Energi terbarukan jadikan penangkapan karbon sebagai energi pembangkit listrik dan fasilitas industri

Koridor.co.id

Ilustrasi-Foto: Shutterstock.

Setelah melewati proses separasi, karbon dioksida yang diperoleh kemudian ditransportasi agar dapat diolah menjadi bentuk produk lain seperti material bangunan, senyawa kimia, plastik, dan mineralisasi. 

Pabrik penangkap karbon dirancang untuk menghentikan sebagian besar karbon dioksida (CO2) yang dihasilkannya dilepaskan ke atmosfer.

Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara untuk menghasilkan listrik menghasilkan emisi CO2, yang merupakan pendorong utama perubahan iklim.

Proses penangkapan karbon menghentikan pelepasan sebagian besar CO2 yang dihasilkan, dan menggunakannya kembali atau menyimpannya di bawah tanah.

Salah satu negara yang  merencanakan  penggunaan pembangkit listrik  dengan cara ini ialah Pemerintah Inggris.  Seperti dilansir dari https://www.bbc.com/news/science-environment-64723497   negeri ini  ingin membangun  pembangkit listrik penangkapan karbon dioksida di bawah Laut Utara – baik di reservoir minyak dan gas tua, atau batuan permeabel yang dikenal sebagai akuifer garam.

Inggris  berkomitmen menghilangkan karbon dari produksi listrik Inggris pada  2035.  Sekalipun hal ini dilihat dari sekarang mustahil, negara Union Jack ini mengharapkan dapat membangun setidaknya satu pada pertengahan 2020-an.

Pembangkit listrik penangkap karbon dipandang sebagai bagian dari solusi, bersama dengan peningkatan penggunaan energi nuklir, dan teknologi lain yang berkembang pesat seperti hidrogen.

Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara untuk menghasilkan listrik menghasilkan emisi CO2, yang merupakan pendorong utama perubahan iklim.

Ada tiga proposal yang sedang dipertimbangkan: satu di Keadby di Lincolnshire utara dan dua di dekat Redcar di Teesside.

Semua akan membutuhkan pembangunan jaringan pipa untuk mengangkut CO2 yang ditangkap di bawah Laut Utara untuk disimpan.

Pada  2021, Inggris mengeluarkan 425 juta ton CO2. Itu turun hampir 50% sejak 1990. Jumlah yang ditangkap di pembangkit listrik yang diusulkan ini sangat kecil jika dibandingkan jumlah karbon yang dilepaskan,

Tak satu pun dari tiga pabrik penangkap karbon yang diusulkan mengklaim dapat menangkap lebih dari dua juta ton per tahun.

Meskipun demikian Inggris menetapkan target untuk menangkap antara 20 dan 30 juta ton CO2 per tahun pada 2030. Itu dapat melibatkan proses industri lainnya serta pembangkit listrik.

Teknologi ini telah ada selama beberapa dekade. Ini terutama digunakan dalam industri di mana CO2 yang ditangkap dapat digunakan kembali, misalnya untuk mengeluarkan minyak dan gas dari cadangan bawah tanah.

Biaya pembangkit listrik tenaga gas baru di Keadby, yang menyediakan listrik untuk hampir satu juta rumah, adalah £350 juta.

Catherine Raw dari perusahaan energi SSE mengungkapkan membangun pembangkit listrik tenaga gas berukuran serupa dengan penangkap karbon kira-kira akan menghabiskan biaya dua kali lipat.

Namun dia yakin harga mungkin jatuh dari waktu ke waktu. Biaya energi terbarukan misalnya telah anjlok dalam dekade terakhir.

Namun kebanyakan orang menilai  penangkapan karbon terlalu mahal dan percaya bahwa uang tersebut akan lebih baik dihabiskan untuk energi terbarukan dan penyimpanan daya (seperti baterai).

Pada September 2022, hanya ada 30 fasilitas penangkapan karbon di dunia, menurut laporan dari Global CCS Institute.

 Sebagai catatan satu-satunya pembangkit listrik penangkap karbon yang saat ini beroperasi adalah pembangkit listrik tenaga batu bara di Boundary Dam di Kanada bagian barat.

Wacana pembangkit listrik penangkap karbon ini juga menjadi pembahasan di Indonesia. Pada tahun lalu Reservoir Engineer Medco E&P Indonesia Richard Arnold ST MSc pernah mengungkapkan,  keberadaan gas karbon dioksida menjadi semakin meningkat seiring berkembangnya teknologi yang ditandai oleh revolusi industri.

“Karbon dioksida yang ditangkap dapat disimpan ke beberapa penyimpanan seperti formasi geological bawah tanah, onshore, maupun offshore,” ujar Richard seperti dilansir https://www.its.ac.id/news/2022/07/14/mengenal-pengelolaan-emisi-karbon-lewat-carbon-capture-utilization-storage/

Dia menyatakan gas ini pertama-tama harus berada kondisi supercritical ataupun liquid untuk mengoptimalkan fase transportasi dan penyimpanannya. Kondisi batuan yang menjadi tempat penyimpanan pun harus memenuhi beberapa  kriteria.

Artikel Terkait

Terkini