Pakar teknik kimia dari ITB Wibawa Hendra Saputra menyampaikan saat ini terjadi peningkatan polusi udara di daerah. Berbagai aktivitas industri dan kendaraan bermotor mendorong bertambahnya emisi gas rumah kaca dalam bentuk gas karbon dioksida.International Energy Agency menyatakan bahwa emisi gas karbon dioksida di Indonesia sudah mencapai sekitar 510 juta ton per tahun di 2020.
“Jika tidak ditanggulangi lebih lanjut, polusi udara akan semakin parah dan meyebabkan gangguan kesehatan, pemanasan global, kenaikan permukaan laut, kekeringan, kebakaran hutan, kerusakan ekosistem, dan dampak sistemik lainnya,” ujar Hendra dalam paparan hasil risetnya bertajuk “Light-Driven Catalysis: Creating Fuels from Greenhouse Gas Emission” secara daring di Workshop Series LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) ITB, beberapa waktu lalu.
Wibawa menyarankan untuk memanfaatkan kembali emisi tersebut menjadi suatu bahan bakar atau kimia yang lebih bernilai. Pemanfaatan karbon dioksida ini dapat dibagi menjadi tiga tahap utama, yaitu penangkapan dan penyimpanan karbon, pengurangan karbon, dan pemanfaatan karbon.
Sejumlah negara termasuk Indonesia yang sedang mengembangkan dan mengimplementasi teknologi pemanfaatan karbon dioksida. Indonesia pun adalah salah satunya.
Di Jatibarang, Indramayu, karbon dioksida yang ditangkap dari emisi pembangkit listrik digunakan sebagai fluida pendorong minyak.
“Dari contoh aplikasi di Pertamina, kita dapat melihat bahwa gas karbon dioksida yang semula merupakan limbah atau polutan udara bisa dipakai lagi untuk mendukung proses-proses industri migas,” paparnya seperti dilansir dari https://www.itb.ac.id/berita/teknologi-fotokatalitik-untuk-mereduksi-emisi-gas-rumah-kaca/59258.
Menurut Hendra, alternatif teknologi pemanfaatan karbon dioksida yang dapat dikembangkan adalah proses katalitik, yang melibatkan senyawa kimia untuk mempercepat laju reaksi dalam pembentukan produk tertentu.
Dalam kondisi temperatur dan tekanan tinggi, proses ini lebih dikenal dengan proses termokatalitik dan sudah diaplikasikan secara luas. Namun, proses tersebut masih memerlukan biaya yang cukup tinggi dan resiko kondisi kerja yang tinggi.
Teknologi fotokatalitik bersifat berkelanjutan dan mendukung ekonomi sirkular karena fokus dengan pengurangan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang limbah- bisa dibilang teknologi tersebut memanfaatkan sumber energi terbarukan dalam jangka panjang.
Teknologi fotokatalitik dapat mendukung SDG (Sustainable Development Goals) nomor 7 terkait energi bersih dan terjangkau, nomor 13 terkait aksi-aksi iklim, dan nomor 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan baik.
“Teknologi fotokatalik ini adalah teknologi yang ramah lingkungan yang dapat mendukung target pemerintah dalam implementasi net zero emission pada tahun 2060,” pungkas penerima beasiswa dari LPDP untuk S3 di UNSW Sydnery Australia ini.