Agar anak-anak nikmati minum sehat, pemuda di Ledeng, Bandung menjaga mata air untuk masa depan

Koridor.co.id

Koridor bersama komunitas CAI-Foto; Irvan Sjafari.

Kawasan Terminal Ledeng,  Selasa 14 Maret 2023 sore, pukul 16.30 WIB tidak terlalu ramai, ketika Koridor tiba untuk memenuhi janji dengan Komunitas CAI (Yayasan CAI), kelompok  anak muda yang berbasis di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Tjibadak, Kota Bandung, Jawa Barat. 

Lima belas menit kemudian Koridor dijemput dengan sepeda motor  salah seorang di antara mereka menelusuri gang yang curam hampir 45 derajat jauh di belakang terminal. Koridor diantar ke markas berupa saung. Di sana sudah menunggu Ketua Komunitas itu Yadhi Supriadi dan Sekretarisnya Rhyma Permatasari.

Saung sederhana inilah yang menjadi pusat pergerakan anak-anak muda ini untuk mempertahankan mata air yang ada di wilayah itu, demi masa depan mereka, dan anak-anak mereka kelak.

“Kami ingin mendorong lebih banyak anak muda di wilayah kami untuk peduli terhadap lingkungan hidup,” ujar Yadhi Supriadi.

Banyak mata air yang masih tersisa, dan harus dipertahankan dalam areal wilayah sekitar 50 hektare. Sumber air bagi masyarakat di daerah Ledeng dan sekitarnya itu terancam tergerus oleh pembangunan komersial dan permukiman.

“Kami juga membangun Taman Edukasi Terakota yang diresmikan oleh wali kota Bandung Yana Mulayana pada 8 Februari 2023. Taman tersebut merupakan taman tematik edukasi pertama di Kota Bandung. Taman itu bisa digunakan masyarakat, khususnya para pelajar untuk belajar di ruang terbuka,” tambah Yadhi Supriadi. 

Saung bertuliskan Yayasan CAI, akronim dari Cinta Alam Indonesia terletak di bawah Curug Babakan. Yayasan ini digerakkan para pemuda di Kelurahan Ledeng yang gelisah tentang masa depan Tjibadak.

“Sejumlah bangunan villa dan condotel berada terlalu dekat dengan mata air, yang punya orang Jakarta,” ujar Yadhi Supriadi, seraya mengatakan aturan Kawasan Bandung Utara (KBU) banyak yang dilanggar.

Melalui Yayasan CAI para Pemuda Ledeng bergerak menjaga kawasan Tjibadak sejak 2016. Mereka berani pasang badan untuk menjaga Tijabadak. Menurut Yadhi seluruh pemuda yang terlibat berjumlah 30 orang.

Pada 2019  Yayasan CAI diakui legalitasnya oleh Kemenkumham. Pada tahun itu juga pemuda dari kelompok ini mampu menanam ratusan pohon bambu berbagai jenis.

Sementara itu Rhyma Permatasari mengaku tidak terlalu mudah mengajak anak muda peduli terhadap lingkungan hidup. Dia mengaku, awalnya seperti kebanyakan milenial, hanya peduli pada digital. 

Rhyma Permatasari kemudian berinisiatif membersihkan selokan di rumahnya di kawasan Cipaku, sampai bisa digunakan untuk memelihara ikan. Sayangnya tidak bertahan lama. Warga banyak yang apatis, dan tetap membuang sampah ke selokan, hingga ikannya mati.

“Isu lingkungan bukan hanya pemerintah, tetapi yang harus punya andil adalah warga. Semua bergerak harus sama-sama. Tidak bisa sendiri-sendiri, ” ujar alumni Fakultas Psikologi Universitas Maranatha ini. 

Bahkan Rhyma Permatasari sempat dilaporkan ke polisi karena memelihara ikan di selokan dianggap menyalahi aturan. Ibu rumah tangga kelahiran 1994 ini paham risiko pejuang lingkungan hidup siap berhadapan dengan kekuatan yang bisa mengendalikan hukum.

Sore itu juga Koridor diajak anak-anak Komunitas CAI singgah di titik-titik mata air di wilayah itu. Di antaranya kami mengunjungi Gedong CAI Tjibadak tempat mata air yang dibangun Belanda pada 1921. Bangunan yang masih berdiri kokoh itu, berwarna putih bertuliskan ‘Tjibadak-1921’. Tulisan itu menunjukkan nama dan tahun diresmikannya mata air Tjibadak. Bangunan mata air Tjibadak itu diberi nama Gedong Cai.

Perjuangan masih panjang anak-anak muda Ledeng ini harus bersiap menghadapi kekuatan besar untuk menjaga mata airnya.

“Saya berjuang menjaga mata air demi anak saya agar nantinya tetap bisa menikmati air minum yang sehat,” kata Rhyma Permatasari.


Artikel Terkait

Terkini