Warga dan pekerja pengiriman mencari ketenangan di tempat penampungan bawah tanah atau dengan berenang di sungai dan kolam. Para pekerja kantoran mencoba mendinginkan diri dengan es dan makanan ringan beku.

“Terlalu panas, seperti tungku,” kata Ella Wan, seorang agen properti berusia 24 tahun di kota timur Hangzhou kepada NY Times.

Dia lega karena disambut baik AC kantor yang hangat dengan meletakkan seember besar es di lantai dekat kakinya.

Menurut laporan tahun 2021 dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, kekeringan telah meningkat sebagai akibat dari pemanasan global dan akan menjadi lebih sering dan parah karena planet ini terus menghangat. Eropa dan Tiongkok sudah jadi korban gelombang panas tahun ini.

Artikel Terkait

Terkini