Untuk mendidik anak-anak mencintai lingkungan tidak akan efektif kalau hanya ceramah-yang kerap cerewet-seperti jangan membuang sampah sembarangan. Sementara anak-anak kerap melihat justru orang dewasa yang mencontohkan membuang sampah sembarangan.
Hingga tiga tahun lalu Saepul Hadi Santosa memutar otaknya karena satu-satunya tenaga pengelola sampah mengundurkan diri. Ketua RT 06, RW 11, Kelurahan Hergamanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat itu, berinisiatif mengajak anak-anak untuk jemt sampah dari rumah.
Untuk mengambil langkah itu, Saepul meminta izin kepada orang tuanya apakah diperbolehkan anaknya terlibat menjadi penarik sampah. Pria kelahiran 1983 ini tidak ingin dicap melakukan eksploitasi pada anak.
“Ternyata para orang tua mengizinkan sebab mereka menyadari bahwa anak-anak akan belajar menjaga kebersihan lingkungan sejak dini,” ujar Saepul ketika ditemui Koridor di Kampung Tjibarani, Bandung, Senin, 15 Mei 2023.
Hingga kini sebanyak 11 anak usia 10 tahun hingga kelas dua SMP dilibatkan menarik sampah seminggu tiga kali. Mereka dibagi beberapa kelompok dan digilir setiap bulan. Hasilnya setiap hari terkumpul satu kuintal sampah dalam sekali penarikan.
Hasilnya? Setiap anak mendapat reward Rp120 ribu per bulan belum termasuk tip dari warga, hingga setiap anak bisa meraup Rp200 ribu. Itu belum termasuk kalau sampah bisa dijual dan uangnya diberikan kepada anak yang terlibat.
Karyawan swasta ini juga menjadikan sampah ekonomi walau masih taraf ujicoba. Di antaranya budi daya maggot. Setiap satu kilo maggot mampu memakai sampai lima kilo sampah.
Dia mengakui belum sepenuhnya berhasil dikarenakan masyarakatnya masih bertahap memisahkan sampah organik sama nonorganik dikarenakan belum ada fasilitasnya.
“Untuk itu kita mau mulai edukasi ke warga terutama untuk bisa memisahkan sampah organik sejak dari rumah, kita akan memberikan ember ke tiap rumah untuk tempat sampah organik,” papar Saepul.
Apa yang dilakukan Saepul merupakan angin segar di tengah kondisi yang tidak kondusif di Kota Bandung dalam menghadapi darurat sampah.
Menurut cerita Rhyma Permatasari, seorang aktivis lingkungan dari Cidadap, pasca lebaran ada 3 ton sampah belum teratasi karena TPS-nya sudah penuh. Dari 135 TPS penampung itu, 35 TPS yang tersendat.
Pernah ada satu malam sebanyak 22 truk yang masih menginap dan masih antri. Mau tidak mau Bandung sosialisasi sampah itu harus selesai dari sumber. Di tingkat RW pun harus sudah selesai dipilah agar lebih efesiensi. Karena dengan cara ini sebanyak 50% sampah bisa selesai sebelum dikirim ke TPS.
“Kita pribadi kita jadi penyumbang sampah. Jadi harus selesai di kita sendiri. Karena kalau kita merasa tanggung jawab TPA maka sampah makin menumpuk. Padahal kalau mau sampah bisa jadi sumber daya, misalnya sampah organik menjadi sumber budi daya maggot,” ujar Rhyma kepada Koridor melalui voice note 14 Mei 2023.