
Para ilmuwan dari Imperial College London dan Museum Sejarah Alam mengumumkan penelitian anyarnya bahwa terjadi tanda-tanda stres pada lebah, ketika kondisi lebih panas atau lebih basah.
Para peneliti mengamati bentuk tubuh empat spesies lebah dengan menggunakan gambar digital. Mereka melihat bahwa asimetri yang tinggi – bentuk sayap kanan dan kiri yang sangat berbeda – telah meningkat selama 100 tahun terakhir.
Peneliti Imperial College London Richard Gill menyampaikan pihaknya melihat cuaca lebih ekstrem saat krisis iklim berlanjut. Hasil observasi mereka menunjukkan bahwa lebah akan lebih tertekan di masa depan.
“Kami melihat populasi lebah menurun di seluruh dunia. lebah mungkin berada dalam masa sulit selama abad ke-21,” ujar Richard seperti dikutip dari BBC
Para peneliti berharap penelitian ini dapat membantu melindungi lebah di masa depan dengan melihat saat orang menghadapi stres dan penurunan paling besar di masa depan.
Peneliti lebah dan Guru Besar Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Institut Pertanian Bogor (IPB University) Prof. Dr. Damayanti Buchori membenarkan bahwa secara global memang tren itu terjadi. Dampaknya sudah dirasakan di Eropa dan Amerika Utara.
“Kalau di Asia dan Indonesia kita lack of data. Tetapi, kalau mau melihat tren land use change indikasi ke situ untuk indonesia juga ada. Cuma kita belum punya data yang benar-benar membuktikan itu. Karena riset ke arah sana masih kurang,” ujarnya ketika dihubungi Koridor, Senin, 22 Agustus 2022.
Damayanti dalam sebuah lokakarya virtual menyebutkan, kondisi serupa juga terjadi di Eropa dan Amerika, bahkan terjadi penurunan populasi besar-besaran, baik lebah yang diternakkan maupun alami.
Dia mengingatkan lebah memiliki peranan sangat penting dalam ketahanan pangan dan kesehatan manusia. Studi menyebutkan ada penurunan populasi lebah yang dialami oleh 57 persen dari 272 responden dari pulau Jawa, Bali, dan Sumatera, Sulawesi, Sumbawa, dan Maluku.
Menurut Damayanti dari wawancara ada temuan bahwa jumlah peternak lebah terus meningkat, sebagian besar dari mereka baru memelihara lebah dalam kurun 3-5 tahun terakhir. Hampir setengah dari total peternak memperoleh koloni lebah pertama mereka dari alam liar.
Riset dari Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) tahun lalu bahwa populasi lebah di Indonesia mengalami penurunan sebagai dampak perubahan iklim, ketersediaan pakan, dan pestisida yang digunakan di bentang alam. Hal itu diungkapkan oleh 57 persen responden dari 272 peternak yang diriset oleh tim PEI.
Para peneliti mengumpulkan berbagai spesies lebah di setiap lokasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis pollen yang terdapat dalam tubuh lebah-lebah tersebut. Hal ini dilakukan untuk meneliti jenis-jenis tumbuhan yang didatangi oleh lebah karena memberikan informasi sumber mengenai jenis tanaman yang biasa dijadikan sebagai pakan oleh lebah.
Studi ini mengidentifikasi tiga faktor utama penyebab kematian lebah di Nusantara, yaitu iklim (31 persen), sumber makanan (23 persen), dan pestisida (21 persen). Selain itu terdapat berbagai masalah yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil madu seperti cuaca, sumber pakan, jenis lebah, dan perlakuan saat panen dan pascapanen.